Hubungan Justin dan Alea kian membaik, meski kadang-kadang Justin sering lembur karena bekerja, namun Alea sudah mulai mengerti dan sabar, begitu pun jika Alea berangkat kuliah ataupun gadis itu menginap di rumahnya, Justin sabar menantikan kabar dari Alea. Intinya keduanya selalu berkomunikasi meskipun tak sering tinggal bersama, kecuali saat Briana melakukan perjalanan di luar negeri.
Seperti sekarang, pagi harinya kedua sejoli itu telah melakukan ritual pagi di kamar mandi bersama, pasalnya Ibu Alea sudah melakukan perjalanan bisnis selama tiga hari.
"Kamu pake baju gih, nanti kedinginan. Aku angkat telpon dulu," kata Justin saat mendengar dering ponsel. Sementara Alea mengangguk, lantas menurunkan handuk tanpa malu, mengenakan pakaiannya, sementara Justin sedikit menjauh seraya menempelkan ponsel di telinga.
"Dengar, lo gak usah gangguin gue. Gue gak mau cewe gue cemburu."
Justin mematikan sambungan sepihak, membuat Alea segera menatap Justin penasaran. Usai mengenakan baju, gadis itu melangkah mendekati Justin yang kini sedang berdiri di ambang pintu.
"Just.. itu siapa?"
"Carla."
Deg!
Mendengar nama perempuan itu entah mengapa membuat darah Alea mendidih, marah, kesal, cemburu menjadi satu. Ada banyak kebenciannya pada gadis berambut merah itu, salah satunya masa lalu Justin dengan Carla, meskipun bukan hanya gadis itu yang telah bersama Justin dulu.
"Dia ngomong apa sama kamu?" tanya Alea, kini raut wajahnya berubah datar.
"Dia ajak aku ketemuan, katanya mau ngomong seseuatu yang penting. Tapi aku tolak, aku gak mau kamu cemburu."
Alis Alea terangkat satu. "Kalo aku gak cemburu, kamu mau temuin dia?"
"Tetap engga, sayang. Kamu jangan khawatir, sekarang aku gak mau berurusan lagi sama dia." Justin dapat melihat kilat cemburu di wajah gadisnya. Justin juga tahu jika Alea sangat sensitif saat mendengar nama Carla.
"Trus kalo tau itu Carla, kamu kenapa angkat telpon dari dia?"
"Dia pake nomer baru, sayang." Justin berjalan kearah lemari, mengenakan baju. "Dia pasti minta nomer aku sama Jack."
Alea diam, tanpa sepatah kata, gadis itu keluar dari kamar lantas memasuki kamar bernuansa pink, gadis itu berdiri di depan cermin, menyisir rambut, serta memakai riasan tipis, setelahnya mengambil tas selempang.
"Kamu gak usah anterin aku, Just." Alea berkata saat keluar dari kamar, dan melihat kekasihnya terlihat sudah rapi, tampan dan tentunya pria itu sangat wangi.
Kening Justin mengerut. "Kenapa? Kamu gak mau?"
"Bukan gak mau. Kan kamu udah telat, kamu juga bilang ada rapat pagi ini? Aku bisa berangkat sendiri kok."
"Gak apa-apa, sayang. Aku harus mastiin kamu sampe di kampus."
"No, no." Alea maju, merapatkan tubuhnya pada Justin, kedua tangannya melingkar di leher pria itu, dia mendongak menatap kedua bola mata biru milik Justin. "Aku gak apa-apa, kok. Lagian kampus dan tempat kerja kamu itu berlawanan arah, nanti kamu telat ikut rapatnya."
Dan akhirnya Justin mengangguk, kedua tangannya melingkari pinggang ramping gadisnya, sesekali mengelus dan meremas kecil disana.
"Yaudah, nanti kabarin aku kalo udah nyampe. Trus kalo ada apa-apa langsung telpon aku.""Iya sayang." Alea tersenyum, tangannya terangkat menyentuh rahang Justin, mengusap lembut disana. Oh astaga, betapa tampannya manusia ini?! Sungguh, Alea cinta mati.
"Ingat, kamu gak boleh dekat-dekat sama cowok lain, gak boleh berteman sama cowok, jaga jarak, jaga diri, dan rajin belajar."
Mendengar itu membuat Alea terkekeh pelan, namun tetap saja mengangguk.
"Kamu juga ya, gak boleh deket-deket sama cewek lain, pokonya gak boleh di lirik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Love [Justin&Alea]✔
RandomFollow untuk membuka bab terkunci ! "Ini bakal sedikit sakit, tapi gue janji setelahnya lo bakal keenakan," "Udah?" tanyanya polos. "Udah, sayang. Udah mentok." ... Warning!! 21+ Di bawah umur minggir!! Semua berawal dari permainan⚠