-42-

468 80 42
                                    

Azka mengendarai motornya dengan perlahan, kepalanya masih memikirkan kejadian tadi saat mamah Dewi tiba-tiba meminta maaf padanya.

"mamah minta maaf a', mamah minta maaf"

"mamah kenapa? Aa ada salah?"

Mamah Dewi mengurai pelukannya
"aa pasti kesiksa banget ya selama ini?"

Azka terdiam

"dengerin mamah" kata mamah Dewi dengan serius

Azka menatap mamah Dewi dengan bingung

"mulai saat ini, mamah hapus semua janji aa sama mamah. Jadi sekarang aa' ga punya janji apapun sama mamah. Sekarang aa' bebas melakukan apapun yang aa' mau, mamah ga bakal larang-larang lagi selama itu masih tahap wajar dan dalam hal kebaikan. Mamah sama ayah hanya akan memantau aja sekarang, ngga lagi mendikte kehidupan aa"

"sekarang aa' ikuti aja apa kata hati aa', mamah yakin aa' pasti tau mana yang terbaik buat aa' termasuk soal pendidikan. Tapi karena sekarang udah begini keadaannya, dan awal permasalahannya juga dari mamah, jadi masalah yang lainnya biar mamah yang beresin"

Azka termenung, masih belum mengerti maksud dari perkataan mamah Dewi.  Saat sedang sibuk memikirkan hal tersebut, entah bagaimana bisa jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya terlepas dan jatuh ke jalan yang mengharuskan Azka menghentikan laju motornya.

"kok bisa jatuh? Perasaan tadi udah bener pasanginnya" gumam Azka sambil memakai kembali jam tangannya

Tarikan kecil di ujung bajunya membuat Azka menoleh dan menunduk
"Chan?"

"a Azka"

Azka berjongkok di depan Chandra
"kok kamu ada disini?" tanyanya sambil mengusap lembut kepala Chandra

"Echan semalem nginep disini sama teh Mbi"

Azka menolehkan kepalanya ke arah yang di tunjuk Chandra, lalu matanya membelalak saat sadar jika kini ia tengah berada di depan rumah Sidik. Kebetulan macam apa ini?

"a Azka mau kemana?" tanya Chandra
"mau ketemu teh Mbi ya? Bentar, Echan panggilin dulu"

"eh ngga ngga" Azka menahan Chandra yang akan memanggil Abbyanza

Chandra menatap Azka polos dengan mata bengkaknya.

"a Azka cuma kebetulan lewat sini, bukan mau ketemu teteh kamu" meskipun sangat ingin

"Echan kira mau ketemu teh Mbi, soalnya-"

"Echan, teh Mbi-"

Suara itu mengalihkan atensi Chandra termasuk Azka, berbeda dengan Chandra yang melambaikan tangannya dengan senyum lebar khas anak kecil, Azka justru mematung.

Begitupun dengan Abbyanza, melihat Azka berada tak jauh darinya membuat tubuhnya membeku seketika.

Keduanya saling tatap dalam jarak lima meter namun terasa di ujung pandang, dekat tapi sangat jauh.

"a Azka ayo mampir" ajak Chandra

Azka masih bergeming, tatapannya masih tertuju pada Abbyanza.

Pun dengan Abbyanza, menantikan langkah apa yang sekiranya akan di ambil oleh Azka.

Karena Abbyanza akan tetap di tempatnya, menerima apapun keputusan yang akan di pilih Azka. Tidak akan menjauh jika Azka mendekat, juga tidak akan mendekat jika Azka menjauh.

Dan ternyata pilihan Azka cukup membuatnya kecewa, langkah yang dipilih Azka adalah menjauhinya. Terlihat dia yang menolak lembut ajakan Chandra dan kembali menaiki motornya untuk pergi dari sana.

ABBYANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang