49. The end

112 4 4
                                    

Tanggal penulisan :

30 Maret 2023 pukul 18.53 - pukul 23.00

Enjoy gays...

Meletakkan bunga yang dia bawa, Mina mencoba tersenyum sebaik mungkin di depan foto yang ada di hadapannya. Di temani sang kakak juga teman-temannya yang lain, hari ini akhirnya dia bisa datang ke rumah duka itu untuk mengunjungi Chaekyung. Mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya sekaligus meminta maaf karena tak bisa hadir dalam masa tersulitnya.

"Semoga di atas sana kau tetap seperti ini Chaekyung-ah." Gumam Nayeon dalam hati seraya tersenyum tipis menatap foto Chaekyung yang tengah tersenyum manis.

"Maaf karena aku sempat memukulimu waktu itu. Tapi, kau memang pantas mendapatkannya." Ucap Jeongyeon antara sedih, marah atau kecewa.

"Jeong..." Tegur Momo di sebelahnya seraya mengusap bahu Jeongyeon pelan.

Mereka semua tahu kalau sebenarnya Jeongyeon begitu menyayangi Chaekyung sebagai temannya dulu. Hanya saja, karena Chaekyung yang menyakiti Nayeon membuatnya jadi hilang simpati dengan Chaekyung walau hanya sedikit.

"Kita memang sempat berselisih dulu. Tapi meski begitu, kami tetap menganggap mu sebagai teman kami. Harusnya, saat itu kami lebih peka dan tahu tentang keadaanmu. Tak membiarkanmu menderita sendiri dan jadi seperti ini~" Ucap Jisoo yang akhirnya tak bisa lagi menahan air matanya dan tertunduk menangis. Padahal, dia sudah berusaha untuk tetap kuat.

Jennie yang ada di sebelah sang kakak pun hanya bisa mengusap bahu Jisoo pelan untuk menenangkannya. Tak ada yang tak bersedih di antara mereka. Semua terlampau terkejut sekaligus tak percaya saat Nayeon menceritakan semuanya. Tentang bagaimana keadaan Chaekyung sebenarnya selama ini dan siapa yang memberikan donor mata itu untuk Mina.

***

2 tahun telah berlalu.....

Di saat banyak remaja seusianya tengah sibuk dan serius mempersiapkan ujian seleksi masuk perguruan tinggi, Mina justru terlihat bersantai dengan Lego pemberian Jeongyeon di kamarnya untuk menghabiskan waktu.

Bukan tanpa sebab, karena dirinya sendiri memang sudah tahu akan melanjutkan pendidikannya ke mana dan dengan beasiswa penuh yang di dapatnya. Jadi, tak ada yang perlu Mina khawatirkan.

"Ya! Kami semua menunggumu di bawah dan kau malah enak-enakkan merakit lego?" Omel Nayeon yang tiba-tiba masuk ke kamarnya dan melangkah cepat menghampiri Mina. Lihat bagaimana wajah kesal itu sekarang? Benar-benar menggemaskan.

"Tunggu sebentar, kurang sedikit lagi aku menyelesaikannya." Sahut Mina santai dan tetap melanjutkan merakit legonya.

"Lihat ini jam berapa? Kau bisa terlambat."

Tak menggubris sang kakak yang terus mengomel, Mina memasang rakitan terakhirnya. Lego berbentuk kapal Titanic itu akan menjadi Lego terakhirnya yang dia rakit di rumah itu.

Membawanya perlahan, Mina meletakkan Lego itu di tempat yang sudah dia siapkan. Tak lupa, dia menutupnya dengan kaca agar lebih estetik dan indah saat di pandang.

"Ayo." Ajak Mina dengan senyuman seraya mengambil tasnya di atas meja lalu menggandeng tangan sang kakak untuk keluar dari kamarnya.

***

Kesibukan bandara internasional Korea menjadi bukti betapa banyaknya orang yang akan bepergian hari ini. Tak terkecuali Mina. Diantar semua teman-teman dan anggota keluarga juga kekasih tercinta, Mina siap untuk menulis cerita baru dalam hidupnya.

London menjadi pilihannya. Kota dengan julukan The Smoke City milik ratu Elizabeth itu entah kenapa begitu menarik perhatian Mina. Padahal, dari banyaknya perguruan tinggi yang menawarinya, tak ada satupun yang berasal dari sana. Alasannya. Karena dia ingin lebih banyak belajar dari ibukota Inggris itu katanya.

"Jaga dirimu baik-baik di sana dan jangan lupa selalu kabari eomma." Pesan Sohee dalam pelukannya. Terlihat begitu tak rela melepas kepergian sang anak meski izin telah di berikannya.

"Pasti." Hanya jawaban singkat, Mina membalas pelukan sang ibu tak kalah erat.

Bukan perkara mudah meluluhkan hati Sohee untuk mengizinkannya pergi ke London. Sampai akhirnya, izin itu pun Mina dapat dengan begitu banyak syarat yang ibunya berikan.

Melepas pelukan sang ibu, Mina gantian memeluk sang ayah yang juga terlihat begitu berat untuk melepasnya.

"Kalau Mina butuh apa-apa atau sesuatu, jangan sungkan untuk mengatakannya pada appa atau yang lainnya, mengerti?" Pesan Seulong sembari mengecup puncak kepala Mina dan mengeratkan pelukannya.

"Tanpa aku minta pun pasti appa sudah lebih dulu menyiapkan semuanya agar aku tidak kesulitan di sana." Sahut Mina meledek sang ayah berniat sedikit bercanda dan mencairkan suasana.

Beralih dari Seulong, kini ganti Nayeon yang mendapatkan gilirannya.

"Sehari saja kau tidak menghubungiku, aku akan langsung menyusul mu ke sana." Berbeda dengan ayah dan ibunya, Nayeon justru memberikan ancaman yang membuat Mina mengernyit takut. Jika seperti itu jadinya, dia akan pastikan tidak akan pernah lupa untuk memberi kabar pada sang kakak.

"Kalau salah satu kami ada kesempatan, kami pasti akan menyempatkan waktu untuk mengunjungimu di sana." Ucap Jisoo mengusap bahu Mina karena kakak adik itu masih setia dalam posisi pelukan mereka.

Ucapan doa dan harapan tak henti Mina dengar dari semua orang yang mengantarnya terkecuali Chaeyoung sang adik yang justru terlihat sedikit menjauh dari kerumunan.

Masih ada waktu 5 menit sebelum dia masuk, Mina mendekati sang adik lalu memeluknya.

Satu menit berlalu Chaeyoung tak merespon apa-apa. Tapi setelahnya, pelukan erat dia berikan bersama isak tangis yang keluar. Rupanya, sejak tadi Chaeyoung berusaha menahan dirinya untuk tidak menangis di hadapan Mina.

Tak bicara apa-apa, Mina hanya membiarkan Chaeyoung menangis sepuasnya sembari mengusap punggungnya dengan lembut dan pelan. Dia sendiri pun hampir menangis hanya masih bisa menahannya.

"Sudah, jangan menangis. Unnie pasti akan sering-sering mengabari mu." Melepas pelukan, Mina mengusap air mata Chaeyoung dengan tangannya sembari tersenyum.

"Unnie harus sering pulang ke Korea." Pinta Chaeyoung terisak.

"Pasti." Memeluk sang adik sekali lagi, Mina sungguh tak tega meninggalkan Chaeyoung dalam keadaan seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua demi masa depannya dan juga pilihannya.

"Eomma, appa, semuanya, aku pergi." Pamit Mima sebelum mendorong troli berisi koper miliknya pergi bersamanya.

"Hati-hati nak." Pesan Seulong untuk terakhir kalinya.

Dengan senyum yang sedikit di paksakan, Mina akhirnya pergi meninggalkan mereka memasuki ruang check-in bandara. Menoleh sekali lagi sebelum benar-benar tak terlihat lagi, Mina benar-benar tak sanggup melihat wajah-wajah orang yang begitu menyayanginya melepasnya.

Sekilas, bayangan tentang kejadian awal pertemuan mereka, kedekatan yang terjalin, serta momen-momen yang mereka lewati bersama melintas di benak Mina bagai film yang di putar kembali.

Mensyukurinya dalam hati, Mina tak akan pernah melupakan semua kenangan itu dan akan selalu mengingatnya dalam hati.

Pekalongan, 1 September 2023

Notes :

Thank you buat kalian semua yang udah ngikutin cerita ini dari awal sampe akhir. Banyak banget hal yang pasti kalian gak suka dari cerita ini. Entah itu ceritanya yang terlalu bertele-tele ataupun kurang menarik. Aku minta maaf ya gays. Semoga next time aku bisa ngasih kalian cerita yang lebih bagus lagi. Dan semoga... Cita-cita aku buat jadiin buku bisa terkabul. Amin.

See you on the next story gays... Bye bye...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IM MINA : season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang