Bonus Chapter 2

68 10 1
                                    


Setelah berjuang bersama sekiranya tiga tahun lamanya, Dicky dan Violan telah resmi menggandeng status baru sebagai pasangan suami istri. Mereka melangsungkan pernikahan keduanya 2 tahun yang lalu.

Mereka berdua hidup dengan harmonis, tanpa banyak drama rumah tangga. Namun, ada satu yang mengganjal. Mereka belum dikaruniai buah hati.

Penyebabnya tak lain karena Violan mengalami gangguan tuba falopi. Ini terjadi karena Violan pernah mengalami operasi pada bagian perutnya pasca kecelakaan. Hal inilah yang membuatnya sulit untuk hamil.

Tak ingin menyerah, segala program hamil telah mereka lalui termasuk prosedur bayi tabung. Namun apa daya, dua kali mencoba semuanya gagal. Embrionya gagal melekat pada dinding rahim.

Tentu saja ini memberikan pukulan yang kuat pada mereka berdua. Violan selalu menyalahkan diri karena tidak bisa memberi keturunan, sementara Dicky selalu menyalahkan dirinya atas penyebab Violan mengalami hal tersebut.

Namun, Dicky tidak memiliki waktu akan hal tersebut. Dia harus fokus untuk menghibur Violan yang sedang menangis. Seperti saat ini.

Dicky dan Violan kini tengah berada dalam kamar mereka berdua. Violan duduk di tepi ranjang, sementara Dicky bersimpuh di hadapan Violan. Dengan lembut, Dicky terus memberikan kata penghibur untuk Violan.

"Sayang, kamu harus tenang ya. Jangan stress biar embrionya bisa tumbuh dengan baik" hibur Dicky.

"Aku takut kalau gagal lagi" ucap Violan yang berusaha menahan tangisnya.

Dicky menggeleng. "Kita udah coba semaksimal mungkin, pasti tuhan bakal ngasih akhir yang bahagia" Dicky lalu mengusap perut Violan. "Ingat kan kata dokter? Kamu gak boleh stress dan harus jaga kesehatan biar peluangnya makin tinggi. Makanya kamu jangan kayak gini ya sayang?"

"Besok kan?"

Dicky tersenyum lalu mengecup perut Violan. "Iya, besok fase two week wait berakhir"

"Gimana kalau gagal lagi?" Tanya Violan. Keraguan terlihat di netranya.

"Kamu percaya sama aku kan? Aku yakin kita berdua bakal dapat yang terbaik. Kalau memang besok belum rezeki kita, kita coba lagi. Jangan nyerah ya?" Dicky meraih kedua tangan Violan. Dia mencium punggung tangan wanitanya. "Kalau memang ternyata kita gak bisa, aku gak masalah harus hidup berdua bareng kamu hingga akhir hayat. Kamu aja udah cukup bagi aku, sayang"

"Dicky" ujar Violan dengan matanya yang berkaca-kaca. Dia lantas memeluk erat tubuh Dicky. Dia bersyukur memiliki pria dihadapannya ini.

Dicky membalas pelukan Violan dengan erat. Hingga perut Violan terasa bergejolak lagi membuatnya buru-buru melepas dekapan Dicky. Lantas Violan berlari ke dalam kamar mandi, memuntahkan cairan bening yang sudah tak asing lagi bagi mereka.

Selama fase two week wait ini, para ibu akan mengalami gejala yang mirip dengan ibu hamil. Hal ini terjadi karena kadar hormon estrogen yang tinggi setelah prosedur transfer embrio yang dilakukan Violan.

Tak hanya mengalami mual, darah juga kerap keluar dari kewanitaannya, dan itu normal bagi yang mengikuti prosedur bayi tabung. Gejala yang dialami memang mirip dengan ibu hamil karena mereka akan mengalami mual, morning sickness, kram perut, payudara yang terasa nyeri dan sebagainya.

Violan mengalami semua gejala itu. Bahkan, dari pertama kali mengikuti prosedur bayi tabung pun Violan mengalami semua gejalanya. Tapi apa daya, saat melakukan pemeriksaan lagi setelah fase two week wait berakhir, dia mendapat kabar bahwa embrionya tidak menempel pada dinding rahim. Yang berarti mereka gagal.

Mereka terus mencoba, hingga kini yang ketiga kalinya mereka mencoba. Mereka hanya menginginkan kehadiran malaikat kecil di hidup mereka tanpa memperdulikan biaya yang harus mereka bayar.

Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang