32. Feel Down

66 6 31
                                    

Tanggal penulisan :

20 Oktober 2022 pukul 6.54 (belum termasuk revisi)

Enjoy gays....

1 minggu telah berlalu. Bersama dengan Hongbin, Seulong memasuki ruang ICU pagi ini. Menyapa dan mengajak ngobrol sang anak sebelum ia berangkat kerja seperti hari biasanya.

"Hey, nak. Selamat pagi." Sapa Seulong dengan senyum getir. Mengusap wajah damai Mina yang masih setia menutup mata. Hawa dingin yang menerpa kulitnya, seakan sudah biasa untuk Seulong terima.

"Tidurmu lama sekali nak. Mina pasti sangat lelah, ya?" Ucap Seulong lagi berusaha menahan isak tangisnya.

"Geure. Kalau Mina memang masih mau tidur, appa dan semua orang akan tetap bersabar menunggu Mina. Tapi, jangan lama-lama ya sayang. Appa rindu senyuman Mina." Terlihat tersenyum, tapi tetes demi tetes air mata mulai keluar membasahi mata.

"Hyung?" Tegur Hongbin mengusap bahu bergetar sang kakak berusaha menenangkan. Dia sungguh tak tega melihat situasi seperti ini setiap hari.

"Aku selalu berusaha untuk tetap kuat dihadapannya, Hongbin-ah. Tapi rasanya begitu sakit." Luruh sudah air mata Seulong saat ini. Dia selalu gagal dan berakhir kan kembali menangis seperti ini.

"Kau harus percaya kalau Mina adalah anak yang kuat, hyung. Dia pasti akan kembali bersama kita."

Keyakinan yang Hongbin ucapkan bukan hanya isapan jempol belaka. Karena dia sudah melihatnya sendiri bagaimana Mina berjuang untuk kembali saat itu. Dan saat ini pun, dia percaya akan hal itu.

***

Hari yang Nayeon jalani benar-benar suram satu minggu ini. Bagaimana tidak? Di saat sang adik terbaring tak sadarkan diri di ruang ICU, justru dialah satu-satunya orang yang tak bisa datang mengunjungi.

Tuntutan pekerjaan serta tanggungjawab sebagai ketua panitia acara festival di sekolah membuat Nayeon harus dengan suka rela merelakan waktunya untuk tidak bertemu dengan sang adik untuk sementara.

Syukurlah ia karena pagi ini bisa datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan sang adik yang sudah sangat dirindukannya.

Langkah percaya diri yang Nayeon buat menyusuri setiap koridor rumah sakit tiba-tiba terhenti saat sebuah banker baru saja keluar dari ruang ICU.

Tubuhnya seketika lemas saat dia menyadari jika banker itu membawa jenazah. Ditambah lagi, sang ayah dan sang Paman juga ikut keluar dari sana dengan tangis mereka. Seulong yang terduduk lemas di kursi tunggu dengan Hongbin yang berdiri di sebelahnya seraya berusaha terus menenangkannya.

Sontak, pikiran Nayeon akan kehilangan sang adik pun langsung memenuhi otaknya. Dia benar akan menyalahkan dirinya sendiri dan menyesal seumur hidup jika benar Mina telah tiada.

"Hyung, kau harus tenang. Kau harus kuat saat di depannya. Mina bisa sedih kalau kau terus menangis seperti ini." Ucap Hongbin terus memberikan nasehat seraya mengusap bahu sang kakak.

"Aku tidak bisa Hongbin-ah, aku tidak bisa. Aku harus bagaimana sekarang? Aku harus bagaimana?" Sahut Seulong tanpa mau menghentikan tangisnya. Hanya ini yang bisa dia lakukan untuk meredakan rasa sesak di hatinya.

"Appa?" Teguran lirih dari seseorang berhasil membuat keduanya menoleh seketika.

Berapa terkejutnya mereka saat melihat Nayeon dengan mata basahnya yang sudah siap untuk menangis kapan saja.

"Yang baru saja aku lihat itu, dia bukan Mina kan, appa?" Tanya Nayeon dengan suara bergetar.

"Nak~"

IM MINA : season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang