22. Rapat Dadakan Berkedok Sarapan

453 63 1
                                    

Warn 18+

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warn 18+

**

"Kak kok jadi kayak gini?"

"Kayak gini gimana?"

"Kayak gini, ssshhh."

Aku mendongak seraya memejam.

Tawa Jeonghan meledak.

Sialan, saat tangannya menginvasi titik-titik sensitifku bisa-bisanya ia menampilkan wajah bahagia seperti itu.

"Kamu cantik."

Tiba-tiba sekali ia memuji.

"Kamu cantik banget kalau lagi kayak gini."

Brengsek sekali mulutnya.

Bibirnya melumat milikku tanpa ampun. Bersamaan dengan gerakan jarinya yang menggila.

Aku sampai. Pelepasan pertama karena ulahku sendiri.

"Lagi?"

Aku menggeleng.

Aku sudah lemas, hanya mampu merebahkan badan di pangkuannya.

Jeonghan memelukku, mengusap punggungku dengan sayang.

"Mulai hari ini kita bakal sering ketemu," ujarnya pelan.

Merujuk ke artikel yang aku baca tadi.

Aku masih tidak menyangka Jeonghan akan hiatus.

"Sampai kapan?"

"Apanya?"

"Kamu, hiatus."

"Gak tau."

Aku mendorong tubuh menjauh, lalu memegang kedua bahunya. Menatap matanya lekat.

Keningku berkerut tidak mengerti. Sungguh,

"Aku boleh nyumpahin agensi kamu gak?"

Tawa Jeonghan pecah. Aku kira ia akan marah.

"Boleh aja."

"Okey. Dasar agensi jelek. Gak bertanggung jawab. Brengsek. Sialan!"

Aku mengucapkannya dalam satu tarikan napas.

Akhirnya aku terengah.

Jeonghan menatapku lucu. Wajahnya terlihat innocent. Lalu, lagi-lagi tawanya membuncah.

Aku yakin itu bukan jenis tawa bahagia.

"Jangan ketawa aja. Aku tau Kakak sedih. Kakak boleh nangis kok. Aku siap jadi sandaran kakak."

Aku menepuk kedua bahuku sendiri.

Tawa Jeonghan seketika lenyap. Irisnya menatapku sendu.

Namun, ia malah menarikku mendekat dan mengigit kuat kulit leherku.

Mine (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang