06.

28.7K 458 3
                                    

Pagi menyambut, gadis cantik yang masih berbaring di atas ranjang dengan posisi sudah tak karuan mulai menggeliat pelan, kedua mata bulat yang di hiasi oleh bulu mata lebat itu mengerjab beberapa kali. Tak percaya jika tadi malam itu adalah nyata, yang mana ia berada di dalam dekapan Justin.

Alea menguap lebar-lebar lalu tersenyum menutupi wajah dengan kedua tangannya. Kenapa rasanya mendebarkan sekali, oh astaga Alea sudah gila.

Omong-omong kemana pria itu? Alea memutuskan segera bangkit dari tempat tidur, sebelum melangkah dia memeriksa tubuh dan bagian bawahnya, dan untung saja dia tidak merasakan sakit ataupun aneh.

Menghela napas lega, kini Alea melangkah untuk mengecek kamar mandi yang ternyata tidak ada siapa-siapa. Keluar dari kamarpun dia tak menemukan pemuda tampan itu.

"Kemana dia sepagi ini?" gumam Alea seraya mengecek ponsel, dan oh astaga sekarang sudah pukul 12 siang dan dia baru bangun? Oh god, bagaimana bisa dia tidur senyenyak itu?!

Lalu apa yang Alea lakukan sekarang? Ingin menghubungi Justin, namun dia tidak memiliki nomor ponsel pria itu. Alea hanya bisa mendesah kasar, mendudukkan dirinya di sofa, dan tak lama berselang, beberapa notifikasi masuk di ponselnya, notif dari Ibu dan Aron.

Pesan Briana berisikan kata-kata maaf, serta menanyakan dimana keberadaannya. Dan juga Aron, astaga mungkinkah Briana telah mengatakan jika ia telah pergi dari rumah.

Belum selesai Alea membaca beberapa pesan, panggilan video dari Aron masuk, membuat Alea mendesah dan mau tak mau ia menggeser ikon hijau, mengarahkan ponsel depan wajahnya.

"Hey, what happened to you?! Kenapa pergi dari rumah? Kau tidak tahu seberapa cemasnya aku padamu?! Dan kenapa kau mematikan ponselmu semalaman?!!" Suara Aron terkesan membentak, kedua matanya juga membesar memperlihatkan amarah. Dari seragam yang ia pakai, pria muda itu tampak masih di sekolah.

Alea menghela napas. "Tak perlu berteriak padaku, karna kau tidak tahu apa-apa."

"Al, ibumu sangat mengkhawatirkanmu, mungkin saja semalaman dia menangisimu."

"Mungkin saja, tapi aku tidak peduli. Sebaiknya kau jangan ikut campur. Dan ya jika kau membahas wanita itu, aku akan mematikan sambungan telepon!"

"Come on, dia Ibumu. Kenapa kau kasar sekali?"

"Kau tidak tahu apa-apa, Aron. Sudahlah aku muak denganmu."

"Al, sebentar..." Aron menyerah, pria itu menghela napasnya, dia tahu bagaimana sifat kekanak-kanakan kekasihnya. Aron hanya bisa mengalah karena ia dan Alea sekarang kini berjauhan.

"Maafkan aku, oke? Katakanlah, sekarang kau dimana?" Suara Aron melembut, membuat Alea mendesah pelan.

"Kau tidak perlu tahu."

Aron mengusap wajahnya kasar, berusaha tidak terpancing dan berakhir membentak Alea. Tidak tahukah gadis itu jika ia sedang khawatir.

"Alea, please. Aku tidak bisa tenang disini.."

"Apa yang perlu kau tahu Aron? Wanita itu pasti sudah bercerita padamu. Dan juga dia mengadukan perbuatanku padamu bukan?"

"Ya. Tapi aku berhak tahu, kau kekasihku." Suara Aron terdengar lembut. "Jadi kumohon, dimana kau sekarang? Disana seperti bukan di apartemenmu. Jangan kau bilang jika kau sedang bersama pria."

Alea mendadak terdiam, tebakan Aron benar. Dia berada di tempat orang lain, bahkan seorang pria. Dan juga Alea merasa bersalah ketika tadi malam dia sempat menikmati pelukan Justin. Alea merasa sudah berkhianat dengan Aron kekasihnya.

"Alea. Apakah benar kau bersama pria? Aku akan menghampirimu sekarang." Aron berkata saat melihat gadisnya hanya diam saja.

"Ah tentu saja tidak. Aku tinggal bersama teman perempuanku."

Eternal Love [Justin&Alea]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang