Part 19

134 12 0
                                    

Rachquel menuruni tangga akan menjemput Cherryl pulang dari sekolah. Namun, ada telepon yang masuk dari nomor tak dikenal. Tanpa pikir panjang, ia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"...."

"Iya, saya sendiri."

"...."

"Apa?!"

Para karyawan Rachquel Bouquet terkejut mendengar suara teriakan Rachquel. Mereka sampai menoleh sebentar lalu kembali mengerjakan pekerjaaan masing-masing.

Rachquel memasukkan ponselnya ke dalam tas lalu ia mencari seseorang. "Purinda!"

"Iya, Nyonya Rachquel?" Purinda menghampiri Rachquel.

"Tolong jemput Cherryl, ya. Aku ada urusan." Rachquel memberikan kunci mobilnya.

"Baik, Nyonya." Purinda mengambil kunci mobil dari tangan Rachquel.

Sementara Rachquel menyetop taksi dan segera pergi ke Danuarga Hospital. Sesampainya di rumah sakit terbesar di Indonesia itu, Rachquel masuk ke salah satu ruang rawat.

Ia melihat ayahnya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Ada gadis yang duduk di kursi membelakangi pintu.

"Papa," gumam Rachquel yang terlihat panik.

Gadis itu menoleh. Rachquel terkejut melihat gadis itu yang ternyata adalah Everlyn. Gadis itu terlihat sembab seperti baru menangis.

Rachquel tidak terlalu peduli. Ia lebih mengkhawatirkan ayahnya. "Papa."

"Rachquel." Rudy menggenggam tangan Rachquel.

Setelah berbicara dengan dokter, ternyata penyakit jantung Rudy kambuh. Rachquel merasa khawatir, apa lagi saat ini ayahnya pasti memiliki banyak tekanan dan beban pikirannya bertambah.

Rachquel keluar dari kamar rawat ayahnya. Ia menghela napas berat sambil menyibakkan rambutnya ke belakang. Emosinya meluap-luap, tapi ia tidak bisa mengeluarkannya. Semua masalah yang ia alami membuat kepalanya semakin pusing.

Saat melangkah untuk pergi, tiba-tiba Everlyn keluar dari kamar rawat. Ia memanggil Rachquel, "Kakak."

Rachquel menghentikan langkahnya kemudian ia menoleh.

Everlyn tersenyum sendu. "Aku akan merawat Om Rudy seperti Om Rudy merawatku selama ini, Kak Rachquel tidak perlu khawatir."

Rachquel melanjutkan langkahnya tanpa memberikan jawaban.

Setiap hari Rachquel datang ke rumah sakit Danuarga untuk menjenguk ayahnya. Everlyn juga ada di sana, tapi Rachquel mengabaikannya.

"Ada Everlyn di sini, kamu tidak perlu khawatir," ucap Rudy.

Rachquel keluar dari ruangannya. Ia melihat Everlyn sedang duduk di kursi depan ruang rawat.

"Bagaimana kamu bisa keluar dari penjara khusus? Kamu dibantu Mas Ferdian menyuap mereka?" tanya Rachquel.

"Pengacaraku mengajukan banding. Aku masih berada dalam pengawasan psikolog dan masih mendapatkan bimbingan, karena aku masih di bawah umur. Pengadilan menganggapku sebagai korban pelecehan seksual, bukan orang ketiga dalam hubungan rumah tangga orang lain. Karena bujukan dan rayuan suami Kak Rachquel, aku jadi menderita seperti ini," jelas Everlyn.

Playing victim, batin Rachquel.

"Mengajukan banding? Dan pengadilan menerimanya? Kenapa aku tidak tahu? Seharusnya pihak yang dirugikan juga diharuskan hadir, bukan?" tanya Rachquel.

Everlyn tersenyum. "Sudah aku bilang, aku dianggap korban pelecehan seksual, bukan orang ketiga dalam hubungan rumah tangga orang lain. Jadi, sidangnya tertutup."

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang