🔜Lima Puluh Empat🔙

12.3K 270 0
                                    

BELUM REVISI

20 FEBRUARI 2023
21.08

10 hari sudah berlalu. Rafka sudah melewati sidang mengenai Ahsyen. Menjeratnya dengan memberi keringanan dengan 1,5 tahun penjara. Karena ini juga bukan perbuatan yang sepenuhnya kriminal ataupun koruptor. Bukan untuk kesenangan diri sendiri. Bukan untuk berfoya-foya. Dan bukan untuk menjadi hak atas miliknya.

Melainkan untuk seseorang yang dia sayangi sebagai keluarga. Terpaksa melakukan untuk sebuah kebajikan. Walaupun memang cara yang salah tapi tidak untuk dijerat seberat-beratnya.

Rafka meminta keringanan hukuman kepada yang mulia atas tindakan Ahsyen. Menjelaskan alurnya. Sang hakim memaklumi juga. Kemudian permintaan Rafka dikabulkan oleh yang mulia. Dan 3 ketukan palu pun berbunyi, menandakan hukuman Ahsyen diringankan dengan penjara 1,5 tahun.

Kemudian, dia juga perlu mengurus pesan Ahsyen. Untuk berkunjung ke ruang bapak yang Ahsyen maksud. Bandung, Jawa Barat.

Dia menemui bapak seorang diri karena istrinya sudah meninggal 2 tahun setelah putri satu-satunya lulus SMA.

Bapak itu bercerita bahwa dirinya yang mantan kepala kepolisian. Dan ia bangga karena Ahsyen menuruti perkataannya.

Kemudian, Adrian pun menyerahkan tas itu yang berisi surat dan sejumlah uang hasil jerih payahnya untuk kuliah putri dari bapak tersebut.

10 hari itu Rafka menyelesaikan semuanya dengan tuntas. Masalah perusahaannya sudah selesai. Tidak ada lagi masalah yang akan menimpa pada dirinya dan istrinya . Doanya pada Tuhan.

Hari ini, pagi ini ia kembali berdamai dengan wajahnya. Melihat wajah istrinya. Biasanya istrinya bangun terlebih dahulu. Namun, kali ini berbeda. Rafka tersenyum melihat lekukan wajah Ana. Sungguh indah sekali ciptaan tuhan satu ini.

Perlahan mata Ana terbuka menandakan bahwa dia bangun dari tidurnya. Buru-buru Rafka mencium bibir Ana.

Cup

"Morning kiss,"

Ana menggeliat," emmhhh kebiasaan," ujarnya dengan nada khas bangun tidurnya. Lalu mengucek mata karena silau dengan jendela yang terbuka, sinar mentari memasuki ruangannya lewat balkon.

Rafka tersenyum.

Asik. Ini adalah saat-saat yang membahagiakan bagi sepanjang hidup Ana. Dari kecil memang ia sangat menyukai suasana saat pagi seperti ini.

Ana beranjak. Dibantu oleh Rafka yang memegang pinggang Ana.

Di balkon ia berdiri, nampak langit biru bergradasi oranye. Matahari muncul dari ufuk timur. Naik membelah bukit.

Udara menyisiri rambut yang tergerai. Pepohonan menari. Burung Mr. Kim bersiul.

Segarnya bukan main. Menghirup dalam. Memejamkan mata menikmati angin yang lalu.

Rafka yang melihat wajah istrinya sedang berdamai dengan suasana pun memeluk Ana dari belakang. Memegang perutnya. Menaruh dagunya di bahu Ana.

Ana menoleh ke suami." Aku senenggggg banget bisa setiap hari kayak gini apalagi sama kamu,"

Rafka menatap mata Ana,"aku juga seneng. Bukan hanya membuat pikiran fresh tapi membuatku tambah suka ngeliat wajah kamu,"

Ana tertawa. Masih pagi suaminya ini membuatnya luluh saja. Mereka tertawa bersama. Rafka mencium pipi Ana. Ana memegang rahang Rafka. Dan mereka menatap mentari bersama.

"Semoga aja kedepannya selalu happy ya yang." Harapan Ana.

Rafka mengangguk," semoga saja tuhan mengabulkan harapanmu.

My Childish HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang