Silau mentari pagi mengusik tidur wanita cantik itu. Begitu membuka mata, pemandangan pertama yang ia lihat adalah pahatan indah wajah seorang pria. Wajah itu nampak begitu damai ketika sedang tertidur. Tangan si wanita perlahan terangkat untuk menyingkar beberapa helai rambut yang menutupi dahi si pria.
Apakah dia sedang bermimpi? Terlalu banyak hal yang terjadi hingga ia tak bisa lagi membedakan mana halusinasi dan mana yang kenyataan. Tetapi hembusan napas pria itu sudah cukup menjadi bukti bahwa yang ada di hadapannya adalah realita.
Wanita itu bangkit, kemudian mengecup pelan dahi si pria. Menolehkan tubuhnya, ia berniat turun dari ranjang. Namun, satu tarikan membuatnya kembali terbaring dengan tubuh yang dikurung oleh dua lengan kekar. Wanita itu terkekeh pelan. Jemarinya mengelus surai seputih salju itu.
"Selamat pagi, Tuan Putri," bisiknya pelan. Iris sebiru laut itu terbuka. Begitu berbinar ketika mendapati wajah cantik wanitanya. Senyumnya merekah, nampak begitu menawan. Membuat dada sang wanita berdebar merasakan gejolak kasmaran.
"Selamat pagi juga, Sensei."
[Name] tersenyum kecil. Sudah lama sekali ia tidak mendengar panggilan itu dari sosok di hadapannya. Tak bisa dipungkiri betapa rindunya ia mendengar suara Gojo Satoru. Bagaimana pun ia mencoba melupakannya, bayangan kematian pria itu masih tertanam di otaknya dan terus terputar seperti kaset rusak.
[Name] menarik lengan Gojo, lalu menempelkan telapak tangan pria itu di depan wajahnya. Satu kecupan menyentuh kulit Gojo, membuat si pria merasakan sedikit sengatan yang mendebarkan jantungnya. Pipinya terasa panas dengan sedikit rona merah yang muncul.
Sosok yang menyebabkan hal itu terkekeh kecil. Betapa menggemaskannya pria yang lebih muda darinya itu. "Satoru, aku akan melindungimu. Tidak ... tapi pasti."
Gojo tersenyum setelah mendengarnya. Itu adalah pertama kalinya ada seseorang yang ingin melindunginya. Mendapat gelar sebagai yang terkuat, dirinya hanya selalu melindungi. Ketika mendengar [Name] yang begitu mencemaskannya membuat dirinya merasa senang.
"Baiklah, Sensei. Tapi kau mau kemana?" Gojo menahan lengan [Name] yang kini sudah berdiri di samping ranjang. Wanita itu perlahan melepaskan cengkraman Gojo dan mengembalikan benda itu pada pemiliknya.
"Kau lupa? Tidak ingin menemaniku?" Gojo terdiam sejenak. Berusaha mengingat apa yang ia lupakan. Begitu mengingatnya, tanpa sadar dirinya sudah berada di tempat yang mereka tuju. Barak militer milik pasukan khusus.
* * *
Semua begitu tersentak saat mendengar ucapan [Name]. Nyaris tiga minggu tidak bertugas karena sakit, tiba-tiba saja dirinya malah mengajukan pengunduran diri. Tentu saja permintaannya langsung ditolak oleh atasannya.
"Kapten Myoui, kau pikir militer adalah tempat bermain?" [Name] mendengus pelan. Ia sudah tahu akan seperti ini. Mengundurkan diri dari kemiliteran memang bukan hal yang mudah. Banyak hal yang harus diproses. Terlebih dirinya baru saja naik pangkat. Pasti dirinya akan dicap melarikan diri dari tanggung jawab.
"Aku akan memberimu tambahan cuti satu hari. Pulanglah dan jernihkan pikiranmu, lalu kembalilah bertugas besok." [Name] tidak bisa melakukan apa-apa setelah mendengar hal itu. Ia memberi hormat kemudian bergegas pergi.
Di luar gedung barak, dirinya tak sengaja berpapasan dengan mantan atasannya dulu. Pria itu menyapa dan tersenyum padanya.
"Yo, bagaimana kabarmu, Kapten Myoui?"
"Entahlah, Kapten."
Melihat ekspresi datar [Name], si pria menukikkan alisnya. Ia bertanya pada wanita itu tentang kondisinya. [Name] tanpa basa-basi langsung menceritakan apa yang terjadi beberapa menit yang lalu di ruangan atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reclaiming My Student || Gojo Satoru
Fanfiction[COMPLETE] Aku bersumpah akan mengutuk Kepala Sekolah itu. Setelah mengirimku dinas ke tempat antah berantah, berani sekali ia menyetujui kepindahan muridku ke sekolah lain. Apalagi di catatan tidak tertera bahwa dia telah melakukan pelanggaran. "M...