Chapter 24

82 17 24
                                    


Selama beberapa bulan terakhir ini hubungan kedua insan itu terus membaik. Walau lebih banyak drama dan pertikaian dalam hubungan mereka tidak membuat hubungan keduanya merenggang. Hubungan itu justru kian menguat seiring dengan banyaknya cobaan yang berhasil mereka hadapi.

Kini mereka terlihat kembali dengan pertikaiannya yang membuat siapapun akan jengah melihatnya.  Tak tanggung-tanggung Violan berhasil membuat mulut cerewet Dicky terus berbunyi tanpa kenal situasi. Hal ini dikarenakan Violan tengah berbelanja namun dengan egoisnya gadis itu tidak memperdulikan kondisi Dicky yang kelelahan mengikuti aktivitas berbelanja Violan. 

Lelah dengan segala bentuk protes kekasihnya itu, Violan akhirnya berhenti mendadak membuat Dicky harus ikut berhenti dan sedikit menubrak tubuh Violan. Violan membalik tubuhnya menghadap Dicky.  Dengan jengah dia menatap Dicky yang masih memasang wajah masam dengan beragam ocehan yang dilemparkan.

"Bisa diem gak sih kamu? Capek aku tuh dengernya"

"Gimana mau diem? Kamu gak liat aku udah capek temenin kamu belanja dan apa yang aku dapat? Kamu gak peduli aku capek apa nggak dan malah dijadiin babu" ucap Dicky yang menggoyangkan tas belanja di tangannya.

"Kamu enak ngomong kayak gitu. Gak tau apa susahnya belanja?"

"Emang apa susahnya sih? Sisa beli doang. Lihat, bayar, selesai. Kamu aja yang ngerepotin diri. Dari tadi kerjaannya cuma keluar masuk, untung aja kalau setiap toko yang kamu masuki itu dibeli produknya. Lah kamu? Boro-boro dibeli, cuma buang tenaga pegawainya tau buat layanin kamu yang ujungnya gak jadi beli"

"Udah ngocehnya? Sini aku jelasin. Pertama belanja itu gak gampang, gak sesimpel yang kamu bilang. Aku ini cewek jadi selain mempertimbangkan price juga harus lihat qualitynya. Ditambah aku juga harus mempertimbangkan aspek lain seperti modelnya, kesesuaiannya sama aku, sizenya, warnanya, pokoknya banyak. Gak cuma karena suka langsung beli"

"Bodo amat! Aku gak peduli yang jelas aku capek. Pengen pulang aja aku bawaannya"

"Yaudah pulang aja" Violan segera merebut tas belanjanya yang ada pada Dicky. 

"Oke bye! Aku pulang duluan" 

Setelah mendengar ucapan Dicky, Violan melangkah meninggalkan pemuda itu. Sementara Dicky? Dia memandang tiap langkah yang diambil Violan.  Setelah melihat gadisnya yang telah menjauh barulah juga dia meninggalkan tempat yang ditapakinya sekarang menuju parkiran.

Kembali pada Violan, kini dia terlihat sangat kesal karena dicky benar-benar meninggalkannya. Mau tak mau moodnya turun drastis dan memutuskan menyelesaikan kegiatan berbelanjanya. Dia pun keluar menuju basement dan kini bertambah kesal Setelah tidak menemukan keberadaan mobil kekasihnya. Sialan! Dicky serius dengan perkataannya. 

Mau tidak mau violan pun menuju ke pintu utama mall tersebut untuk memesan layanan transportasi online. Setelah beberapa menit menunggu, Violan melihat mobil berhenti tepat di depannya. 

"Mau dibantuin gak neng?" Tanya sang pengemudi.

"Gak usah pak, bisa sendiri. Mending bapak minggir deh" jawab Violan acuh.

Sang pengemudi pun keluar dan merampas telepon genggam Violan dan segera kembali masuk kedalam mobil nya. Tidak lupa sang pengendara mengunci pintu mobilnya. Hal ini tentu saja membuat violan sangat murka.

Biarkan Waktu BermainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang