-32-

440 69 65
                                    

Anggun, Endah sama Kamila menaiki tangga menuju lantai dua sebuah warung kecil-kecilan yang berada di sebrang sekolah, warung yang selalu ramai sejak di buka beberapa hari yang lalu.

Lantai pertama berfungsi sebagai warung itu sendiri, macam-macam makanan dan jajanan di pajang di sini. Sedangkan untuk lantai dua, konsepnya mengusung cafe ala-ala rooftop versi merakyat yang berfungsi untuk menyantap jajanan yang di beli di lantai satu. Bangunan tanpa dinding yang menyuguhkan pemandangan di sekelilingnya, dihiasi lampu-lampu tumblr yang di pastikan akan terlihat aesthetic saat malam hari.

"njir mahal pisan" komentar Endah saat melihat selembar kertas yang berisi daftar menu.
"masa mie rebus pake telor doang harganya tujuh ribu"

"iya ih mahal-mahal" timpal Kamila
"masa gorengan doang harganya tiga ribuan, mending di warung sebelah, dua ribu dapet tiga"

Jiwa barbar Abbyanza yang akhir-akhir ini mulai jinak merasa terbangunkan kembali oleh komentar Endah dan Kamila, kebetulan ia ada di belakang mereka bersama dengan Fahrul dan antek-anteknya.
"yaudah sana, beli aja di warung yang lo sebut itu. Kenapa harus kesini kalo gak mampu? Lagian target market warung ini bukan kaum mendang mending kayak lo berdua" sinisnya

Endah sama Kamila mendelik kesal ke arah Abbyanza
"sembarangan, siapa yang kamu sebut gak mampu?" sewot Endah

Abbyanza berdiri dari duduknya, lalu berhadapan dengan Endah. Tangannya bersedekap dada dengan dagu terangkat
"kalo lo mampu, harga segitu seharusnya bukan masalah dong buat lo" ejeknya

"kamu-" kekesalan Endah sama Kamila terpaksa harus di telan bulat-bulat karena kini Fahrul si preman sekolah sebelah berdiri di belakang Abbyanza dengan mata menyorot penuh peringatan ke arah keduanya, ditambah lagi teman-teman sesama premannya juga turut melihat ke arah mereka.

Karena melihat kedua temannya yang mulai terpojok, Anggun akhirnya maju dan melerai.
"udah-udah, ayo duduk aja"

Dengan perasaan kesal luar biasa, Endah sama Kamila akhirnya duduk kembali.

Tapi karena jiwa barbar Abbyanza yang terlanjur meronta-ronta, ia tak akan melepaskan mereka berdua gitu aja.
"nih yaa biar gue kasih tau, kali aja gitu kalian gak pernah nongkrong di kedai-kedai kayak gini. Mie yang di jual di sini meskipun cuma mie rebus, tapi topingnya lengkap. Dari sayuran, sosis, bakso, sama telur. Terus tuh liat, di sediain juga saos, kecap sama sambel. Nah, lo pikir aja deh tuh kalo di totalin semuanya jadi berapa? Masih mau ngebacot harga mie rebus disini mahal?"

"yaudah sih, kita juga ngerti" dengus Endah yang merasa malu karena Abbyanza menjelaskannya secara detail, membuat pembeli yang lain turut melihat ke arah mereka.

"a-apa?" tanya Kamila sinis campur gugup karena kali ini Abbyanza menatapnya.

Abbyanza menunjuk gambar yang ada di daftar menu.
"lo tau gak ini apa?"

"taulah, ini 'kan gorengan" ketus Kamila

"ini roti samosa, roti goreng dengan isi daging ayam suwir serta beberapa sayuran yang dibalut tepung roti. Nah lo bandingin deh tuh sama gorengan yang lo bilang dua ribu dapet tiga, sebanding gak kira-kira?"

Kamila mendengus, lalu membuang muka, enggan menatap Abbyanza.

"Abbyanza, udah dong. Kita kesini mau ngisi perut, bukan ngajak ribut" kata Anggun dengan datar

"bukan ngajak ribut gimana, mereka berdua banding-bandingin warung ini sama lapak sebelah, ya jelas gue gak terima lah. Heh asal lo tau aja, semua usaha udah ada konsep sama rezekinya masing-masing. Kalo kalian gak suka, yaudah sana pergi"

"kamu kenapa sih? Yang punya warungnya biasa aja, kenapa jadi kamu yang sewot?" kesal Endah karena Abbyanza lagi-lagi cari masalah dengannya.

"heh mbak, yang sewot siapa? Dari tadi gue ngomong santai, justru kalian yang sewot sama gue. Lawak kali mbak ini" remeh Abbyanza lalu kembali duduk ke tempatnya semula.

ABBYANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang