7. Kata Pak Ardi, Hati-Hati

587 64 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**


Udara segar di area outdoor kafe Pak Ardi membuatku terlena.

Aku terhanyut sesaat dan menikmatinya.

Papan tanda open dipasang di balik pintu kaca kafe.

Pak Ardi agak menunduk saat mendapati keberadaanku di luar kafenya.

Aku melambaikan tangan.

"Ngapain? Kamu mau ngelamar kerja jadi barista?"

"Bapak duduk dulu deh."

Aku menunjuk kursi di hadapanku.

Pak Ardi pun duduk.

"Bapak, saya mau nanya serius nih,"

"Apa? Muka kamu keliatan gak enak." Pak Ardi terkekeh.

Aku berdecak pelan. "Bapak sebenernya siapa sih?"

"Saya manusia biasa Kania."

Aku mendengus. "Siapa juga yang bilang Bapak kukang?"

Tawa Pak Ardi meledak. "Kamu ke sini cuma mau nanya itu? pesen minum kek."

Aku berdecak. "Oke, latte satu."

Pak Ardi ngakak. "Oke. Penglaris-penglaris," ujarnya sambil melangkah masuk ke dalam kafe.

Secangkir latte hangat datang. Ada bentuk hati di permukaannya.

"Bapak mau nembak saya?"

"Ha?"

Aku menunjuk cangkir latte.

Pak Ardi melengos. "Asal-asal aja kamu. Umur saya dan orang tua kamu hanya beda lima tahun. Saya gak suka yang umurnya jauh di bawah saya."

"Bapak kira saya bakal nerima Bapak kalau Bapak nembak saya gitu?"

"Udah! Udah! Tujuan kamu ke sini sebenarnya apa sih? Jangan buat energi saya habis Kania."

"Ini karna Bapak udah bohongin saya."

"Apa?"

"Bapak tau kan bohong itu dosa. Jadi please atuh lah jangan bohong lagi. kasih tau saya Bapak itu siapa sebenarnya."

Kening Pak Ardi berkerut. Sorot matanya tampak serius.

"Saya salah apa lagi sih Kania? Bilang ke saya."

"Jeonghan."

"Kenapa sama Jeonghan?"

"Dia bilang dia kehilangan saya."

"Itu wajar. Namanya juga dia manusia dan kalian pernah dekat."

"Tapi, Bapak bilang perasaannya hanya semu. Harusnya selama satu setengah tahun ini dia sudah bisa melupakan saya. Logika aja Pak."

Aku memijat pelipis. Efek kafein benar-benar membuat otakku berfungsi dengan baik.

Pak Ardi menghela napas.

"Saya bukan psikolog Kania. Saya hanya dosen biasa yang sekarang cuti karena harus mengurus kafe ...."

"Dan SEVENTEEN?" Aku memotong kalimat Pak Ardi.

Pak Ardi menghela napas.

"Kamu sudah terlalu banyak tahu Kania."

"Urusan Bapak tetap jadi urusan Bapak. Saya gak peduli soal Bapak sama SEVENTEEN. Tapi di sini Bapak udah nyenggol kepercayaan saya ke Bapak."

"Kepercayaan? Apa di sini kita punya kesepakatan?"

Aku berdecak pelan. Entah kenapa pembicaraan ini jadi makin ngawur.

"Pak saya senang bisa kenal sama Bapak. Tapi, satu yang bikin saya nyesel."

"Apa?"

"Saya nyesel udah nurut sama Bapak dan putus dari Jeonghan."

Saat itu seorang kurir datang. Ia membawa kardus lumayan besar.

Pak Ardi mengurus tanda terima dan meminta aku untuk menunggu.

Aku tak punya tujuan lain pagi ini.

Aku juga enggan berkendara kembali ke Seoul.

Aku ingin tinggal lebih lama di sini.

Setidaknya, sampai masa cuti dadakanku berakhir.

"Kania dunia entertainment itu jauh dari ekspektasi kamu."

Kalimat Pak Ardi membuatku terdiam.

Agaknya aku kalah dalam konfrontasi ini.

"Jadi?"

"Jangan terlalu berharap banyak. Dari awal saya sudah bilang untuk tidak melibatkan urusan hati. Kamu harus lebih banyak belajar lagi."

Aku memiringkan kepala.

Terkadang kalimat Pak Ardi membuatku pusing.

"Bapak tau apa yang Jeonghan bilang ke saya?"

"Apa?"

"Dia bilang kalau saya cuma milik dia."

"Kamu kutip kalimat itu dari film apa?"

"Pak saya serius. Apa orang yang hanya punya perasaan semu, bisa bilang kayak gitu?"

Pak Ardi menggeleng pelan.

Seolah apa yang aku bilang barusan hanya omong kosong belaka.

"Saya gak tau sudah sampai mana hubungan kalian. Tapi, saya minta kamu harus hati-hati Kania."

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Date : 16 Januari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 16 Januari 2023

Revisi : 21 Mei 2023

Mine (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang