🔜Tiga Puluh tujuh🔙

28.9K 1.4K 118
                                    

4 Mei 2022

Di rumah sakit Candradimuka, Rafka terbaring di brankar sambil diobati oleh sang dokter. Sambil meringis ia juga sambil memegang tangan Ana karena rasa sakit itu dua kali lebih sakit dari biasanya, apalagi tanpa obat bius.

Dokter dengan telatennya mengobati luka Rafka, namun agak terganggu karena pergerakan Rafka yang terus saja bergerak meliuk-liuk membuat ana bersuara.

"ish, jangan banyak gerak yang, dokternya jadi susah ngobatinnya,"ucapnya dengan nada lembutnya.

"hiks, sakit loh yang. Mana gak pake obat bius hiks kan sakit arghhh," ringis Rafka sambil menangis.

"Ia pasti kamu bisa nahan bentar kok. Tahan ya yang," ucap Ana sambil mengelus kepala Rafka.

"Maaf, sebenarnya ada yang sedang mengambil obat biusnya. Tapi jika menunggu lama lagi, kemungkinan darah ini bisa mengering. Jadi saya harap anda bissa menahan rasa sakitnya hingga obat biusnya datang," ucap dokter yang pernah memeriksa Ana.

"Mana orangnya si akh....LAMA BANGET BGST!" gerutu Rafka.

"Eits...di rumah sakit ra olih misuh-misuh kek ngono mas, apalagi teriak-teriak seperti itu. Bisa mengganggu pasien lain," tegur sang dokter.

"Matamu ra ulih, lengenku loro cuk....hiks" ucap Rafka emosi.

plak

Mulut Rafka ditampol oleh Ana, bisa-bisanya ia mengucapkan kata kasar di depan sang dokter.

"Gak sopan, siapa yang ngajarin ngomong kasar ke dokter kek gitu?!"

"hiks....sakit yang. Tambah sakit di tampol ama kamu nih," ucap Rafka sambil memegang bibirnya.

"Inget! yang sopan kalo sama orang tua," tegur Ana sambil mengelus bibir Rafka.

Rafka mengangguk dengan wajah sendunya, lalu mengambil tangan Ana untuk menutupi wajahnya di depan sang dokter. Sebenarnya bukan hanya sakit namun karena malu juga menangis di depan orang lain.

15 Menit kemudian.

"Sudah selesai Pak, Lukanya sudah steril dan ditutupi perban. Jangan lupa perbannya diganti sehari sekali ya," ucap dokter pada Rafka.

"Iya. Lama banget si lu, mana katanya obat-"

Ucapan Rafka terhenti kala Aldi menyelonong begitu saja memasuki ruangan itu.

"Nih doktel obat biusnya. Maap tadi mas-masnya lama banget nyali obat biusnya," ucap Aldi sambil menodongkan obat bius itu pada dokter.

Dokter itu menerima dengan tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Namun tidak untuk Rafka, kepalanya panas ingin sekali dirinya mencincang pipi Aldi. 

Rafka menarik nafas pelan lalu menghembuskannya untuk menahan emosinya," lu kenapa baru dateng cil?! Gue udah 15 menit nahan sakit sambil teriak-teriak gak jelas dan lu seenaknya masuk ketika gue udah selesai diobatin!"

"Dih, sakit fisik aja gak kuat. Gimana kalo sakit hati, keknya om bakal bundil," ucap Aldi sambil mendekati Ana.

"Najis bundir! mending gantung diri," ucapnya sebenernya hanya untuk membalas perkataan Aldi. Karena terlalu emosi jadi tak ada lagi untuk memperpendek bacotan.

"Tuhkan ih, Alay! Yuk tante, sama Aldi aja. . Kita ke cafenya om Dlake aja sambil ngeteh keknya enak, nanti Aldi yang bayal," ajak Aldi sambil memberikan uluran tangannya.

Rafka menyepelekan Aldi karena ia berfikir jika Ana pasti akan menolak ajakan bocil itu. Namun siapa sangka jika Ana ternyata menerima uluran itu membuatanya melotot.

My Childish HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang