32. Bak di Serial Komik Kerajaan

352 52 0
                                    

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Rasanya seperti di film fantasy.

Rumah tiga lantai di hadapanku berdiri kokoh meski banyak cat yang terkelupas dan sekilas tampak seperti rumah hantu dari luar.

Aku mengikuti langkah Hoshi menuju teras depan.

Sekali lagi aku terkagum, arsitektur bangunannya keren ala barat.

Siapa gerangan yang membuat rumah megah di tengah hutan begini?

Pintu kayu tinggi dengan ukiran berpelitur mewah dibuka Hoshi.

"Selamat datang Kania," Dino muncul dengan senyum lebar.

Ah, sudah lama sekali ya.

Satu persatu anggota SEVENTEEN datang menyapaku.

Kecuali, Joshua dan Vernon yang datang ke rumah sakit, serta S.Coups.

Aku mendongak menatap lampu gantung mewah di tengah-tengah ruangan.

Tempat ini benar-benar luar biasa.

Di dalamnya mirip seperti istana sementara di luar bak rumah hantu.

"Keren ya? katanya lampu gantung itu dari abad 19," sahut Seungkwan sembari mengulurkan segelas jus padaku.

Aku mangut-mangut saja.

Di luar dugaan, suasananya jadi canggung.

Sungguh.

Selain Hoshi dan Dino di sini, aku tidak pernah mengobrol dengan member SEVENTEEN yang lain.

"Jadi, apa aku boleh tau, kenapa kalian semua ada di sini?"

Menutupi rasa canggungku, aku mencoba mengorek informasi.

"Gara-gara cewek gila itu," jawab Hoshi cepat.

"Ssst!" Seungkwan memberi peringatan dengan delikan mata pada Hoshi.

"Kenapa hyung? Kania juga pasti sudah tahu dengan cewek gila itu," sela Dino.

"Kania jadi begini, kita semua di sini untuk bersembunyi dari cewek gila haus belaian."

Tiba-tiba, Dino mengerang saat bantal sofa yang Seungkwan lempar mengenai kepalanya.

Kedua cowok itu saling menatap sengit.

Aku jadi tak enak.

Agaknya, Seungkwan tidak ingin aku tahu.

"Maaf, kalau aku banyak bertanya. Apa aku boleh melihat kamarku?"

"Tentu!" jawab Hoshi.

Aku mengikuti langkah Hoshi menuju tangga, kami langsung naik ke lantai tiga.

Kemudian, Hoshi berhenti di depan dua pintu yang bersebelahan.

"Ini kamar Jeonghan hyung," tunjuk Hoshi ke pintu di sebelah kiri.

"Padahal dia tidak sempat ke sini, tapi dia request kamar di lantai tiga. Lalu kamarmu di sini," lanjut Hoshi sambil membuka pintu di sebelah kanan.

Kamar yang aku tempati malam ini bersebelahan dengan kamar Jeonghan, meski aku tak yakin cowok itu pernah tidur di sana.

Kamarnya luas, dengan ranjang empat tiang persis seperti di serial komik kerajaan yang aku baca.

"Eum Kania, maaf soal Seungkwan tadi ya. kami tidak boleh memberitahu kepada siapa pun. Peraturannya begitu." Hoshi menunduk tampak memelas.

"Gak papa Hoshi, aku ngerti." Aku memperlihatkan senyumku. Seolah aku baik-baik saja padahal isi kepalaku penuh dengan tanda tanya.

Tapi, apa boleh buat?

Aku bukanlah bagian dari mereka dan hanya sebatas kekasih Jeonghan saja.

"Oke, kalau gitu kamu bisa beristirahat. Selamat malam Kania." Hoshi berlalu pergi setelah menutup pintu.

Langkah kakinya terdengar menjauh.

Aku sanksi bisa beristirahat dengan tenang di saat Jeonghan terbaring sakit di rumah sakit.

Cewek gila yang disebut Hoshi dan Dino itu siapa ya?

Matanya tampak familiar, namun aku tak bisa mengenalinya.

Apa dia seseorang yang aku kenal?

Kalau iya, kenapa dia melukai Jeonghan?

Kenapa dia seolah menjadi sosok yang menakutkan bagi semua orang dan mengharuskan mereka bersembunyi di tengah hutan begini?

Semakin banyak saja pertanyaan yang memenuhi kepalaku.

Aku mencoba berbaring sambil menatap langit-langit.

Lalu, tanpa sadar aku terlelap begitu saja.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 20 Maret 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 20 Maret 2023

Revisi : 30 Mei 2023

Mine (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang