-40-

448 80 63
                                    

2 tahun berlalu.

Dengan piama bergambar wortel serta bando telinga kelinci, Abbyanza menuruni tangga rumahnya menuju ruang makan dengan langkah riang.

"selamat pagi tuan Harry" sapanya dengan ramah dan sesopan mungkin pada papi Harry yang sedang sibuk dengan ipad ditangannya.

"hmm, pagi" balas papi Harry sambil menyeruput teh hangatnya

Abbyanza duduk di salah satu kursi, dengan kedua tangan menopang dagu diatas meja.

"jadi bagaimana tuan Harry? Apa anda tertarik dengan rencana bisnis saya?" tanya Abbyanza dengan manis

"masih saya periksa, bersabarlah nona" jawab papi Harry yang masih sibuk dengan ipad miliknya

Dulu, empat bulan setelah Abbyanza benar-benar pulih dari kecelakaan yang di alaminya, setiap hari papi Harry di pusingkan dengan rengekan Abbyanza yang ngotot ingin belajar bisnis.

Papi Harry bukannya tak senang dengan keputusan Abbyanza, justru papi Harry merasa sangat-sangat senang. Hanya saja, papi Harry mengetahui jika Abbyanza tak pernah sedikitpun tertarik dengan dunia bisnis. Cita-cita Abbyanza yang di ketahui papi Harry adalah ingin menjalani hari-harinya dengan bermalas-malasan dan menikmati hidup mewah dengan santai tanpa di pusingkan hal-hal yang membuatnya repot dan tertekan.

Dan lagi, Papi Harry takut jika itu hanya alibi Abbyanza untuk menekan dirinya sendiri atas apa yang terjadi dengan kisah cintanya.

Namun setelah dua tahun berselang, ternyata keinginan Abbyanza bukan keinginan sesaat saja. Semakin hari, papi Harry justru melihat tekad Abbyanza semakin kuat. Yang ada di pikiran putri kesayangannya itu sekarang tak jauh dari uang dan keuntungan, hal apapun selalu Abbyanza jadikan peluang bisnis.

Hal itu di buktikan oleh bisnis pertamanya di bidang kecantikan, yaitu gerai kosmetik dan skincare yang kini telah memiliki beberapa gerai cabang yang tersebar di beberapa wilayah.

Motto hidupnya Abbyanza sekarang adalah, 'mari wujudkan hal yang mereka benci dari diri gue'.

Karena itulah cita-citanya sekarang adalah menjadi wanita karir kaya raya, bisa dibilang, sekarang Abbyanza sangat ambis mendapatkan gelar juragan alias Bu Bos.

Abbyanza berdecak, melipat tangan di depan dada dengan punggung menyandar di badan kursi.
"masa belum beres juga, dari kemarin loh aku kasih proposalnya" ucapnya agak sewot

Papi Harry mendelik
"kemarin yang kamu sebut itu jam 10 malam, Abbyanza" balasnya sebal, lalu menatap penampilan putrinya yang masih memakai piama
"lagian mana ada yang membahas bisnis dengan pakaian begitu?" lanjut papi Harry dengan dengusan

Abbyanza cengengesan
"papi kok gitu sih?" ucapnya sambil membenarkan telinga bandonya dengan malu-malu
"lagian masalah pakaian kok di ribetin? Yang penting tuh keuntungannya papi"

Papi Harry kembali mendengus, lalu memeriksa ipadnya lagi yang berisi proposal Abbyanza.

Mami Yasmin datang dari arah dapur sambil membawa segelas susu dan sepiring roti bakar.
"cuan terus yaa bestie yang ada dipikirannya sekarang"

"yaiya dong bestie, tanpa cuan kita gak bakal bisa makan" balas Abbyanza santai
"kalo kita gak bisa makan, berarti hidup kita wassalam"

Mami Yasmin mendengus
"ada-ada aja"

Sedangkan papi Harry hanya menggelengkan kepala melihat kedua perempuan paling berarti dalam hidupnya itu.

"jadi gimana pi? Jangan lama-lama dong meriksanya" desak Abbyanza

"sabar kenapa sih? Dikira meriksa proposal segampang meriksa pesan dari operator apa" omel mami Yasmin merasa gemas, pasalnya sekarang Abbyanza sangat-sangat terobsesi dengan hal-hal yang berbau bisnis. Dan yaa hal itu cukup membuat mami Yasmin khawatir.

ABBYANZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang