" Nama kamu Juanda, biasa di panggil adek, dedek Juan, sama dedek Uwon. " Ujar Yeonjun sambil mengusap usap lembut kepala Jungwon yang masih di perban sepenuhnya. Sejak siuman, Jungwon tidak pernah bicara sama sekali, ya di karenakan ingatannya yang hilang seluruhnya. Bagaikan di sebuah cerita karangan, Jungwon seperti jiwa yang terlahir kembali di tubuh seseorang yang telah besar, di tempat asing dan di sekitar orang orang yang asing pula.
Heeseung dan Jay yang sedaritadi hanya memperhatikan dari sudut ruangan hanya mampu berdiam diri melihat itu, kenapa takdir sungguh kejam? Mengambil seluruh ingatan adik kecil mereka, membuat ia tidak mengenal siapapun termasuk dirinya sendiri, membuatnya harus memulai semuanya dari awal, menjalani kehidupan baru baginya.
" Apa kita bisa buat dedek kayak dulu lagi... " Lirih Jay meremat ujung seragam nya. Saat Heeseung menelfon dan memberitahu Jungwon siuman, ia, Sunghoon, Jake bahkan Sunoo dan Ni-ki tidak sempat lagi pulang ke rumah, mereka langsung ke rumah sakit untuk melihat Jungwon.
" Kita harus berusaha, walaupun setelah ini Juan mungkin lebih mudah lupa tapi semuanya udah terlanjur kan? kita gak bisa mencegahnya lagi, seharusnya saat itu kita bisa lebih menjaga Juan dan gak biarin dua pergi sama Zhi... mungkin ini semua gak akan terjadi. "
Jay menoleh dan mengerutkan dahinya, " Jadi lo beneran salahin Zhi?? "
" Mungkin... itu memang kenyataannya kan? "
" Kenyataan apa cok! Mata lo kemana sih, lo bukannya mau minta maaf sama Zhi, tapi lo makin menjadi aja, apa perkataan Juna tadi pagi belum terlalu nyadarin lo? "
" Tapi emang Zhi gak ngejaga Juan dengan baik! Lo lihat juga kan? Zhi malah diam aja pas Juan nyebrang duluan, berakhir Juan ketabrak. Siapa yang salah? Zhi! "
" Kalian bahas tentang apa? Jangan bertengkar di sini, Juan baru aja siuman, dia butuh istirahat penuh. " Tegur Yeonjun setelah telinga nya mendengar adu mulut antara Jay dan Heeseung.
Jay tertawa hambar kemudian langsung menarik Heeseung keluar, melewati Jake, Sunghoon, Ni-ki dan Sunoo yang kebingungan melihat mereka.
" Lo mau ngapain sih?! " Heeseung menghempaskan lengannya hingga genggaman Jay terlepas saat mereka telah sampai di taman rumah sakit.
" Gua cuma mau lo gak terus salahin Zhi! Gua tau banget lo itu orang yang sabar dan pemaaf, kenapa sekedar gini doang lo gak bisa lupain? Ini juga bukan sepenuhnya salah Zhi, coba dah lo pikir lagi, kalo waktu itu Juan gak nekat nyebrang sendirian dan tetap di gandeng sama Zhi, semuanya juga gak akan terjadi. Bukan berarti gua bela Zhi gini gua gak sayang Juan, gua sayang banget sama dia, tapi Zhi juga gak pantas untuk di salahin. "
" Gimana gua bisa ngelupain dengan mudah kalo Juan aja sama amnesia permanen kayak gini! " Heeseung terduduk di kursi taman lalu mengacak acak rambutnya, perasaan benar benar campur aduk.
Jay menghela nafas dan berjongkok di depan Heeseung, mengambil kedua tangan sang kakak dan menatapnya, " Itu baru prediksi dokter, siapa tau nanti Juan bisa ingat kita. Walaupun gak bisa, kita bisa bikin ingatan baru yang lebih bahagia untuk Juan, bersama sama. Kalo sikap kak Hesa kayak gini, Juan yang mengenal kita pasti akan kecewa juga kak, kak Hesa gak bisa salahin Zhi yang bisa menekan mental Zhi, mental Zhi udah gak baik baik aja semenjak peristiwa itu, dia sering ketakutan dan nangis dengan hal hal kecil yang mengingatkan dia sama kejadian saat dia mendapat perundungan. Termasuk tadi pagi, dia sampai nangis terus melihat kita bertengkar, entah ini cuma kekhawatiran gua sama Juna aja atau gak, tapi gua takut kak, kami bisa tau Zhi sangat tertekan dari kertas kertas yang di coret coret nya, dia selalu menyalurkan ketakutan nya di sana, jangan sampai lo menyesal nanti. "
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐮𝐠𝐚𝐫 𝐃𝐚𝐢𝐥𝐲
FanfictionTujuh berlian yang berdampingan, menghadapi rintangan kehidupan yang seringkali bermunculan, dengan saling menjaga, berlian mungkin tidak akan terpecah.