Part 04

223 14 0
                                    

Di hari ulang tahun Mikhaela, Rachquel dan Cherryl datang. Dengan gaun sederhana berbalut jas berwarna pastel. Namun, itu tidak membuat kecantikannya berkurang. Sementara Cherryl terlihat imut dengan gaun putihnya.

"Rachquel." Helga yang paling senang melihat kedatangan Rachquel. "Wah, putrimu sangat cantik. Siapa namanya?"

"Cherryl," jawab Rachquel.

Helga memanggil putrinya, "Mikhaela, ajak Cherryl main, ya."

"Iya, Ma." Mikael menggandeng tangan Cherryl kemudian kedua anak perempuan itu pergi.

"Apa kabar, Kak?" tanya Rachquel.

"Kabarku baik, bagaimana denganmu?" jawab Helga lalu ia balik bertanya.

"Kabarku juga baik, Kak."

"Kalian hanya datang berdua? Ke mana suami kamu?" tanya Helga.

"Dia masih sibuk dengan pekerjaannya," bohong Rachquel.

Jestian juga datang. Pria itu tidak hentinya menatap pada Rachquel. Adiswana menghampiri Jestian. Ia menyikut lengan pria itu.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Adiswana setengah menggerutu.

"Istri orang," jawab Jestian.

"Sepertinya kamu benar-benar sudah gila," ucap Adiswana sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Aku langsung menyukainya saat pertama kali bertemu. Dia terlihat berbeda dari perempuan kebanyakan," ucap Jestian.

Adiswana memutar bola matanya. "Kamu bisa mendapatkan 100 perempuan yang lebih cantik dan lebih menarik darinya."

Jestian menoleh pada Adiswana. "Jadi menurut Mas Adis, Rachquel itu jelek?"

"Aku tidak bilang begitu, dia cantik dan menarik, hanya saja dia sudah punya suami," kata Adiswana.

Jestian beranjak dari tempat duduknya. Adiswana menahan bahu adik sepupunya itu. "Kamu mau ke mana?"

"Mau bilang sama Mbak Helga kalau Mas Adis diam-diam memperhatikan Rachquel," jawab Jestian dengan polosnya.

"Hei, apa yang kamu bicarakan?" gerutu Adiswana sambil menarik bahu Jestian hingga pria itu kembali duduk.

Jestian tertawa.

"Kamu benar-benar menyebalkan," gerutu Adiswana.

"Aku belajar darimu," ujar Jestian.

"Apanya yang belajar dariku?" ketus Adiswana.

"Jadi, dia benar-benar putrinya Tuan Rudy Danuarga?" tanya Jestian.

Adiswana mengangguk. "Iya, dia putri tunggal Rudy Danuarga. Kamu tahu Danuarga Hospital?"

Jestian mengangguk. "Siapa yang tidak tahu Danuarga Hospital. Apa Rudy Danuarga pemiliknya?"

Adiswana menggeleng. "Bukan, pemilik Danuarga Hospital adalah Michael Danuarga, sepupunya Rudy Danuarga. Yang aku tahu, Rudy Danuarga memegang Danuarga Industrial Product yang bersaing dengan Danuarga Corporation milik Roberto Danuarga."

Jestian mengangguk mengerti. "Ya, para orang kaya dari keluarga Danuarga memang begitu. Sama-sama bersaing meski dengan keluarga atau kerabat sendiri."

Adiswana mengalihkan pandangannya sambil menggaruk tengkuknya. "Bagaimana dengan kita? Keluarga Mahali juga sama, tidak ada bedanya dengan keluarga Danuarga."

"Iya, sih," gumam Jestian. "By the way, kenapa Rachquel memilih membangun toko bunga ketimbang mengurus perusahaan ayahnya? Seperti yang Mas bilang, dia adalah putri tunggal."

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang