07.

30.2K 476 4
                                    

"Justin." Alea terus mengetuk pintu kamar pria itu berulang kali. Hari sudah menjelang malam, dan pria itu tak keluar dari kamar sedari siang, entah apa yang pemuda itu lakukan sehingga melupakan Alea saat ini sedang kelaparan.

"Justin! Gue laper!" Alea berteriak geram, mengetuk pintu kamar Justin yang tertutup dengan kuat. Alea tidak akan melakukan ini jika ia bisa membuka pintu apartemen. Dia tidak miskin sehingga tidak bisa membeli makanan di luar.

"Gila ni cowok." Gadis itu mengusap wajahnya kasar, setelahnya ia meringis mendengar suara perutnya yang keroncongan.

Alea menyerah, lantas kembali duduk di sofa memutuskan untuk tidur. Dan beberapa menit kemudian pintu kamar terbuka, Justin menguap lalu melangkah menuju dapur, namun langkahnya berhenti sejenak saat melihat Alea sedang tertidur di sofa.

Justin menghabiskan beberapa menit di dapur untuk memasak, setelahnya dia kembali menuju sofa untuk membangunkan Alea.

"Alea." Pria itu mengetuk-ngetuk kening Alea menggunakan telunjuknya. Dan tidak menunggu waktu yang lama, akhirnya gadis itu pun bangun.

"Gue udah masak, ayo makan bareng." Justin melangkah terlebih dahulu, sementara Alea mendengus kesal, namun tetap mengikuti Justin dan duduk bersama di meja makan.

"Maaf, tadi gue ketiduran. Lo gak apa-apa kan?" Justin membuka percakapan setelah menghabiskan makanannya.

Alea mendesah dan tersenyum tipis, meskipun sedikit kesal, tapi sewajarnya dia harus berterimakasih pada Justin. "Iya gak apa-apa. Gue juga minta maaf, tadi udah marah-marah sama lo."

"Oke. Gue udah selesai, lo gak apa-apa kalo dirumah sendiri? Gue mau pergi." Justin bangkit berdiri, masih menatap Alea.

Kedua mata Alea mengerjab. "Emang lo mau kemana?"

Justin menggaruk kepalanya tak gatal. "Em, itu.. gue mau ke club."

"Gue boleh ikut gak?"

Kening Justin mengerut. "Lo yakin?" Pria itu bertanya, dan mendapatkan anggukan dari Alea.

"Lo tau kan keadaan club gimana? Gue gak mau lo kenapa-kenapa nantinya."

Ucapan Justin membuat rona merah di kedua pipi Alea menguar, tidak tahu itu rasa peduli atau kasihan, namun Alea menyukainya.
"Gue udah dewasa, jangan anggap gue remeh."

"Oke." Justin mengangguk. Gue tunggu di mobil. Pria itu langsung saja melenggang meninggalkan Alea, sebelumnya ia mengambil jaket hitam, dan menunggu Alea di luar.

Tidak memakan waktu yang lama, keduanya kini sudah sampai di club yang biasa Justin datangi. Alea hanya bisa melangkah di belakang Justin, yang mana pria itu mulai di datangi oleh para wanita.

"Just, di belakang lo siapa?" tanya perempuan berpakaian punk, sebelum dia mengecup pipi Justin dan memeluk pria itu. Dia juga memberikan tatapan remeh pada Alea.

Justin tersenyum samar, mendorong tubuh gadis bernama Kate pelan. Lantas menarik tangan Alea agar berdiri disampingnya. "Kenalan dulu. Dia temen gue."

Alea menatap Justin sebentar, lalu menatap gadis di hadapannya. Menjulurkan tangannya mengajak bersalaman. "Alea."

Alis kate terangkat, kekasih dari Jack itu masih saja menatap Alea dengan tatapan remeh, bahkan tidak menyambut uluran tangan Alea. "Kate."

Dengan cepat Alea menarik uluran yang tak di sambut Kate, dia memberikan senyum terpaksa.

"Jack, Lucas dan Alex udah dateng?" Justin mengalihkan kecangguan.

"Udah dong, dari tadi juga nungguin lo. Carla juga udah mulai mabuk. Katanya lo marah sama dia." Kate melangkah bersama di samping Justin, sesekali melirik Alea.

Eternal Love [Justin&Alea]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang