Part 35

135 10 0
                                    

Ferdian keluar dari penjara. Ia membenarkan kemejanya lalu melihat ke sekeliling. "Ah, cuacanya buruk sekali."

Mobil putih berhenti di depannya. Ferdian pun masuk. Ia memakai kacamata hitamnya. "Jalan."

Sesampainya di mansion Gumantara, Ferdian keluar dari mobil. Ia melihat ayahnya sedang duduk di depan rumah sambil meminum kopi. Pria paruh baya itu melihat ke arah Ferdian dengan ekspresi datar.

"Selamat siang, Ayah." Ferdian melangkah akan memasuki rumahnya.

"Bukankah aku sudah mencoret nama kamu dari daftar keluarga? Apa kamu lupa?" tanya Yadi.

Langkah Ferdian terhenti. Ia menoleh dan menatap ayahnya yang juga menatap padanya.

Ferdian menghela napas panjang lalu ia menghampiri ayahnya. "Ayah, mendiang ibuku adalah seorang putri dari keluarga San. Ayah tahu 'kan kalau keluarga San memiliki kantor berita terbesar di Indonesia. Kalau Ayah benar-benar membuangku, maka aku bisa memenjarakan Ayah."

Yadi menautkan alisnya. "Memangnya apa yang aku lakukan sehingga kamu berani mengatakan itu?"

Ferdian tersenyum. "Memangnya Ayah pikir aku bodoh? Kenapa Ayah menjodohkanku dengan Rachquel? Pasti ada alasannya, kan?"

Yadi tidak segera menjawab.

"Firma Hukum Ayah tidak akan bisa melindungi Ayah lagi," kata Ferdian.

Yadi menatap lurus ke depan. "Aku menjodohkanmu dengan Rachquel karena aku tahu Rachquel adalah gadis yang memiliki kepribadian baik. Aku ingin gadis baik-baik yang mendampingi putraku. Sayangnya aku berekspektasi terlalu tinggi. Aku menyesal karena aku telah memberikan berlian yang berharga pada kerikil kecil sepertimu yang lebih memilih butiran debu. Sekarang berlian itu sudah hancur berantakan karenaku."

Ferdian memasang ekspresi berpikir. "Itukah alasan utama Ayah menjodohkanku dengan Rachquel? Bukankah Ayah dan Om Rudy membuat kesepakatan?"

Yadi mendongkak menatap putra tunggalnya. "Jadi, kamu ingin memenjarakan Ayah?"

Ferdian tersenyum lalu menggeleng. "Kalau Ayah tidak membuangku, aku tidak akan melukai Ayah."

Sementara itu, Everlyn memasuki mansion kakeknya setelah ia keluar dari penjara dengan bantuan Ferdian.

Everlyn melihat kalender. Ada tanggal yang dilingkari dan tanggal tersebut adalah besok.

"Sialan," gumamnya.

Keesokan harinya, Everlyn datang ke sekolah. Ia tampak cantik dengan kebaya dan kain samping. Ia juga menyanggul rambutnya. Ada mahkota kecil yang tersemat.

Ternyata hari ini adalah hari kelulusan sekolahnya. Pandangan semua orang tertuju padanya. Mereka saling berbisik membicarakannya. Namun, Everlyn tidak peduli.

Saat pengumuman juara umum, nama Everlyn tidak disebut. Gadis itu tidak menunjukkan ekspresi apa pun.

Beberapa hari kemudian, Everlyn mengikuti ujian dan tes masuk Universitas Oxford. Setelah hasilnya keluar, ternyata ia tidak lolos.

"Aaarrghhh!!!" Everlyn mengamuk dan melemparkan semua barang-barang di kamarnya.

Sementara itu, Ferdian yang sudah dipecat dari pekerjaan sebagai guru tampak duduk santai di bangku jemur di tepi kolam renang belakang rumahnya. Pria itu hanya mengenakan celana pendek di atas lutut. Tubuhnya yang kekar tersorot sinar matahari pagi. Saat matahari semakin naik, Ferdian memakai kacamata hitamnya.

Sekarang tidak ada yang ia lakukan selain diam di rumah.

Ponselnya di meja tiba-tiba berdering. Ferdian mengambil ponselnya terlihat nama Everlyn di layar. Ia pun mengangkat panggilannya sambil meminum jus jeruk.

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang