Part 39

112 10 0
                                    

Yoan sedang duduk santai di meja kerjanya. Pria itu meneguk kopinya. "Davina sedang apa, ya?"

Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia melihat nama Rachquel di layar. Yoan segera mengangkatnya. "Halo? Ada apa, Rachquel?"

"Siapkan semuanya, kita akan mengajukan gugatan hak asuh anak," kata Rachquel dari seberang sana.

"Apa? Tapi waktu itu 'kan kita...."

"Mereka akan memprosesnya, karena kalau tidak, aku akan membakar gedungnya," kata Rachquel.

Yoan menutup mulutnya karena terkejut. "Apa? Kamu serius mengatakannya? Apa kamu punya koneksi dengan orang dalam?"

"Aku sudah tidak peduli lagi dengan Ferdian dan Everlyn yang tiba-tiba keluar dari penjara tanpa kejelasan, tapi aku marah saat putriku terluka! Aku tidak akan tinggal diam," kata Rachquel penuh emosi. Wanita itu sedang menyetir menuju ke rumahnya.

"Rachquel, kamu sedang menyetir? Lebih baik menepi dulu," kata Yoan. "Aku dan Radif akan segera mengurusnya."

Rachquel menepikan mobilnya. Wanita itu menghela napas berat. "Aku harap kita berhasil lagi."

Beberapa hari kemudian, Rachquel dan Jestian datang ke persidangan. Ada Everlyn dan Ferdian juga di sana.

"Aku benar-benar sudah muak melihat wajahnya," kata Rachquel dengan pandangan tertuju pada Galih.

Jestian menoleh pada Rachquel. "Jangan terlalu membencinya, nanti wajah anak kita mirip dengannya."

Rachquel segera mengusap perutnya.

"... dari kecil sampai berusia 6 tahun, Cherryl sudah bersama Nyonya Rachquel. Meski mereka tidak terikat hubungan darah, meski mereka bukan ibu dan anak sungguh, mereka saling menyayangi satu sama lain seperti halnya ibu dan anak. Sejak pernikahannya dengan Tuan Ferdian, Nyonya Rachquel sudah sangat dekat dengan Cherryl. Bahkan anggota keluarganya mengakui kalau Cherryl lebih dekat dengan Rachquel ketimbang Ferdian. Orang tua dari mendiang ibunya Cherryl alias kakek dan neneknya juga mengatakan hal yang sama. Mereka tidak dekat dengan Cherryl dan membiarkan Cherryl tinggal bersama Nyonya Rachquel. Tapi, pada tanggal 21, Tuan Ferdian datang lalu mengambil Cherryl secara paksa," jelas Yoan.

Bahkan Yoan dan Radif menunjukkan foto-foto dan video-video yang menunjukkan kedekatan Rachquel dengan Cherryl. Mereka juga memiliki bukti video dan percakapan yang memperlihatkan kalau Cherryl takut pada Ferdian, ayahnya kandungnya sendiri.

Ekspresi Ferdian tampak biasa saja.

"Karena Cherryl masih kecil, dia masih memerlukan kasih sayang seorang ibu. Kami mengkhawatirkan kesehatan mentalnya yang bisa mempengaruhinya ketika dewasa nanti kalau dibiarkan tinggal bersama orang yang tidak dekat dan tidak akrab dengannya," jelas Yoan.

Galih dipersilakan memberikan sanggahan. "Yang Mulia, saya rasa persidangan kali ini sangat konyol. Cherryl tidak bisa tinggal dengan orang yang sudah jelas bukan keluarganya. Meski Cherryl dan Nyonya Rachquel dekat, mereka tidak bisa bersama, karena orang tua kandung Cherryl tetaplah Tuan Ferdian. Tuan Ferdian akan merasa khawatir kalau putrinya tinggal bersama orang asing, bukan? Apalagi sekarang Nyonya Rachquel memiliki pendamping baru yang belum tentu menerima Cherryl."

Rachquel dan Jestian melirik kesal pada Galih.

Kali ini Radif dipersilakan berbicara. Pria itu sekilas melirik kesal pada Galih. "Seperti yang kita tahu, Ferdian pernah masuk penjara atas apa yang dia perbuat termasuk menyuruh orang untuk mencelakai kuasa hukum Nyonya Rachquel. Apakah seorang ayah seperti itu pantas mendapatkan hak asuh, Yang Mulia."

"Yang Mulia, Rachquel tidak memberitahu Cherryl kalau dia adalah ibu tirinya. Yang Cherryl tahu, Rachquel adalah ibu kandungnya. Itulah yang membuat Cherryl nyaman bersama wanita asing itu," kata Galih.

