"Emang nyusahin tuh bocah" erang Parshav setelah beberapa detik lalu menerima panggilan telepon.
Sisca pun ikut dibuat kesal. Rasanya murkanya hanya dianggap angin lalu oleh Dicky. Sisca memijit pangkal hidungnya, entah mengapa pikirannya menjadi kacau.
Ini semua terjadi tak ubahnya imbas dari kepergian Dicky. Setelah kepergian Dicky, mereka menerima kabar bahwa pemuda itu mengalami kecelakaan tunggal. Tentu saja membuat kedua rekannya sangat marah.
"Shav, lo pergi duluan ya, gue harus balik soalnya" tutur Sisca.
"Lo gak mau liat Dicky?" Tanya Parshav.
Sisca menggeleng. "Gue bakal datang, tapi nanti. Sekarang dunia kita beda, gue harus balik ngurus suami sama anak"
Parshav mengangguk mengerti. "Nanti berkabar kalau lo udah mau ke RS"
Sisca berdehem lalu berucap. "Titip temen lo ya" ucapnya sembari menepuk pelan bahu Parshav.
"Temen lo juga tuh" ujar Parshav. Mereka berdua terkekeh bersama.
Tak habis pikir, bagaimana bisa mereka berenam menjalin persahabatan, sementara kepribadian mereka semua bertolak belakang dan hanya memiliki satu kesamaan. Mereka hidup dengan prinsip tidak ingin diremehkan siapapun membuat sikap mereka cenderung toxic. Namun dibalik itu semua, mereka berenam saling menyayangi karena mereka tau diantara mereka banyak yang memendam rasa sakit.
Parshav dan Sisca pun berpisah dengan tujuan masing-masing. Parshav harus menemui rekan yang sangat menyusahkannya itu. Sementara Sisca harus kembali ke rumah mengurus keluarga kecilnya.
Di sana, di ruang makan keluarga kecilnya, Sisca menceritakan perihal Dicky pada Varrel. Tentu saja Varrel sangat terkejut pun juga ingin memaki. Varrel bingung harus merespon seperti apa, dia ingin memaki tetapi juga pemuda yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri mengalami kecelakaan membuatnya tak tega.
"Aku mau izin nemuin Dicky, boleh kan?" Izin Sisca pada sang suami.
"Aku ikut, sekalian ajak Violan" Varrel lalu meneguk air putihnya, pertanda di telah selesai dengan makanannya. "Dia sudah tau kondisi Dicky?"
"Belum, nanti aku yang akan bilang"
"Gak perlu, biar aku aja. Kamu urus Arya aja dulu ya" ucap Varrel melihat Sisca masih menyuapi Arya. Sisca pun mengangguk patuh.
Varrel pun menuju ke kamar Violan. Dia mengetuk pelan kamar adiknya. "Vio, ini kakak"
Cukup lama menunggu akhirnya Violan memberi akses pada Varrel. Gadis itu langsung saja menghamburkan pelukannya pada Varrel. Tentu saja Varrel segera membalas dan menepuk pelan punggung sang adik.
"Kamu sudah tau?" Tanya Varrel.
"Tentang apa?" Bukannya menjawab, Violan justru melempar pertanyaan.
"Dicky kecelakaan"
"Kok bisa?" Tentu saja Violan dibuat terkejut.
Perasaan kemarin dia baru saja menemui pemuda itu dan juga dia tau Sisca sempat mengunjungi Dicky siang tadi. Apa Sisca mengunjungi Dicky karena pemuda itu mengalami kecelakaan? Kalau benar, berarti dialah penyebab pemuda itu mengalami kecelakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romance"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...