EPILOGUE

149 8 0
                                    

Berberapa tahun kemudian.

SMA Hardiswara.

Semua murid duduk di bangku masing-masing. Guru perempuan berambut ikal tampak berdiri di depan sambil melihat buku di tangannya.

"Penny Harsbenger?"

Si pemilik nama menjawab, "Hadir, Bu."

"Pirda Kayea Jayadi."

"Hadir, Bu."

"Cherryl Addiva Gumantara?"

Gadis cantik berambut panjang lurus mengangkat tangan. "Hadir, Bu."

Rupanya Cherryl sudah tumbuh menjadi gadis cantik dan dewasa. Ia sekarang berusia 17 tahun dan duduk di bangku SMA kelas 3.

Seorang siswi laki-laki yang duduk di meja paling belakang menatap punggung Cherryl. Tampaknya ia menyukai Cherryl.

Setelah selesai mengabsen, Bu Guru menyampaikan beberapa pesan penting. "Anak-anak, Hari Ayah adalah hari yang paling berharga. Ibu tidak ingin kalian datang dengan orang lain yang bukan ayah kandung kalian, kecuali yang ayahnya sudah meninggal atau berada di luar negeri. Kemarin Ibu lihat ada murid yang datang ke perayaan Hari Ayah bersama pria yang bukan merupakan ayah kandungnya, tapi sugar daddy. Itu memalukan."

Semua murid langsung saling pandang dan berbisik-bisik menanyakan siapa yang akan membawa sugar daddy ke sekolah.

Sementara Cherryl tampak merenung. Ia tidak pernah datang ke acara Hari Ayah bersama ayah kandungnya. Ia selalu datang bersama ayah tirinya. Ia merasa lebih dekat dengan Jestian ketimbang ayah kandungnya sendiri.

Ibu Guru menambahkan, "Tidak perlu malu dengan ayah kandung kalian sendiri. Pekerjaan, umur, dan penampilan bukanlah hal yang bisa membuat kalian malu. Para ayah adalah sosok yang luar biasa yang mencintai anak-anak mereka dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang."

Cherryl menggeleng pelan. Ia tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ayah kandung seperti yang dimaksud oleh gurunya itu.

Bu Guru melihat Cherryl menggelengkan kepalanya. "Cherryl, kenapa kamu menggeleng? Kamu tidak setuju dengan ucapan Ibu?"

"Ah? Itu...." Cherryl tidak tahu harus bilang apa.

Bu Guru menghela napas berat. "Ibu tahu kamu lebih dekat dengan ayah tiri kamu, tapi Ibu juga tahu kalau ayah kandung kamu masih ada. Kalau tahun ini kamu datang ke perayaan Hari Ayah bersama ayah tiri kamu lagi, ayah kandung kamu akan merasa sedih."

Dalam hati, Cherryl mendecih, mana ada dia sedih? Dia bahagia dengan kehidupannya yang sekarang. Istri baru dan anaknya.

"Iya, Bu," kata Cherryl pendek.

Setelah jam terakhir habis, Cherryl keluar dari kelasnya. Ia menunggu ayahnya datang menjemput seperti biasa. Gadis itu duduk di bangku depan sekolah.

Sebuah motor sport hitam berhenti di depannya. Cherryl menoleh. Pengemudi itu melepaskan helm-nya. Ternyata ia adalah laki-laki yang tadi di kelas selalu menatapnya.

Cherryl menoleh. "Ezra?"

Laki-laki tampan bernama Ezra itu tersenyum. "Kamu menunggu Papa kamu?"

Cherryl mengangguk. "Sepertinya Papa pulang agak telat sekarang."

"Mau kuantar pulang? Sepertinya mau hujan," kata Ezra sambil menunjuk langit yang mendung.

Cherryl tampak berpikir.

Ezra tersenyum. "Aku akan mengantarmu sampai rumah, kok."

Akhirnya Cherryl bersedia. Dalam perjalanan, mereka terlibat percakapan ringan.

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang