22

28 6 0
                                    

Happy reading ✨

Selasa  yang indah tapi terasa buruk untuk mereka bertiga .

" Kita bener bener harus lakuin ini ?" Tanya Vanya pada nata dan Lea .

Saat ini mereka sedang berada di rooftop , dengan ekspresi wajah mereka yang kentara sekali murungnya .

Tadi mereka mendapatkan pesan dari grup 'misi' yang isinya menyuruh mereka melaksanakan rencana nya sekarang.

Dan ohh yaa untuk para Abang mereka , mereka di beri tugas untuk memantau si tua Bangka tersebut .

***

" Haiii " sapa Lea saat mereka berjalan ke arah meja naresh dkk .

" Haii juga le " sapa yang lainnya .

" Kita boleh duduk di sini ?" Tanya Lea yang di angguki mereka .

" Santai aja kali , kalo mau duduk mah duduk aja ya gak Vin ?" Ujar samudra yang di angguki oleh Devin .

" Yoi men "

Nata menatap benci seseorang di situ , sebelum akhirnya menoleh saat Vanya menyenggol lengannya .

" Jangan terlalu memperhatikan, Lo gak liat dia senyum ke arah Lo Nat " bisik Vanya mengingatkan .

" Ohhh iya " bisiknya lagi .

Samudra menatap benci mereka , dengan kode yang di berikan kepada seseorang .

Anak panah tiba tiba melesat ke arah merek a yang untungnya bisa mereka hindari dengan reflek.

" Sial gagal " batinnya marah .

" Samudra sialan !!" Batin nata meronta ronta .

" Tangan gue gatal pengen bunuh dia ..." Lirih Lea .

" Sial siapa yang lembar anak panah ini hah !!" Emosi naresh .

Ia menoleh ke segala arah Tapi tak menemukan jejak satupun .

Lea yang melihatnya menenangkan naresh , karena sampai mata itu keluar pun naresh tidak akan menemukan nya , Karena kebenaran nya pelaku tersebut ada di sampingnya .

" Udahh resh ,mungkin cuman orang iseng "

" Huftt iya "

***

" Awasi rumah Bruno Alves Mahendra " ujar nata pada orang di sebrang sana .

" Baik nona "

Tut

Sedangkan Vanya ia sedang sibuk melacak lokasi Bruno , sungguh ia sudah tak tahan untuk melenyapkan lelaki tua Bangka tersebut .

" Le Lo udah dapet bukti buat jatuhin perusahaan mereka ?" Tanya Vanya .

" Udah , tapi belum cukup kuat " jelasnya membuat nata mengangguk lantas ia berjalan ke arah Lea .

" Gilaa , bisa bisanya dia sering perkosa anak di bawah umur " gumam nata tak menyangka .

" Udah keduga sihh , dia kan duda mungkin butuh pelampiasan " ujar Vanya membuat Lea berdecak .

" Kalaupun duda , seenggaknya sewa jalang aja , jangan perkosa anak di bawah umur dongg , kek gak modal njir kesannya "

" Pedes amat kata kata Lo le "

" Bomat !!"

" Persiapan , besok kita otw ke tempat tua Bangka itu " ujar Vanya yang di angguki ketiganya .

" Uhhh tak sabarnya "

LEVANA [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang