Selama satu bulan lebih, Rachquel menunjukkan perubahan baik. Ia kembali menjadi Rachquel yang dulu yang selalu tersenyum dan dipenuhi kebahagiaan. Davina dan Yoan mendukungnya dari keterpurukan.
Bahkan Davina memperkenalkan Rachquel dengan psikolog kenalannya, Amelia Hardiswara.
Rachquel tidak tersinggung sama sekali saat Davina mengajaknya ke psikolog. Bahkan dirinya merasa sangat senang.
Amelia sangat menyenangkan. Wanita itu lebih cocok disebut teman ketimbang psikolog.
Selama satu bulan itu, Jestian dan Rachquel tidak bertemu. Jestian hanya bisa melihat Rachquel dari kejauhan seperti biasa. Pria itu sangat merindukan Rachquel. Bahkan semakin hari rasa rindunya semakin bertambah.
Suatu hari, ia benar-benar tidak bisa menahannya lagi sehingga ia meminta bantuan pada Yoan agar mempertemukannya dengan Rachquel.
Sebenarnya Jestian bisa menghubungi Rachquel secara pribadi, tapi ia tidak ingin membuat Rachquel sedih lagi karenanya.
Setelah berbicara dengan Rachquel, Yoan menghubungi Jestian kalau Rachquel bersedia bertemu dengannya.
Keduanya pun bertemu di sebuah restoran tempat yang sering mereka kunjungi setiap makan siang dulu.
Kini Rachquel dan Jestian duduk berhadapan. Ada hidangan lezat di meja, tapi tampaknya keduanya belum berniat menyentuhnya.
Rachquel menatap Jestian kemudian tersenyum. "Oh, Mas Jestian mengecat rambut, ya?"
Jestian juga tersenyum melihat wanita yang ia rindukan tersenyum. Pria itu mengangguk. "Bagaimana kabar kamu?"
"Aku merasa lebih baik setelah bercerai dengan Ferdian," jawab Rachquel pelan.
"Aku senang melihat kamu lagi," kata Jestian sambil menunduk. Ia tidak bisa menyembunyikan kerinduannya.
Rachquel tersenyum. "Aku juga, tapi...."
Jestian mendongkak menatap Rachquel.
"Aku harap Mas Jestian melupakan kejadian waktu itu. Aku sudah memaafkan Mas Jestian, jadi aku harap hal tersebut tidak lagi menjadi beban pikiran kamu, Mas," kata Rachquel.
Jestian mencerna ucapan Rachquel. Lalu ia berkata, "Bagaimana bisa seperti itu? Aku mengambil sesuatu yang berharga dari kamu. Kamu tidak bisa melepaskanku begitu saja."
Rachquel mendengarkan.
"Aku mencintai kamu, Rachquel." Jestian menggenggam tangan Rachquel. "Aku ingin menikah denganmu. Aku mencintai kamu."
Rachquel tidak menjawab.
"Aku tahu kamu juga mencintaiku, kan? Tapi, kamu masih kecewa dengan apa yang aku lakukan padamu. Aku mohon beri aku kesempatan," kata Jestian.
Rachquel masih tidak memberikan jawaban.
"Rachquel...."
"Kita masih berteman, sampai jumpa, Mas." Rachquel beranjak lalu pergi setelah meletakkan beberapa lembar uang di meja.
Jestian menghela napas berat.
Rachquel memasuki mobilnya. Wanita itu membuang napas kasar lalu ia melajukan mobilnya.
Sesampainya di mansion, ia melihat ada mobil berwarna abu-abu terparkir di pelataran mansion.
Rachquel bertanya pada bodyguard yang berjaga. Belum sempat mendapat jawaban, Rachquel terkejut melihat Wenny dan Admar berada di sana.
"Ada apa kalian ke mari? Cherryl di mana?" tanya Rachquel.
Cherryl keluar dari dalam mobil abu-abu itu. Ia berlari memeluk ibunya. "Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
PLUVIOPHILE
RomanceBLURB ~ Bahkan orang yang mengaku suka hujan pun akan berteduh, karena pada akhirnya kita tahu yang kita sukai pun dapat menyakiti. ~ _Ucu Irna Marhamah_ Malam itu Jestian pulang dari kantor. Ia menyetir mobilnya saat hujan deras. Pria itu hampir m...