5. Boleh Peluk?

651 74 1
                                    


**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**

Melihat S.Coups tertegun setelah aku menyebut Pak Ardi, semalaman aku jadi kepikiran dengan Pak Ardi.

Pak Ardi memenuhi isi kepalaku.

Sialan sekali.

Jadi, dari pada aku tersiksa dengan berbagai pertanyaan termasuk 'apa sih kaitan Pak Ardi dengan SEVENTEEN?' dan 'Siapa sih sebenarnya Pak Ardi?' aku memutuskan untuk ke Daegu.

Aku membelokkan setir setelah dari perempatan lampu merah. Melaju pelan memasuki gang yang tampak familiar dan berhenti di depan sebuah kafe.

Ini kafe Bibiku. Aku sengaja ke sini untuk minta izin sebelum ke Daegu.

Bisa sih aku menelpon Bibi saja perkara minta izin, namun rasanya ada yang kurang kalau belum bertemu dengan Bibi.

Suasana kafe cukup ramai, tidak ada member SEVENTEEN di sini.

Aku membantu Bibi mencuci gelas dan piring serta merapikan meja.

"Makan dulu ya Kania, Bibi ada bikin sup iga," ujar Bibi.

Mana bisa aku menolak sup iga buatan Bibi?

Langsung saja aku naik ke lantai dua, di mana rumah Bibi berada.

Sekilas aku mendongak ke lantai tiga, tempat yang aku tinggali dulu.

Terlihat kesibukan di sana, aku rasa Bibi masih menyewakannya pada pihak agensi di sebrang kafe Bibi.

Aku melipir masuk dan bergegas makan.

Sekitar 45 menit, aku menghabiskan makananku dan bersiap. Lantas aku keluar rumah.

"Hai Kania, kita ketemu lagi." sapa Hoshi dengan cengiran khasnya.

Hoshi tidak sendiri, ia bersama DK. Serta satu orang lagi yang berdiri di dekat tangga. Aku hanya bisa melihat punggungnya yang dibalut jaket kulit hitam.

Perasaanku jadi tak enak.

"Hai, kenapa kalian ada di sini?"

Pertanyaanku barusan terdengar wajar bukan?

"Kami lagi cek lokasi syuting mv di lantai atas, terus liat kamu. Kalau kamu kenapa ada di sini?" Hoshi balik bertanya.

"Ini rumah Bibiku kalau kalian lupa."

"Ah iya!" seru Hoshi.

Seketika suasana jadi akward. Aku merasa gugup tanpa alasan.

"Maaf, tapi kamu mau pergi ya?" Kali ini DK bersuara.

Selain Hoshi, Dino, S.Coups dan Joshua, serta Jun pas aku pindah dulu, baru kali ini aku bicara dengan DK.

"Iya. Kalau gitu aku pergi dulu ya."

Aku lantas berpamitan dan melangkah cepat dari hadapan mereka.

Sosok yang berdiri di dekat tangga tadi sudah tak ada.

Aku menghela napas lega sejenak.

Namun, ternyata ....

Di anak tangga paling bawah, tepat di samping kafe Bibi, cowok itu mendongak menatapku. Tersenyum lembut dengan binar mata yang membuatku tercenung.

Astaga, dia tampan sekali.

Sungguh.

Aku tidak bisa berekspresi dengan benar.

Perasaan tak nyaman, gugup, dan deg-degan bercampur menjadi satu.

Tubuhku bingung harus merespon yang mana lebih dulu.

Jadi, aku hanya mampu menampilkan senyum kaku yang tampak seperti dipaksakan.

"Hai Kak." Serta menggerakkan bibir, menyapanya.

Jeonghan tersenyum lebih lebar.

Ia melangkah maju. Lebih dekat.

Hingga aku bisa melihat kalung yang dipakainya.

Aroma parfumenya menguar.

Memberi rangsangan di otakku.

Kenangan itu tiba-tiba melesak. Memenuhi otakku.

Saat-saat di mana aku memusingkan skripsi, bingung harus menyelundupkan Jeonghan yang muncul di kampusku, hingga kenangan-kenangan indah itu.

Sialan!

Jeonghan malah mengusap kepalaku.

"Udah lama ya Kania. Aku kangen. Boleh peluk?"

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Date : 10 Januari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date : 10 Januari 2023

Revisi : 21 Mei 2023

Mine (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang