BELUM REVISI
20 FEBRUARI 2023
21.022 Hari kemudian.
Rafka harus bekerja di kantor. Karena urusan mendadak jadi ia terpaksa tidak bersama dengan istrinya. Merasa malas jadi ia butuh pelukan sang istri.
"Sayang, peluk aku," pintanya.
"Haish kamu ni." Memeluk suaminya. Mengelus punggungnya. Merasakan hembusan nafas di lehernya. Terasa geli namun sangat nyaman.
"30 menit ya yang," tawarnya.
"Gila aja kamu. 5 menit aja udah lama apalagi ini mau 30 menit," ucapnya lalu hendak melepaskan pelukannya.
"Nanti dulu, aku masih pengin meluk kamu," manjanya. Mendusel-dusel leher Ana.
Melihat seperti ini Ana jadi teringat masa-masa SMA dulu. Baru kenal dengan Rafka namun hubungan sudah sangat dekat bahkan bersikap melebihi dari 'pacar'.
Dulu yang rasanya biasa saja ketika Raka manjanya seperti ini, bahkan seperti tak ada rasa apapun sehingga ia ingin sekali pergi dari Rafka ini
Namun takdir berkata lain. Takdir membawakan jodoh untuknya sekian lama ia bersama Rafka tanpa hubungan status suami-istri.Sekarang ia semakin terharu dengan Rafka. Walaupun masih suka bermanja dan suka nen padanya namun ia sudah bekerja dan bersikap layaknya orang dewasa.
Ana tersenyum," semangat calon Daddy yang ganteng nan manis ini. Kerjanya jangan cape-cape ya,"
Rafka semakin bersemangat,"oke sayang, jaga anak kita yah," ucapnya sambil mengelus perut Ana.
Ana mengangguk. Merasakan kecupan di perutnya oleh sang suami. Membiarkan suaminya seolah-olah mendengar detakan jantung calon buah hatinya.
"Akhhh ngga kuat ninggalin kamu," rengeknya.
"Udah sana! Atau..."
"Apa?! Ga dapet nen lagi?! Iya?!"
"Itu aja terus ancaman kamu," lanjutnya. Memanyunkan bibirnya. Mengangkat tubuhnya menjauhi Ana. Menunduk sambil memainkan ibu jarinya.
Ternyata suaminya sudah hapal. Ana mengelus kepala Rafka," becanda yang. Yaudah terserah kamu aja. Kalo kamu ga kerja juga gapapa. Itu tandanya kamu ga kasian sama aku sama calon anak kita juga. Karena kamu ga kasih makan,"
Raka mendesis," iya iya aku kerja. Demi kamu, demi dia juga,"
Ana tersenyum. Rutinitas seperti ini memang sudah terbiasa dengan Ana. Jadi ia sudah tau caranya jika Rafka tak mau berkerja.
"Yasudah berangkat sekarang, tuh pak sopir pasti udah nungguin daritadi," ucap Ana.
"Iya aku berangkat ya yang," ucap Rafka.
Lalu Ana mencium tangan Rafka. Diciumlah keningnya dan juga bibirnya. Dan tak pernah lupa pula diusapnya perut bumil itu untuk berpamitan pada calon anaknya.
Mereka berjalan sampai pintu utama. Ana mengantar hanya sampai sama saja. Melambaikan tangan ke suaminya dan dibalas juga. Senyum terukir indah oleh Ana. Membuat Rafka membalas senyuman itu karena indahnya ukuran itu.
"Hati-hati,"
┏(^0^)┛ƪ(˘⌣˘)ʃ
Sepanjang perjalanan, Rafka melihat kota yang ramai pengendara. Ramainya orang-orang tergesa untuk mendahului pengendara lain.
Memang jam 7 ini merupakan suasana sedang macet-macetnya jalanan. Seharusnya berangkat kerja pukul 05.00 namun ia bersikeras untuk berlama-lama bersama istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Husband
Teen Fiction⚠️PERHATIAN 🚫CERITA INI MENGANDUNG UNSUR DEWASA 🔴Bijaklah dalam memilih cerita ✅Bahasa Frontal ✅Singkirkan pikiran logika anda ✅Mengandung unsur kebodohan ✅Mengundang emosi ✅Menguji kesabaran "Ana, Rafka pengin nen," dengan nada manjanya sambil me...