27. Garis Besarnya Sudah Ketahuan

377 53 1
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

"Gimana semua ini bisa terjadi Kak? Jeonghan jelas-jelas dalam bahaya."

Selama sepuluh menit aku hanya bisa terduduk diam di tangga ditemani S.Coups yang juga tak bicara.

Percakapan yang aku dengar antara Jeonghan dan seseorang dengan suara aneh dan tawa menakutkan itu menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

"Kenapa kalian gak lapor polisi? Ini tindakan kriminal kan?"

S.Coups menggeleng.

Wajahnya pias sama sepertiku.

Aku tak punya tenaga lagi untuk mendebat hal ini.

"Ada lagi?"

"Apanya?"

"Soal Jeonghan, apa yang aku denger tadi itu udah semuanya?"

"Iya, sebagian besarnya,"

Aku menghela napas.

Mendongak menatap undakan anak tangga.

Aku tidak ingin menangis.

Mataku mudah sekali bengkak saat menangis, kalau aku pulang dengan mata bengkak dan diliat Jeonghan dia pasti akan khawatir.

Aku tak ingin menambah beban pikirannya.

Aku tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Jeonghan saat pagi hingga petang.

Saat sebelum ia kembali ke apartemenku dan memelukku dengan hangat.

"Aku harus pulang Kak, Jeonghan udah nunggu aku."

S.Coups mengangguk.

"Makasih." Aku berujar sembari berdiri dan bertumpu pada pegangan tangga.

Wajah S.Coups tampak bingung.

"Makasih karna tadi udah narik aku dan bawa aku sembunyi, karna kalau enggak, pasti kita udah ketauan."

"Ah, iya. Sama-sama Kania."

"Kalau gitu aku naik ya, Kakak pulangnya hati-hati."

S.Coups mengangguk. Menatapku lamat seolah hendak bicara lagi.

Aku menunggu dan tetap diam sesaat sambil balas menatapnya.

Namun, S.Coups malah tersenyum, membuat dua lesung pipinya muncul.

Senyum yang manis dan menenangkan di tengah kewarasanku yang hilang separuh.

Aku melambaikan tangan dan menatapnya sekali lagi, kalau-kalau ia mau bicara, namun S.Coups tetap diam.

Lantas, aku menaiki tangga tanpa menoleh ke belakang, berusaha untuk bersikap baik-baik saja dengan wajah lelah sehabis bekerja.

Aku menekan sederat password, membuka pintu, lalu masuk dan melepas sepatu.

"Hei cantik, udah pulang," sapa Jeonghan terdengar ceria seperti biasa.

Aku meneguk saliva gugup, teringat percakapannya barusan dengan orang aneh, namun aku buru-buru menepis itu sebelum aku terdistraksi.

Aku langsung memeluknya erat.

"Aku capek."

"Uuu kasian, mau mandi dulu atau makan kuenya dulu?"

Aku menggeleng. "Aku mau peluk Kakak."

Tawa Jeonghan pecah.

Rasanya aku ingin menangis.

Jeonghan lantas menggendongku di depan tubuhnya seperti koala, ia lalu membawaku ke kamar.

Tak ada yang bicara.

Jeonghan mengusap punggungku.

"Pasti sedih ya pisah dari senior-senior kamu di tempat magang."

Aku mengangguk.

"Gak papa. Itu wajar. Yang penting sekarang kamu bisa fokus kuliah dan ngurus skripsi. Aku bisa  bantu kamu lagi soal skripsi."

Aku tergelak. Kenangan itu kembali datang.

"Masih ingat ya?"

"Iya dong. Itu kan kali kedua kita ketemu."

Aku nyengir lantas meregangkan pelukan.

Aku menatap Jeonghan lamat, dia masih tampan seperti biasa.

Namun, garis rahangnya terlihat jelas.

Karena aku berada di pelukan Jeonghan, otomatis aku lebih tinggi darinya.

Jeonghan jadi agak mendongak menatapku.

Ia tersenyum.

Aku balas tersenyum.

Lalu aku menunduk untuk menghujani wajahnya dengan kecupan.

Jeonghan tergelak. Namun, ia tak menghindar.

Ia malah menikmatinya.

"Yang ini belum," Jeonghan menunjuk bibirnya.

Aku terkekeh, lalu menuruti apa maunya.

Aku melepas tautan kami dan kembali menatapnya lamat.

"Kenapa hm?"

"Gapapa."

"Gapapa itu biasanya ada apa-apa kan?"

Aku berdecak pelan.

"Kenapa sayang? Ngomong aja."

"Nanti pagi Kakak pergi lagi ya?"

"Iya, ada jadwal rekaman besok pagi."

Bohong.

"Yah, padahal aku besok pagi gak perlu ke kantor rencananya mau ke pasar, udah lama banget rasanya gak ke pasar pagi-pagi."

"Ke pasar? Kamu mau ditemenin ke pasar?"

Aku mengangguk semangat.

Jeonghan terkekeh. "Oke cantik, aku bakal luangin waktu buat kamu."

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 8 Maret 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 8 Maret 2023

Revisi : 29 Mei 2023

Mine (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang