"Justin? Kok kamu kesini sih?"
Alea terkejut, saat ia keluar dari kamar mandi, ia mendapati Justin sedang berdiri di samping meja belajarnya sembari melihat-lihat figura disana.
Pria itu pun menoleh, tersenyum menatap Alea.
"Aku udah selesai kok ngomong sama tante Briana."Kening Alea mengerut. "Kok cepet banget, kamu gak di ancam kan sama Mommy? Mommy ngomong apa aja? Dia setuju gak sama hubungan kita? Trus dia bilang batalin pertunangan itu kan? Trus..."
Cup!
Justin mencuri satu kecupan di bibir Alea, dan mengacak-ngacak rambut pirang gadis itu dengan gemas. "Kamu bawel banget, sayang." Justin terkekeh. "Sini peluk aku dulu."
Biarpun Alea cemberut dengan wajah memerah, gadis itu tetap memeluk Justin. Lantas pria itu membawanya duduk di tepi ranjang.
"Yaudah sekarang kasitau Mommy ngomong apa aja sama kamu?""Tante Briana cuma nanya nama, asal, dan pekerjaan aku. Kita gak ngomong banyak, sayang, soalnya Mommy kamu harus pergi kerja sama Ayah kamu."
"Kamu gak bohong kan? Jujur aja kalo Mommy ngancam kamu."
Justin tersenyum, meraih kepala Alea ia sandarkan di dadanya. "Sumpah, aku gak bohong." Justin bernapas. "Tapi aku rasa Mommy kamu gak suka deh sama aku."
"Kok kamu bilang gitu?"
"Iya, soalnya dia natap aku sinis."
"Mommy gak gitu kok. Nanti kalo kamu akrab sama dia, kamu pasti tau kalo Mommy itu Ibu yang baik." Alea memeluk Justin, sesekali mengecupi leher prianya.
"Semoga aja." Justin menatap lurus kedepan, dia tidak berbohong. Justin dapat merasakan ketidaksukaan Briana padanya, terutama saat Justin mengatakann tentang pekerjaan, Justin tahu jika terdapat nada meremehkan dari ucapan wanita itu. Namun Justin harus berpikir positif, mungkin saja itulah watak Briana yang tak Justin ketahui.
"Just. Tadi aku ngomong sama Aron. Katanya kamu nolong dia pas dia mau jatuh dari roftop."
"Hm." Justin hanya berdehem.
"Kamu kenapa nolongin dia? Kamu tau kan tujuan dia sebelumnya mau dorong kamu?"
"Aku tau." Justin mendesah. "Aku nolong dia karna dia teman masa kecil kamu, dan aku juga manusia biasa kali, Al. Aku masih punya rasa kasihan, meski cuma sedikit sih."
"Pacar ganteng aku baik banget."
Justin mengecup kening Alea. "Trus Aron ngomong apalagi sama kamu?"
Alea terdiam, pikirannya pun kini tertuju saat Aron mengatakan pertunangannya di adakan tiga hari lagi, jika ia memberitahu Justin, bisa saja pria itu sakit hati, dan Alea tidak mau hal itu terjadi.
"Gak ada, soalnya aku marah-marah sama dia." Alea terkekeh."Yaudah, dia gak ngapa-ngapain kamu kan?"
"Gak dong, sayang nya aku." Alea mengeratkan pelukannya, sementara Justin tersenyum lebar membalas pelukan Alea.
"Yaudah, kamu tidur gih.. udah malem. Aku juga mau pulang, besok aku udah kerja, Al. Kamu juga ke kampus kan?"
Alea melonggarkan pelukannya, membuat wajahnya menjadi cemberut. "Ih kok aku gak mau jauh-jauh sama kamu ya. Aku pengen berduaan sama kamu terus, Just. Rasanya kalo kamu jauh, atau kerja sekalipun, aku cemburuuu."
Justin terkekeh. "Kamu jangan khawatir soal perasaan aku. Kamu gak lupakan aku udah bilang kalo aku cinta mati sama kamu, Al. Cuma kamu satu-satunya perempuan yang aku cintai di dunia ini."
Wajah Alea merah padam, namun ia teringat sesuatu.
"Trus Ibu kamu gimana? Masa cuma aku?"Wajah Justin mendadak berubah datar, senyumannya menghilang seketika. "Udah, kamu tidur aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love [Justin&Alea]✔
RandomFollow untuk membuka bab terkunci ! "Ini bakal sedikit sakit, tapi gue janji setelahnya lo bakal keenakan," "Udah?" tanyanya polos. "Udah, sayang. Udah mentok." ... Warning!! 21+ Di bawah umur minggir!! Semua berawal dari permainan⚠