Part 41

130 9 0
                                    

Jestian mengotak-atik laptopnya di ruang kerjanya di rumah seperti biasa. Terdengar suara ketukan di pintu. Jestian menoleh.

"Ada apa?"

"Ada tamu yang ingin bertemu, Tuan," jawab Anton dari luar ruangan.

"Siapa?"

"Tuan Ergara bersama istri dan putrinya."

Jestian keluar dari ruangannya lalu menuruni tangga dan menemui tamu yang dimaksud oleh Anton.

"Jestian!" Pria berambut coklat keemasan itu berdiri saat melihat Jestian. Ada wanita cantik bersama gadis kecil yang duduk di sofa.

"Erga?" Jestian dan pria itu bersalaman ala pria lalu berpelukan.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Erga.

"Aku baik-baik saja, kalian datang langsung ke mari dari Vancouver?" tanya Jestian.

Agatha _istrinya Erga_ yang menjawab, "Kebetulan kami di sini, aku mendapatkan undangan dari Rachquel."

"Benarkah? Kalian saling mengenal?" tanya Jestian.

Agatha mengangguk. "Kami cukup dekat, meski tidak seumuran."

"Lucunya kami mendapatkan 4 undangan," ujar Erga.

Jestian hanya tertawa mendengar ucapan Erga. Ia melihat pada putrinya Erga dan Agatha. "Halo? Apa ini putri kalian?"

Angel _anaknya Erga dan Agatha_ bersalaman dengan Jestian. Jestian mengusap rambut Angel.

"Dia sangat cantik mirip ibunya," celetuk Jestian.

"Hei, aku juga bekerja keras," gerutu Erga.

Jestian tertawa. "Siapa namanya?"

"Angelique Xaviera," jawab Erga.

"Nama yang sangat bagus, tapi sangat sulit diucapkan. Kenapa nama anak zaman sekarang sangat unik dan sulit disebutkan?" ucap Jestian.

"Agar tidak mirip dengan nama orang lain," jawab Agatha.

Jestian menganggukkan kepalanya. "Benar juga, artinya aku harus memikirkan nama yang unik juga untuk anakku nantinya."

Erga dan Agatha tertawa.

"Dulu sewaktu pertama kali mengenal Rachquel, aku bingung cara mengucapkan namanya bagaimana, tapi lama-lama aku bisa menyebutkan namanya dengan benar," kata Jestian.

Agatha mengangguk mengiyakan. "Karena dia blasteran Jerman-Indo, jadi namanya juga menyesuaikan."

"Oh, aku juga punya anak perempuan seumuran dengan putri kalian," kata Jestian.

"Sorry?" Erga dan Agatha tampak kebingungan.

Jestian menyadari ucapannya. "Ah, maksudku putrinya Rachquel, emm... lebih tepatnya putri dari mantan suaminya. Tapi, bagi kami dia adalah putri kami."

"Oooohhhh." Erga dan Agatha pun mengerti.

"Aku pikir kamu tinggal di mansion, karena akan segera menikah," kata Erga.

"Apa kalian datang ke mansion orang tuaku?" tanya Jestian.

"Ya, karena kami tidak tahu di mana rumah kamu."

Sementara itu, Everlyn jatuh terduduk sambil menangis. Ia merobek kertas di tangannya.

Setelah dirinya masuk penjara sebanyak dua kali, Everlyn tidak bisa mendaftar di universitas mana pun. Semua formulir pendaftarannya ditolak mentah-mentah. Ia sangat frustasi.

Ferdian berjanji akan mencari universitas terbaik yang bisa menerimanya, tapi sampai sekarang belum ada universitas yang memberikan kepastian yang nyata.

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang