Extra Chapter

716 55 3
                                    

Aku duduk menekuni layar komputer.

Proses loading sedang berlangsung.

Aku menginstal beberapa file exe seperti yang disuruh Ketua Tim IT.

Biasanya file itu memang sudah ada di komputer.

Namun, untuk kali ini karena statusku bukan anak magang lagi, komputer ini menjadi milikku selama dua tahun kontrak pertama.

Aku menginstal ulang semuanya dan menjadikan komputer itu fresh untuk digunakan.

Hal ini memang sudah biasa dilakukan bagi karyawan baru.

Sebab, Ketua Tim IT memberi kebebasan berupa privasi untuk komputer masing-masing.

Rencananya, aku akan mengunduh aplikasi rahasia dan menyimpan beberapa fotoku bersama Jeonghan di sana.

Iseng saja aku lakukan supaya terlihat aku menyimpan rahasia.

Padahal tidak ada yang perlu aku rahasiakan.

Hidup itu akan lebih damai dan tenang tanpa adanya rahasia dan sedikit sikap bodo amat.

Ponselku berdering. Ada pesan masuk dari Jeonghan.

From Jeonghan :
Sayang, aku udah balik dari Jepang.
Kapan kamu pulang kerja?
Aku bakal jemput, kangen

**

Jeonghan tampak lucu dengan penutup kepala khas chef di restoran ramen.

Ia sedang membuat ramen malam ini.

Dia bilang, ia belajar cara membuat ramen yang enak langsung dari chefnya saat di Jepang.

Aku diminta untuk duduk menunggu di meja makan.

"Kak, padahal kita bisa pesen ramen atau mau aku bikinin ramyeon aja, masing-masing dua porsi?" tawarku saat melihatnya kerepotan di dapur.

"Gak usah Kania, kaldunya udah jadi. Sekarang aku hanya perlu merebus mienya."

Baiklah, kalau begitu.

Aku membuka ponsel, menuju kanal video di internet dan menonton tayangan gose.

Selain variety show running man dan reality show 2 days 1 night, gose termasuk jajaran tontonan yang wajib aku tonton setelah pulang kerja.

Ketiganya sama-sama lucu dan menghibur.

Asik menonton, tiba-tiba aku teringat dengan Kristi.

Semenjak kafe Pak Ardi di Daegu sudah resmi menjadi miliknya, Kristi jadi semakin sibuk.

Kami belum sempat bertemu secara langsung setelah di acara wisuda waktu itu.

Saat foto studio Kristi bilang dia sudah tidak lagi berkomunikasi dengan Joshua.

Aku tak menanyakan alasannya.

"Kak, Joshua udah punya pacar ya?"

Jeonghan menatapku sekilas sebelum sibuk mengecek mie di dalam panci.

"Bukannya temen kamu yang pacarnya Joshua?"

"Kristi bilang dia udah gak komunikasi lagi sama Joshua."

Jeonghan tampak tersentak, seolah ia mengingat suatu hal. "Pantes, akhir-akhir ini dia sering main game online. Biasanya dia gak secandu itu main game."

"Kenapa ya?"

"Gak tau. Tumben kamu kepo, biasanya kan kamu bodo amat sama urusan orang lain."

Aku nyengir. "Karena ini Kristi Kak, aku jadi penasaran."

"Kenapa gak nanya aja langsung ke Kristinya?"

"Takut."

"Takut?"

Aku mengangguk. "Kristi bukan tipe orang yang mau langsung cerita gitu aja. Dia orangnya lebih tertutup dari yang diliat. Aku takut bikin dia gak nyaman sama kekepoan aku."

Ramen buatan Jeonghan siap.

Diluar ekspektasiku rasanya lumayan juga.

**

"Kania, kamu mau kuliah lagi ya?" Jeonghan tiba-tiba bertanya acak.

Sepertinya ia melihat formulir pendaftaran mahasiswa baru di meja kerjaku.

Aku membilas mangkuk dan peralatan makan hingga bersih, sebelum menjawab tanya Jeonghan.

"Rencananya iya, aku mau ambil S2."

Jeonghan mengerjap. "Terus kerjaan kamu gimana?"

"Kan aku baru berencana Kak. Belum kepikiran mau kuliah sekarang. Mungkin satu tahun lagi. Kakak liat formulirnya ya?"

Jeonghan mengangguk. Ia meraih tanganku dan membawaku ke sofa ruang tamu.

"Formulir itu aku dapat dari temen aku yang langsung nyambung S2."

Jeonghan mangut-mangut saja.

"Emang kenapa kalau aku nyambung kuliah lagi?"

"Gak papa sih." Jeonghan beringsut mendekat, ia merebahkan kepalanya di bahuku. "Tapi, kamu pasti bakal super duper sibuk, terus nanti malah gak ada waktu buat aku," ujarnya terdengar merajuk.

Aku tergelak. Lalu meraih tangannya dan memainkan cincin di jari kelingkingnya.

"Buat Kakak, aku selalu ada waktu."

Jeonghan mencibir. "Gak usah gombal gitu, aku juga ngerti kamu sibuk, aku juga sibuk, waktu buat berdua juga gak sebanyak dulu. Tapi, aku bersyukur bisa pulang ke rumah dan peluk kamu."

"Duh, aku terharu deh."

Jeonghan malah mencebik. Sontak aku tergelak.

"Kalau kakak ke tempat aku terus pulangnya, kamar kakak di dorm buat apa dong?"

"Oh itu, tadi aku cek ada beberapa paket punya Vernon dari bulan lalu yang ditaruh di sana."

Aku ngakak.

Kamar Jeonghan jadi tempat penitipan paket.

"Kamu itu rumahku Kania. Gak ada yang bisa ganggu gugat."

"Uhhh so sweettttt."

Jeonghan menegakkan kepalanya. Keningnya berkerut.

"Kenapa sih kamu gak bisa serius gini?"

Aku mengulum bibir.

Entah kenapa suasana hatiku tidak bisa diajak serius.

"Soalnya lucu liat Kakak kesel," Jeonghan cemberut, memalingkan wajahnya.

Oh, dia kesal lagi.

Kenapa tampak begitu menggemaskan sih?

Aku beranjak dari dudukku, membuka tangan Jeonghan yang terlipat lalu naik ke pangkuannya.

Jeonghan tampak terkejut namun, ia hanya diam.

Aku lantas mendaratkan kecupan di seluruh wajahnya sambil bergumam, "i love you."

Jeonghan lantas tergelak, lalu meraih daguku dan mencium bibirku.

"I love you too Kania. Kamu milikku. Sekarang, besok dan selamanya."

**

Mine (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang