Vega yang membuat rusuh di apartemen Violan pun dipaksa pergi oleh parshav. Setelah kepergian Vega, tubuh Violan luruh begitu saja. Dia tidak memperdulikan pecahan vas bunga yang sebelumnya dia lemparkan. Sama sekali tidak memikirkan sebab akibat jika pecahan tersebut dapat melukainya. Dia menangis sejadi-jadinya.
Dicky yang hendak menenangkan Violan dibuat terkejut akan bentakan Violan yang menyuruhnya ikut menjauhi dirinya. Sama halnya Varrel, bahkan sang kakak pun ditolak mentah-mentah. Kini kondisi Violan semakin menjadi-jadi.
"Sa-sakit"
"lepasin aku, aku mohon"
"Jangan sakiti aku, tolong"
"Aku mohon jangan lakukan ini, ini sakit"
"To-tolongin aku. Ini gak bener, semuanya salah. Aku hanya jngin bebas, tolong lepasin aku"
"Aku mohon!"Gadis itu terus meracau kesakitan dan memohon untuk dilepaskan. Seakan sosok lain tengah menggantikan Violan. Kini hanya sosok Violan yang memprihatinkan di mata mereka berdua. Menghapus jejak Violan yang dikenal kuat.
Ketika Varrel kembali hendak mendekati sang adik respon yang dia dapatkan justru membuat semuanya runyam. Gadis itu menepis sang kakak dan terus menatap takut ke arah mereka berdua. Hingga Violan berlari untuk menjauh dan tanpa tau ke arah mana ia berlari. Dia seakan buta arah dan hanya mengikuti instingnya untuk menjauhi kedua objek tersebut, Varrel dan Dicky.
Kakinya membawa dia ke ujung dapur membuatnya terperangkap dan tidak bisa lagi menghindari kehadiran Varrel dan Dicky. "A-aku mohon jangan sakiti aku. Aku mohon" Violan terus mengucap permohonan dengan kedua tangan yang tertaut meminta untuk dilepaskan. Tentu saja hal ini membuat kedua pemuda itu takut dan khawatir dengan keadaan Violan.
"Violan kamu tenang dulu ya? Hmm?" Bujuk Varrel berusaha mendekat namun justru lemparan piring kaca yang ia dapati. Tidak hanya satu, Violan melempar benda tersebut secara terus menerus sehingga lantai kini dipenuhi oleh pecahan kaca dari peralatan makan tersebut.
"Violan kamu kenapa?" Kini giliran Dicky yang bersuara dan hendak mendekat juga.
Pranggg!!!
"Aku bilang jangan mendekat! Aku mohon, aku hanya ingin bebas. Lepasin aku, jangan sakiti aku, aku mohon"
"Gak ada yang mau nyakitin kamu, hmm?" Dicky kembali hendak mendekat namun Violan sedikit berlari mengambil pisau di pinggir dapur tanpa memperdulikan pecahan kaca yang berserakan. Alhasil membuat kedua telapak kaki gadis itu mengeluarkan darah.
Gadis itu kembali ke posisinya dengan posisi menodongkan pisau ke arah mereka berdua. "Jangan mendekat atau aku akan membunuh kalian" Teriak Violan dengan air mata yang masih bercucuran.
"Sebenarnya ini ada apa sih?!" Tanya Varrel yang heran melihat tindakan adik semata wayangnya tersebut.
"Jangan tanya gue bang. Lo aja sebagai abangnya bingung, apalagi gue" celetuk Dicky yang membuat Varrel seperti ingin melahap sosok disampingnya tersebut.
"Bang lo percaya gue kan?" Tanya Dicky. Varrel hanya menatap bingung ke arah Dicky namun dari lubuk hatinya ia sangat percaya pada Dicky.
Dicky mendekat kearah Violan. Tidak lupa dia sedikit membersihkan pecahan kaca tersebut agar tidak melukai telapak kakinya. Namun nyatanya tindakannya ini menyulut rasa takut pada Violan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...