Wajah tampan memang mematikan. Nyaris saja [Name] mengalah karena wajah itu. "Ayolah [Name], sekali saja." [Name] mendengus pelan. Ia mendorong wajah Gojo yang sejak tadi menempel padanya.
"Tidak! Kita ada urusan penting hari ini." [Name] buru-buru turun dari ranjang sebelum Gojo menangkapnya lagi. Setengah jam kemudian, wanita itu sudah siap dengan setelan biru tua miliknya.
Di ruang tamu, ia bertemu Gojo yang juga sudah berpenampilan rapi. Pria itu duduk santai di sofa sembari membaca majalah harian. [Name] menghampirinya dan mengulurkan tangan. Gojo meraih tangan itu dan mengecupnya.
"Satoru!" [Name] memekik dengan wajah yang merah. Gojo terkekeh melihatnya. "Anak ini! Jangan bercanda terus."
"Baiklah-baiklah." Pria itu berdiri kemudian menarik pinggang [Name] agar tubuh itu mendekat padanya. Melihat posisi mereka, [Name] sudah menebak apa yang akan Gojo lakukan. Wanita itu lantas menjauhkan tubuhnya.
"Kita akan naik mobil," ucap [Name] tegas. Wajah Gojo terlihat merengut, namun kembali cerah saat mendengar ucapan selanjutnya. "Aku ingin kita menikmati perjalanan berdua." Gojo merasa sangat senang dan dengan cepat menarik tangan [Name] pergi.
Karena [Name] sedang malas, jadi Gojo yang menyetir. Porche berwarna merah muda itu bergerak menyusuri jalanan kota Tokyo dengan kecepatan sedang. Gojo sengaja berkendara santai untuk mengulur waktu sampai mereka tiba di sekolah.
Atap mobil yang terbuka membuat mereka dapat menyaksikan pemandangan sekitar dengan lebih baik. Udara pagi kota ternyata cukup segar untuk dihirup. Gojo menginjak rem saat melihat lampu lalu lintas berwarna merah. Matanya melirik ke arah wanita di sampingnya. [Name] sejak tadi hanya diam saja. Bersandar sembari menumpu dagunya.
Gojo meraih tangan wanita itu kemudian menggigit pelan jari telunjuknya. [Name] tersentak, segera menolehkan wajahnya. Gojo langsung saja menyunggingkan senyum tipis. "Ada apa, Sensei?" Gojo bertanya dengan suara lembutnya.
[Name] memandang pria itu sebentar sebelum akhirnya menggeleng. "Tidak, tidak ada," ucapnya sembari menundukkan kepala. Gojo mendengus pelan. Ia menginjak gas dan kembali fokus pada jalanan di hadapannya. Namun, tangannya masih memegang tangan [Name].
Wanita itu mau tidak mau jadi memperhatikan tangannya sendiri. Pandangannya lalu secara perlahan mengarah pada Gojo. Padahal pria itu hanya mengenakan kemeja polos berwarna hitam, tapi pesona yang dipancarkan tidak main-main. Apalagi saat ini Gojo sedang fokus mengemudi dengan hanya satu tangan saja. Membuatnya terlihat makin keren saja.
Dia benar-benar manusia kan? Kenapa tampan sekali?
[Name] berdecak pelan kemudian melepas genggaman tangan Gojo. Pria itu sontak menoleh padanya. "[Name]?" Gojo ingin bertanya tetapi [Name] sudah lebih dulu menjawabnya.
"Kalau kau terus mengemudi dengan tampan seperti itu, pembaca akan terus membayangkannya." Gojo tidak mengerti maksud ucapan sang kekasih. Meski begitu ia menurut saja dan kembali mengemudi seperti biasa. Walau sebenarnya ia akan tetap tampan bagaimana pun cara mengemudinya.
* * *
Suasana di ruangan itu benar-benar tegang. Semuanya termasuk juga perwakilan keluarga Myoui dan Dewi Inari berkumpul kembali di ruang rapat SMK Jujutsu. Meski sangat penasaran, semua orang hanya diam saja karena [Name] nampak enggan membuka suara lebih dulu. Selain itu, pria di sampingnya, Gojo Satoru si shaman terkuat membuat orang-orang takut untuk bertanya.
"Aku tidak tahu jelasnya. Seperti yang kukatakan sebelumnya, ingatanku juga masih belum tersinkronisasi dengan baik," ucap [Name] memecah keheningan. Wanita itu lalu melirik pada Inari yang sejak tadi menghadapnya tetapi menurunkan pandangan. "Kau saja yang bicara," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fiksi Penggemar[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...