🔜Dua Puluh Tiga🔙

98.1K 5.1K 836
                                    

1 Juli 2021

Pagi harinya, Rafka yang masih keadaan muka lebam dan badan lemas pun tak ke sekolahnya. Apalagi badannya ditambah dengan suhu yang panas. Ana pun tak tega meninggalkan suaminya dalam keadaan seperti ini. Jadi ia sebagai istri pun merawat si Rafka hingga sembuh.

Ana pun mencari ponsel barunya yang dibelikan oleh Rafka. Uangnya itu hasil dari tabungannya.

Ana pun mencari no yang tertuju, dan akhirnya pun diangkat oleh sang empu.

"Ra, gue ijin hari ini gak berangkat. Suami gue lagi kurang enak badan,"

"Ngapain ijin ke gue kan bunda Lo pemilik sekolahnya. Lah anak ama mantunya mau sekolah apa enggak pasti bunda tau lah."

"Owh iya. Ya kagak papa lah. Entar kalo ditanya sama guru kelas, elo tinggal jawab aja biar ngga disangka alpha"

"Tapi gak gratis yah. Bayar pake seblak yang lo buat yang super pedes. Topingnya harus lengkap,"

"Iya-iya. Nanti lo pulang sekolah mampir ke rumah gue, sekalian bawa pacar lo juga gapapa,"

"Oke, Babay tayangnya akohhh, mwuah,"

"Alay babi!"

Tut Tut

Telepon itu pun ditutup tanpa sepihak Ana. Alhasil dia hanya geleng kepala. Untung saja dia sahabatnya, gapapa lah alay-alay gitu. Yang penting hanya untuk becandaan, tidak serius. Kwkwkw

Ana sekarang ada di dapur, memasak sarapan untuk satu keluarga di rumah. Katanya nanti ayah mertuanya akan pulang dari Korea. Jadi untuk bersiap-siap masih lama. Masih dibilang santai.

Berbagai masakan pun diolah olehnya. Tak lupa bubur hangat dan susu hangat untuk suaminya yang masih berbaring di kamar.

Ana yang sudah lengkap menyiapkan sarapan untuk bunda, dan akhirnya bunda pun berjalan menuju ke arahnya.

"Maaf ya bunda, Ana ngga bisa nemenin bunda sarapan. Ana mau ke Rafka, dia badannya demam," ujar Ana ramah.

"Iya gapapa. Rawat Rafka sampai sembuh ya. Kamu harus jadi istri dan calon ibu yang kuat untuk keluarga kamu nanti," ucap bunda menyemangati menantunya.

Karena semenjak semalam, bunda sebenernya melihat kalau Rafka pulang habis balapan. Ingin menghampiri anaknya namun tindakannya terhalang oleh ucapan Ana.

Jangan sampai bunda tau....

Ucapan itu membuatnya sedih namun senang juga. Dan hal itu juga membuat bunda agak khawatir yang semalam Ana keluar masuk kamar dengan membawa baskom. Melihat itu pun bunda urungkan niatnya untuk mengajak mengobrol. Jadi bunda hanya bisa menyemangati menantunya.

Back the topik

Dan ketika Ana mendengar 'calon ibu' ia senang bukan kepalang. Sebenarnya ia juga sangat menginginkan anak. Ingin sekali perut ini mengembang dengan isi janin diperutnya.

Mengelus perut yang ditendang-tendang apalagi selalu dicium oleh calon ayahnya. Membayangkannya saja sudah sangat bahagia.

"Iya bunda makasih. Doain ya biar bunda cepetan punya cucu," senyum Ana lalu diangguki oleh bunda.

🌋🌋🌋

My Childish HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang