Part 12

144 10 0
                                    

Tampak rumah besar bercat putih dan bertingkat tiga dengan pilar kokoh itu tampak mewah dalam kegelapan memancarkan sinar lampu berwarna putih cerah.

Di dalam rumah itu, tepatnya di ruang tengah, terlihat sepasang kekasih yang tengah bergumul di atas sofa mengabaikan layar televisi yang menyala.

"Mas Ferdian," desah Everlyn yang sudah berantakan di bawah Ferdian. Keduanya melenguh panjang saat mencapai puncak kenikmatan.

Mereka terkulai lemas dalam keadaan bertumpang tindih. Ferdian mengusap rambut Everlyn.

"Malam ini menginap saja di sini," bisik Ferdian.

"Om Rudy akan curiga, selain itu besok aku harus sekolah," kata Everlyn.

Ferdian menyingkir dari tubuh Everlyn. "Bukankah jam pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia? Aku akan mencentang absen kehadiranmu. Tidak perlu khawatir dengan nilai-nilai mata pelajaran lain. Kamu akan mendapatkan nilai sempurna agar bisa berkuliah di Oxford University nantinya."

Everlyn bangkit lalu mengecup bibir Ferdian. "Aku tidak bisa, Om Rudy pasti terluka karena menantunya aku tiduri."

"Rudy Danuarga sudah tahu aku dan putrinya akan bercerai," gerutu Ferdian.

"Ceraikan dulu perempuan itu, baru kita bisa melakukan sepuasnya." Everlyn beranjak sambil membenarkan pakaiannya.

Ferdian menyusul. "Everlyn."

"Aku akan pulang sendiri, aku membawa mobil," kata Everlyn.

"Aku akan mengantarmu. Ini sudah malam," ucap Ferdian.

Saat Everlyn membuka pintu, ia tersentak kaget melihat Rachquel berdiri di depan pintu rumah. Ferdian tampaknya juga kaget. Pria itu segera membenarkan kancing kemejanya.

Rachquel meletakkan tangannya di depan hidung kala mencium bau tak sedap. "Kenapa kalian bertindak seolah-olah baru pertama kali kepergok selingkuh?"

"Mau apa kamu ke sini?" tanya Ferdian sinis.

"Aku duluan, ya, Kak." Everlyn mengusap pipi Rachquel kemudian berlalu.

Setelah Everlyn pergi, Rachquel menatap Ferdian. "Tidak seharusnya kamu melakukan semua ini."

Ferdian mendecih sambil tertawa. "Memangnya kenapa? Bukankah kamu juga sudah tahu kalau aku dan Everlyn suka...."

Rachquel memotong ucapan Ferdian, "Jangan besar rasa. Yang aku bicara bukan hubungan sex antara kamu dan Everlyn. Yang aku bahas adalah Yoan. Tidak seharusnya kamu menggunakan cara kotor untuk mengalahkanku. Kamu benar-benar keterlaluan mencelakai pengacaraku sampai masuk rumah sakit."

"Kamu menuduhku? Hati-hati, Rachquel, aku bisa menuntut kamu karena pencemaran nama baik," ancam Ferdian.

Rachquel masih menunjukkan ekspresi datar. "Berapa yang harus kamu bayar agar polisi membuat pernyataan palsu?"

"Sebaiknya kamu pergi dari sini. Kamu hanya menyia-nyiakan waktuku." Ferdian menutup pintunya dengan keras.

Rachquel mengangguk. "Baik, kamu sudah menunjukkan kalau kamu memang bersalah atas insiden itu. Satu lagi, Ferdian. Setelah kita resmi bercerai, aku akan mengambil hak asuh atas Cherryl. Aku tidak peduli dengan yang lainnya, hanya Cherryl yang aku mau."

Ferdian yang masih berdiri di balik pintu mendengar apa yang dikatakan Rachquel. Ia mendengus kesal.

Rachquel akan memasuki mobilnya, tapi terdengar suara tepuk tangan. Ia menoleh melihat Everlyn bersandar ke mobil di sampingnya. Ya, gadis itu yang bertepuk tangan.

"Jauh-jauh Kakak datang ke mari. Apa Kakak merindukan Mas Ferdian?" tanya Everlyn.

Rachquel melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lihat!" Everlyn menyingkap roknya menunjukkan paha dan betisnya. Terlihat cairan putih kental mengalir di sana.

"Itu bukan hal yang perlu dipamerkan, sangat menjijikkan." Rachquel bergidik. Ia membuka pintu mobil.

"Apa Kakak cemburu, karena ***** yang biasa memasuki Kakak kini memasukiku?" tanya Everlyn.

Rachquel kembali menoleh pada Everlyn.

Everlyn memiringkan kepalanya ke kanan. "Atau mungkin... karena Mas Ferdian tidak tertarik dengan ****** Kakak?"

Rachquel tertawa. "Aku tidak pernah cemburu dan merasa tersaingi oleh seekor anjing."

"Anjing?" Everlyn mengerutkan keningnya.

Rachquel menunjuk wajah Everlyn.

Everlyn mendecih. "Kita sedarah, kan? Kalau aku anjing, Kakak juga anjing."

Rachquel mengangguk. "Setidaknya aku adalah Siberian Husky, bukan anjing kampung budugan dan menjijikkan seperti kamu."

Everlyn tertawa. "Ya, aku anjing kecil yang manis yang akan selalu menggigit ***** suamimu."

"Gigit sampai putus dan mati," kata Rachquel kemudian ia memasuki mobilnya.

Everlyn menatap mobil hitam Rachquel yang melaju meninggalkan pelataran rumah Ferdian Gumantara.

"Benar juga, sidangnya besok. Aku tidak bisa pergi ke sekolah, karena aku juga akan hadir di persidangan," gumam Everlyn.

Sesampainya di rumah, Rachquel memasuki kamar Cherryl. Ia melihat putrinya yang tertidur lelap. Rachquel mengusap rambut Cherryl dengan lembut.

"Mama akan memperjuangkanmu, Nak." Rachquel tersenyum sendu.

☔ Flashback ☔

Gadis cantik berambut panjang berombak itu menunduk dalam. Ia berdiri di depan pria paruh baya yang duduk di meja kerjanya. Pria paruh baya yang tak lain adalah Rudy Danuarga itu menatap kesal Rachquel muda.

"Kamu tidak lolos masuk ke Universitas terbaik? Bahkan kamu tidak bisa masuk ke Universitas Hardiswara." Rudy melipat kedua tangan di depan dada. Pria itu mengalihkan pandangannya.

Rachquel mendongkak menatap ayahnya. "Aku... aku akan berkuliah di Jerman, kata Mama, Mama punya rumah di sana. Aku akan tinggal di sana."

"Kuliah apa?" tanya Rudy sinis.

"Kuliah kedokteran, nilaiku cukup memadai untuk kuliah kedokteran," ucap Rachquel.

Rudy menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal. "Kamu itu lulusan IPS, Papa sudah bilang kamu itu harus masuk bisnis ekonomi, bukan kedokteran."

Rachquel menunduk lagi. Ia nyaris menangis. "Aku masuk IPS, karena Papa yang menyuruh. Aku mau menjadi dokter."

"Tidak bisa, kamu putri tunggal Papa yang pantas menjadi Bos di Danuarga Industrial Products. Bukan menjadi pelayan masyarakat di rumah sakit, apalagi Danuarga Hospital. Itu bukan style kita," kata Rudy.

"Tapi, Om Michael pasti bisa membantuku. Dia pasti bisa membuatku menjadi dokter...."

"Berhenti menyebut nama Michael. Mereka keluarga psikopat! Kamu tahu kasus keluarga mereka seperti apa?! Gara-gara mereka, nama baik keluarga besar Danuarga menjadi tercoreng! Saham dari seluruh perusahaan keluarga besar Danuarga turun selama bertahun-tahun. Kenapa? Karena keluarga John Lopard Danuarga yang melahirkan anak-anak psikopat," kata Rudy.

"Papa...."

"Jangan bergaul dengan anaknya Robert dan Michael. Kamu bisa bergaul dengan anak-anak yang seumuran denganmu, bukan mereka."

Rachquel menghela napas berat.

Karena Rachquel tidak lulus masuk Universitas Hardiswara, ia berkuliah di salah satu universitas di luar Jakarta. Sebenarnya ia sengaja memilih universitas yang jauh dari rumahnya untuk menghindar dari ayahnya.

Sesekali Rachquel kembali ke mansion Rudy Danuarga saat libur. Ia melihat Rudy yang begitu memanjakan Everlyn, anak dari mendiang bibinya Rachquel alias adiknya Rudy.

Karena Everlyn sangat berprestasi sejak SMP, Rudy sangat membanggakannya. Impian Everlyn adalah berkuliah di Oxford University suatu hari nanti. Ia ingin makan menjadi pengusaha sukses. Tentu pemikirannya itu sejalan dengan Rudy.

Rachquel tidak peduli sama sekali.

☔☔☔

10.57 | 1 Oktober 2021
By Ucu Irna Marhamah
ig @ucu_irna_marhamah

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang