Prolog

317 23 2
                                    


"Aku mencintai kamu, Geodicky Prafinkan Galvin"

Dicky diam seribu bahasa. Dia tidak tahu harus membalas pernyataan Violan seperti apa. Ini terlalu mendadak. Tidak pernah sekalipun dia memikirkan bahwa kejadian seperti ini akan terjadi dalam hubungannya dengan Violan. Pikirannya hanya berpusat tentang dia dan Violan yang akan selalu bersama dalam status persahabatan, tidak lebih.

"Vi, aku bingung harus gimana. Kamu bercanda kan?"

"Aku serius Dick. Apa kamu mau nolak karena aku gak cantik? Gak seseksi wanita-wanita luar sana yang pernah kamu tiduri? Atau apa?"

"Kamu cantik Vi, sangat bahkan. Tapi aku gak cinta sama kamu. Maafin aku Vi"

"Jadi kamu nolak aku karena apa? Karena gak cinta? kita bisa mulai secara perlahan!" pekik Violan. Gadis itu terlihat frustasi.

"Vi, aku tidak tau kamu serius atau sedang bercanda. Tapi satu hal yang harus kamu ketahui kalau saat ini aku nyaman dengan hubungan persahabatan kita. Aku gak mau ini rusak karena perasaan bodoh itu" ujarnya lembut. Sama sekali tidak ingin membuat gadis itu merasa tersinggung.

"Jadi kamu menolak aku hanya karena alasan tidak ingin merusak persahabatan kita? Terus selama ini kita ngapain?" 

Setelah mengucapkannya Violan mendorong tubuh Dicky untuk terlentang dikasurnya. Langsung saja Violan menindih tubuh kekar itu lalu melumat habis bibir Dicky. Violan sangat terlihat terburu-buru yang membuat Dicky menyadari bahwa gadis itu sedang frustasi.

"Kamu pikir sahabat melakukan hal ini?! Iya?!!! Kalau memang iya lakukan juga hal ini bersama Ify dan Sisca!!!" Pekiknya lalu menjauh dari Dicky dan menjambak kasar rambutnya.

"Vi sadar, ini bukan seperti kamu"

"Bukan seperti aku? Terus siapa? Haa?!" Bentaknya.

"Kamu tenang dulu, biar aku jelasin"

"Aku gak butuh penjelasan!" Violan mendekat lalu menarik kerah baju Dicky. "Aku tanya kamu cinta gak sama aku?" Wajah mereka berdua sangat dekat. Netra keduanya pun kini beradu.

"Maaf"

Violan pun melepas cengkramannya pada kerah baju Dicky. "Oke, lupain aja semua kejadian hari ini. Kamu keluar sekarang!" Usirnya.

"Vi dengerin aku dulu" Dicky menahan pergerakan Violan. Dia mendorong tubuh Violan hingga membentur tembok. Mengunci tubuh itu agar tidak memberontak lagi.

"Apalagi yang harus aku dengar?" Mata indah itu kini memerah dengan cairan bening yang terus menerus keluar.

"Kita bisa kan kembali seperti sebelumnya?" 

"Hmm, bisa. Kamu ingin kita seperti sebelumnya kan? Oke kita ikuti kemauan kamu"

"Violan terimakasih" Dicky pun memeluk erat tubuh Violan.

"Kembali seperti sebelumnya, jauh sebelum kita mengenal" lirih Violan.


*****



Halo!!!!!🌼🌼🌼

Author balik lagi dengan cerita yang gak jelas ini:) walau gak jelas nikmatin aja!! 

Agak dikit beda juga nih, karena author datang bawain karya yang bertema mature jadi kalau ada adegan dan kalimat yang berkesan gak baik mohon dimaafin atau skip aja gakpapa saya ikhlas:)


Cerita ini aku publish karena pengen ngerayain hari lahir sejeong:)

Cuma mau bilang jangan lupa vote and comment‼️‼️


*****



Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang