Alea sudah benar-benar gila ketika ia rela mengantri bersama perempuan-perempuan hamil yang sedang duduk di sebelahnya. Yang menguatkan tekatnya untuk menemui Dokter kandungan yaitu karena belakangan ini libido Alea terus meningkat, dia dan Justin selalu berhubungan setiap malam. Alea khawatir terjadi sesuatu pada kandungannya terlebih dua hari kemarin dia mendapatkan bercak. Meskipun hanya setetes, namun cukup membuat Alea tak tenang.
Tinggal satu nomor lagi dan setelahnya gilirannya untuk menghadap Dokter kandungan. Alea sengaja memakai masker untuk berjaga-jaga siapa tahu ada seseorang yang mengenalnya.
"Nomor 23!"
Mendengar itu, segera Alea bangkit berdiri, memaauki ruangan putih tersebut, dan duduk di depan Dokter yang bulan lalu sempat memeriksanya.
"Ada keluhan apa, Bu."
"Bu Dokter, dua hari yang lalu saya mengalami bercak kecoklatan, tapi cuma sedikit, itu gimana ya, Dok. Saya takut kandungan saya kenapa-kenapa."
Perempuan itu nampak menghela napas lalu tersenyum. "Tidak masalah, Bu. Asalkan bercaknya tidak banyak, itu wajar."
Alea menghela napas lega.
"Tapi saya harap Ibu dan Pak suami sebaiknya kurangi dulu berhubungan ya, soalnya keluarnya bercak itu menandakan kandungan lemah, dan jika Ibu terus-terusan mengeluarkan bercak akan menjadi resiko keguguran."
Alea terkejut mendengar penjelasan perempuan di hadapannya ini, dia mengusap perutnya lembut.
"Tapi, Dok.. akhir-akhir ini libido saya mudah naik," ungkap Alea malu, sebenarnya sangat malu menanyakan hal ini, tapi Alea harus bisa, ini semua demi bayinya."Tidak masalah, Bu. Asalkan Ibu bisa mengontrol diri, berhubungan dengan aman, dan jangan lupa sperma Pak suami harus di buang keluar ya."
Alea tak dapat menyembunyikan semburat merah di kedua pipinya, dia mengangguk paham dan selanjutnya Dokter itu memberi resep vitamin dan penguat kandungan untuk Alea tebus di apotik sebelah.
Alea berpikir, entah kapan ia bisa memanggil Justin dengan sebutan suami, pasalnya pria itu pun tak pernah membahas perihal tentang masa depan mereka.
Ah sudahlah.. Alea tidak mau ambil pusing, saat ini Alea harus fokus menjaga diri demi bayinya, dan juga Alea sudah memutuskan di bulan ke empat kandungannya nanti, dia akan jujur pada Justin.
"Makasih ya.."
"Sama-sama, Bu.." kata wanita yang menyerahkan beberapa vitamin pada Alea.
Alea pun kembali memakai maskernya yang sempat ia buka tadi, dan melenggang pergi.
Namun Alea tidak menyadari jika sorang pria sedari tadi melihat gerak-geriknya sejak memasuki ruangan Dokter kandungan. Alex juga melangkah ke apotik untuk menebus resep obat pun menatap punggung Alea yang sudah mulai menjauh.
"Alea ngapain ke Dokter kandungan?" pikir Alex bertanya-tanya.
"Kenapa, sayang?" tanya wanita berhijab di sebelahnya, membuat Alex berpaling dan tersenyum lembut pada istrinya.
"Gak apa-apa, sayang. Yuk pulang," ucap Alex setelah menerima obat.
Sesampainya dirumah..
Alea segera memasuki kamar sembari membawa mampan makanan, wanita itu memakan makanannya dengan lahap, mungkin Alea bisa bersyukur di saat wanita hamil lainnya menderita karena mual di setiap paginya, namun lain dengan Alea.. dia sama sekali tidak merasakan tanda-tanda mual sedikitpun hingga di bulan ketiga kehamilannya ini. Dan itu pun membantunya supaya tidak ketahuan dengan Justin.Alea memang mempercayai Justin, pemuda itu pasti akan bertanggung jawab.. tapi siapa tahu nantinya ucapan Justin bulan lalu di rumah Jack benar-benar nyata, dan pria itu nantinya memaksa dirinya untuk aborsi? Oh, Alea tidak akan membuat itu terjadi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love [Justin&Alea]✔
AlteleFollow untuk membuka bab terkunci ! "Ini bakal sedikit sakit, tapi gue janji setelahnya lo bakal keenakan," "Udah?" tanyanya polos. "Udah, sayang. Udah mentok." ... Warning!! 21+ Di bawah umur minggir!! Semua berawal dari permainan⚠