"Nyonya Rachquel belum memberitahu Cherryl, karena dia menunggu waktu yang tepat untuk memberitahunya," sanggah Yoan.

Galih mendecih. "Yang Mulia, seorang wanita yang sudah diceraikan tidak mungkin memaksa merebut hak asuh anak tirinya kalau dia tidak punya maksud dan tujuan. Dia pasti memiliki keinginan terselubung. Dengan mengambil anak tirinya, maka mantan suaminya harus membiayai anaknya yang tinggal dengan mantan istrinya. Dari sana kita sudah mengerti, bukan?"

Radif menyanggah ucapan Galih, "Mohon maaf, Nyonya Rachquel mampu membiayai Cherryl sendirian tanpa harus meminta sepeser pun dari Ferdian. Kalau diingat-ingat lagi ke belakang, kami menuntut klien Anda yang berselingkuh, lalu menggugat cerai. Nyonya Rachquel tidak pernah membahas harta gono-gini atau sebagainya. Yang dia pertahankan hanya harga diri, haknya, dan putrinya. Satu lagi, Nyonya Rachquel tidak membutuhkan uang klien Anda, Tuan Galih. Dia sudah sangat kaya."

Yoan bersuara, "Yang Mulia, bagaimana kalau kita meminta Cherryl untuk memutuskan untuk ikut dengan siapa, apakah dia ingin ikut dengan Tuan Ferdian atau Nyonya Rachquel."

"Yang Mulia, anak dibawah 12 tahun belum bisa menentukan dirinya memilih untuk ikut dengn siapa. Itu melanggar...." Galih berhenti berbicara saat Radif memotong ucapannya.

"Kenapa klien Anda bersikeras mempertahankan putrinya sementara dirinya sendiri tidak menyayanginya? Bukankah sudah jelas kalau kekerasan yang dilakukan Tuan Ferdian terhadap Cherryl bisa dipastikan sebagai tanda kalau dia tidak menginginkan kehadiran putrinya di rumahnya?"

"Harap tenang saudara-saudara." Hakim mengetuk palu beberapa kali.

Karena tidak ada pilihan lain, akhirnya Cherryl dipersilakan hadir di persidangan.

Psikolog perempuan mengajaknya berbicara sebentar sebelum memberikan kesaksian sebagai anak kecil.

"Apa kamu nyaman saat tinggal bersama ayah kamu?" tanya Hakim.

Cherryl menjawab dengan suara pelan, "Aku lebih senang tinggal bersama Mama."

"Kenapa?"

"Mama mengantarku ke sekolah, Mama selalu makan siang bersamaku, merawatku saat sakit, dan membeli keperluanku. Waktu aku kecil, Mama memandikanku, karena aku belum bisa mandi sendiri," kata Cherryl.

Galih akan memberikan sanggahan, "Yang Mulia...."

"Saya tidak mengizinkan siapa pun berbicara kecuali anak ini," potong Hakim.

Cherryl terdiam dan terlihat khawatir. Psikolog anak yang tadi berbicara dengannya pun kembali dan menenangkannya.

"Apa kamu menyayangi ayah kamu?" tanya Hakim.

Cherryl mengangguk pelan.

"Apa kamu juga menyayangi ibu tiri kamu?" tanya Hakim lagi.

Cherryl menggeleng. Semua orang bingung, termasuk Rachquel dan Jestian.

Pandangan Cherryl tertuju pada Everlyn. "Papa lebih menyayangi ibu tiri daripada aku dan Mama."

Jadi, Cherryl masih berpikir kalau Rachquel ibu kandungnya. Gadis kecil itu menangis. "Papa meninggalkan Cherryl dan Mama."

Psikolog tadi menggendong Cherryl. Ia permisi membawanya keluar dari ruangan untuk menenangkannya.

"Yang Mulia, Cherryl pasti sudah dimanipulasi oleh Rachquel. Anak itu pasti didoktrin yang bukan-bukan," kata Galih.

Yoan kembali bersuara, "Yang Mulia, untuk apa Rachquel mendoktrin Cherryl? Apa untungnya bagi Rachquel? Tidak hanya Ferdian atau nenek dan kakek dari ibunya, Cherryl juga tidak akrab dengan kakek dari ayahnya. Dia akan merasa tidak nyaman saat berada di dekat orang asing baginya sekali pun memiliki hubungan darah dengannya."

Setelah Cherryl tenang, untuk pertama kalinya Hakim meminta seorang anak memilih hak asuhnya jatuh pada siapa. Tentu saja Cherryl memilih Rachquel. Dan hak asuh pun dimenangkan oleh Rachquel.

Sidang ditutup.

☔☔☔

10.32 | 01 Oktober 2021
By Ucu Irna Marhamah

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang