Part 33

125 9 0
                                    

Rachquel mematikan TV. Ia melihat ke jendela. Jestian masih belum datang. Wanita itu menghela napas berat. Ia kembali teringat dengan kejadian waktu itu.

☔ Flashback ☔

Rachquel mengalihkan pandangannya. "Yang kamu lakukan ini seperti memenggal rusa yang sedang sekarat karena tertembak. Kamu menambah luka orang yang sedang mengalami kesakitan. Kamu merasa lebih mudah, karena aku sedang mabuk? Bukankah aku sudah bilang, jangan menemuiku untuk sementara waktu?"

"Aku khawatir sama kamu, karena aku tidak melihat kamu selama beberapa hari. Aku takut kamu kenapa-napa," kata Jestian. Pria itu menatap Rachquel dengan serius. "Itu karena, sebenarnya... aku mencintai kamu, Rachquel."

Rachquel kembali menatap Jestian. "Sayangnya aku juga mencintaimu, tapi dulu sebelum kamu melakukan ini padaku. Kamu sama saja seperti Ferdian."

Jestian mencerna ucapan Rachquel. Pria itu merasa senang karena ternyata cintanya terbalaskan, tapi masalahnya sekarang Rachquel membencinya.

Rachquel bangkit dari tempat tidur sambil memegangi perutnya.

"Rachquel." Jestian memegang tangan Rachquel untuk membantunya berdiri, tapi Rachquel mendorong Jestian kemudian ia pergi ke kamar mandi dengan langkah tertatih dan sempoyongan. Jestian akan membantunya, tapi Rachquel mengangkat tangannya menandakan ia tidak membutuhkan bantuan.

Jestian mengusap kasar rambutnya. Ia sangat menyesali perbuatannya. Seandainya saja waktu bisa diputar kembali.

Di dalam kamar mandi, Rachquel melemparkan selimutnya ke lantai lalu ia duduk di closer.

Terdengar suara air mengalir di kamar mandi disertai teriakan Rachquel yang merasakan perih dibagian intinya saat ia membuang air kecil.

Jestian menunduk sambil menghela napas berat. Ia kemudian membuka pintu kamar mandi membuat Rachquel menjerit kaget.

"Jangan membersihkan tubuhmu!" kata Jestian.

"Keluar kamu, Mas!" kata Rachquel sambil memeluk dirinya sendiri menutupi dadanya. Ia juga merapatkan kakinya karena dalam keadaan telanjang.

Jestian mengalihkan pandangannya. Saat Rachquel akan menyalakan air, Jestian segera menarik tubuh Rachquel.

"Lepaskan aku, Mas! Apa yang kamu lakukan?!" gerutu Rachquel.

Jestian mengangkat tubuh Rachquel lalu menghempaskannya ke ranjang. Pria itu menindihnya.

"Mas Jestian!" pekik Rachquel saat pria itu tiba-tiba menggigit lehernya. Ia juga mencengkram tangan Rachquel dengan kuat.

"Mas! Hentikan!" tangis Rachquel. Ia memukul dada dan perut Jestian.

Jestian berhenti lalu menatap Rachquel yang ketakutan dan menangis dalam diam. Wanita itu menyilangkan tangannya di depan dada sambil menatap pria di atasnya. Jestian juga menatap Rachquel dengan penuh hasrat.

"Buka mulutmu," kata Jestian.

Rachquel menggeleng.

Jestian mendekatkan wajahnya lalu melumat bibir Rachquel dengan kasar, bahkan pria itu menggigit bibir wanita itu sampai berdarah.

Rachquel menjambak rambut Jestian. Ia juga memukul kepala pria itu meski tidak ada gunanya.

Jestian menghentikan perbuatannya. Ia mengusap rambut Rachquel. "Maafkan aku."

"Kamu gila, Mas!"

Jestian beranjak dari tubuh Rachquel. Pria itu mengancingkan kemejanya. "Tidak ada waktu, aku akan membantu kamu berpakaian. Kita harus segera pergi ke Danuarga Hospital."

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang