Hari telah berlalu, kini Parshav melangkahkan kakinya menuju ruangan Dicky. Hari ini Dicky direncanakan akan keluar rumah sakit. Olehnya, dia datang untuk menjemput sahabat karibnya itu.
"Eh ada neng geulis" ucap Parshav ketika mendapati sosok gadis tengah berdiri di depan ruang rawat Dicky.
Gadis itu spontan membekap mulut Parshav. "Diam gak lo!" Ancamnya dengan suara berbisik.
"Emang kenapa sih Vi?" Tanya Parshav kepada gadis yang ternyata tidak lain adalah Violan.
Violan memilih tidak menjawab, gadis itu melangkah meninggalkan Parshav. "Minggir ah!"
"Eittsss! Lo mau kemana? Mau ketemu Dicky ya lo?" Halang Parshav lalu menodong Violan dengan pertanyaan menggebu-gebu.
"Minggir ihh"
"Jawab dulu dong, emang kalau lo jawab bakal buat lo miskin? Nggak kan? Lo pasti mau ketemu Dicky kan? Tapi kehalang gengsi? Cieee gengsi" goda Parshav.
"Apaan? Orang habis dari ruangan Raka" jawab Violan.
"Iya habis ketemu Raka terus mampir dulu kan liat Dicky? Uhuyyy, anak perawannya pak Hirwad dilema"
"Orang ini lagi otw ketemu dokter Rizal kok" elak Violan.
"Jujur aja Vi" Entah mengapa suasana mendadak serius. Violan menatap Parshav, raut pemuda itu sangat serius.
"Gue jujur"
"Bohong, jangan lo pikir selama ini gue ngelawak artinya gue gak peka, gue tau apa yang terjadi. Gue cuma diem dan nunggu waktu yang tepat"
"Lo gak cocok serius Shav" sindir Violan.
"Yeahh, i know more than you. Gue juga lebih tau perasaan lo dibanding diri lo"
"Emang lo tau apa tentang perasaan gue?"
"See? Gue gak sekali doang denger ucapan ini. Gue pernah dengar Dicky ucapin hal yang sama saat ditanya Sisca, tapi akhirnya dia bucin tuh sama lo. Dia jatuh cinta sama lo. Lo berdua itu saling cinta tapi kehalang ego dan pikiran bodoh kalian berdua"
"Gue gak peduli! Minggir gak?" Ancam Violan.
"Temui Dicky" ucap Parshav yang seketika menghentikan langkah Violan. "Dia lagi hancur, setidaknya selesaikan masalah kalian"
"Masalah apa? Gue sama dia aja gak saling kenal, untuk apa diselesain?"
"Menurut lo memulai hal baru bersama orang baru sementara lo masih terikat dengan orang lama bakal buat lo bahagia? Lo bakal kepikiran!"
Entah mengapa ucapan Parshav berhasil membuat Violan kembali menimang semua perkataan Parshav. Entah mengapa logikanya berpikir hal yang dikatakan Parshav betul. Dia harus menyelesaikan masa lalunya untuk memulai lagi dengan orang lain di masa depannya.
Violan menatap netra Parshav. "Gue harus gimana?" Tanyanya.
"Temui Dicky. Ungkapin semua hal yang pengen lo keluarin termasuk keinginan lo buat lepas dari dia"
"Gimana kalau dia ngamuk lagi?" Tanya Violan yang merasa resah jika Dicky akan mengamuk.
Parshav menggeleng. "Percaya sama gue, lo bakal aman. Gue bakal nunggu di luar, kalau terjadi sesuatu gue yang bakal ngehajar Dicky. Gue sabuk hitam taekwondo kalau lo lupa, eh tapi emang lupa ya? Lo kan amnesia hehehe" Ucapnya serius namun berakhir dengan sebuah candaan. Apa yang dapat diharapkan dari seorang Parshav.
******
"Hai" sapa Violan.
sapaan yang selalu mereka lontarkan semenjak insiden itu terjadi. Yang dahulu sebuah pelukan hangat menjemput, sekarang hanya kecanggungan yang setia menemani.
![](https://img.wattpad.com/cover/333976798-288-k45076.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Waktu Bermain
Romansa"Aku mencintaimu" Kalimat yang aku ucapkan dengan harapan membuahkan hasil yang aku mau. Namun, semua ternyata hanya tipuan, nyatanya kau tak mencintai diriku. Hingga semuanya berubah. Seakan waktu merestui, memutar balikkan keadaan. Kini kau mendam...