Extra Part I

142 7 0
                                    

Jestian menatap Cherryl. "Sebaiknya kamu menjelaskan sejelas-jelasnya."

Cherryl dan Quesha saling pandang. Kemudian Cherryl menjelaskan, "Sebenarnya itu Ezra, teman sekelasku, Pa. Dia tidak seburuk yang Papa pikirkan."

Rachquel melirik Cherryl dan Jestian bergantian.

"Kenapa tidak bilang dari awal? Kenapa berbohong?" tanya Jestian.

"Itu karena terakhir kali dia mengantarku pulang... Papa memarahinya," kata Cherryl pelan.

"Papa tidak memarahinya... hanya sedikit mengancamnya," ucap Jestian.

☔ Flashback ☔

Cherryl turun dari motor Ezra. Ia akan melepaskan helm, tapi kelihatannya Cherryl kesulitan. Ezra membantunya.

Tanpa mereka sadari, Jestian memperhatikan mereka di kejauhan. Pria itu tampak marah. Ia melipat kedua tangan di depan dada lalu melangkah menghampiri kedua remaja itu.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang," kata Cherryl.

Ezra tersenyum. "Sama-sama."

Pandangan Ezra tertuju pada Jestian yang sudah berada di belakang Cherryl. "Sore, Om."

Jestian menunjukkan ekspresi unfriendly membuat Ezra menelan saliva.

"Papa?"

"Masuk."

Cherryl menoleh pada Ezra. "Terima kasih, ya."

Setelah mengatakan itu, Cherryl pun berlalu ke rumah. Sebenarnya ia tidak benar-benar masuk ke dalam rumah. Gadis itu mengintip dan menguping pembicaraan antara Jestian dan Ezra.

"Ngapain kamu pegang-pegang anak saya?" tanya Jestian dingin.

Ezra memundurkan wajahnya. "Ah? Pegang-pegang?"

"Iya, saya lihat tadi kamu pegang-pegang muka anak saya." Jestian berkacak pinggang.

Ezra tersenyum kaku. "Sepertinya Om salah paham...."

"Pergi," suruh Jestian.

Ezra membeku.

"Pergi atau saya patahkan kaki kamu."

"Oh, iya... iya, baik, Om. Mari." Ezra segera tancap gas.

Cherryl memutar bola matanya.

☔ End Flashback ☔

Jestian mendengarkan cerita putri sulungnya.

Rachquel bersuara, "Mas Jestian terlalu berlebihan."

"Aku hanya menunjukkan kasih sayangku sebagai seorang ayah," sanggah Jestian.

Quesha angkat bicara, "Itu belum seberapa, Ma. Ceritaku lebih parah lagi."

Rachquel beralih pada putri tengahnya. "Kamu juga?"

"Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Cherryl penasaran.

Quesha mulai bercerita, "Waktu itu saat aku di sekolah dasar. Sayangnya Papa yang mengantarku...."

☔ Flashback ☔

Saat pelajaran olahraga dan para murid disuruh membuat lingkaran dengan merentangkan tangan dan berpegangan, Jestian menukarkan posisi anak laki-laki di samping Quesha dengan anak perempuan.

Guru olahraga SD yang membimbing terlihat kesal melihat Jestian. "Tuan, biarkan anak-anak berolahraga dengan tenang."

Jestian tersenyum. "Ini pertama kalinya aku mengantar putriku ke sekolah dasar."

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang