Alea dan Justin benar-benar menghabiskan waktu bersama selama dua hari ini, karena malamnya Briana sudah pulang, dan itu menandakan Alea tidak tinggal bersama Justin lagi. Dan lagi pria itu sudah berjanji akan menemui Briana, bermaksud memperkenalkan diri.
"Just. Ini kebanyakan tau." Alea menatap kumpulan paperbang di atas ranjangnya. Yah, Justin memaksa Alea berbelanja kebutuhan gadis itu, dan Alea pun sudah bersusah payah untuk menolak, membujuk, namun Justin tetap kekeh untuk membelanjakannya.
Alea bukan meremehkan Justin, Alea hanya berpikir Justin sudah melakukan banyak hal padanya, dan Alea tidak membutuhkan apapun lagi.
"Gak apa-apa, sayang. Lagian aku belum pernah belanjain kamu." Justin menarik Alea agar berdiri, memeluk gadisnya erat. Justin ingin gadis itu bahagia bersamanya.
Alea mendesah, kedua tangannya mengusap-ngusap punggung lebar Justin. "Makasih ya, hari ini aku bahagia banget."
"Sama-sama, sayang. Kalo kamu butuh apapun bilang sama aku ya."
Alea mengangguk, lantas keduanya kini melangkah keluar dari dapur. Justin memilih duduk di kursi, memandangi Alea yang sedang menata bahan makanan ke dalam kulkas.
Justin ingin selalu seperti ini, melihat Alea berada di satu ruangan bersamanya, mendapatkan perhahatian dan kasih sayang dari Alea tanpa masalah yang ada.
"Just. Nanti kamu jadi kan kerumah aku?" tanya Alea seraya menutup pintu kulkas, gadis itu menghampiri Justin, lalu duduk disamping prianya.
"Iya, sayang. Trus kapan kamu pulangnya?"
"Nanti sore."
"Yaudah, nanti aku anterin. Sekarang kita ke kamar dulu yuk, aku mau peluk-peluk sebelum kita jauhan." Justin segera menarik tangan Alea pelan, membuat gadis itu terkikik geli.
"Kaki kamu pegel gak?" tanya Justin begitu sampai di kamarnya, ia menyentuh betis Alea, saat ini gadis itu sedang terlentang, sementara Justin duduk sembari menatap gadisnya lekat.
Alea mengangguk. "Lumayan sih, soalnya capek keliling mall."
"Yaudah aku pijitin ya."
Gadis itu mengangguk, dan Justin mulai memijat kaki Alea dengan lembut, kadang mengusap lalu memijatnya lagi, di karenakan gadis itu memakai dres selutut, semakin memudahkan Justin untuk menggerayangi betis hingga paha Alea. Dan akhirnya pijatan Justin berubah menjadi usapan lembut di paha dalam Alea.
Napas Justin memberat, dia juga dapat melihat wajah gadisnya berubah memerah padam, namun Alea tidak menepis sentuhannya, membuat tangan Justin semakin bergerilya hingga jari tengahnya menggoda kewanitaan Alea sembari menyingkap celana dalam Alea.
"Just.." lirih Alea menatap Justin sayu, rasanya miliknya di bawah sana mulai basah dan terasa gatal.
"Apa sayang?" Jari Justin semakin menggoda lubang kenikmatan itu, mengorek serta menusuk-nusuk sampai basah.
"Tadi katanya di pijitin." Wajah Alea memerah. "Tapi kok pussy aku di tusuk-tusuk ih." Suara Alea memelan di iringi desahan kecil, membuat Justin semakin memanas saja, dan tak sabar untuk menerjang Alea.
"Iya sayang, tapi gimana dong.. aku jadi sange nih."
Bibir Alea cemberut, namun detik kemudian dia tersenyum lalu merentangkan kedua tangannya.
"Yaudah sini cium aku."Nada merengek manja itu membuat jantung Justin berdegup kencang. Dia sangat menyukai sifat Alea yang menggemaskan, manja kepadanya, terlebih desahan Alea yang telah menjadi candu untuk Justin.
Keduanya kini saling melumat intens, saling menghisap satu sama lain seolah meluahkan rindu. Justin melahap bibir Alea dalam-dalam, tidak memberi gadis itu ruang sedikitpun, menyesap dalam-dalam dan menggigiti bibir Alea pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love [Justin&Alea]✔
RandomFollow untuk membuka bab terkunci ! "Ini bakal sedikit sakit, tapi gue janji setelahnya lo bakal keenakan," "Udah?" tanyanya polos. "Udah, sayang. Udah mentok." ... Warning!! 21+ Di bawah umur minggir!! Semua berawal dari permainan⚠