Part 16

148 12 0
                                    

Mobil Rachquel berhenti di pelataran rumah. Rachquel keluar dari mobil lalu ia berputar dan membuka pintu mobil akan menggendong Cherryl.

"Aduh, berat juga kamu, Nak. Bagaimana mungkin aku kalah dari Kak Meisa. Aku lihat tadi dia mengendong Cherryl dengan mudahnya." Rachquel masih berusaha, tapi tetap tidak bisa.

Mobil biru navy memasuki pelataran rumahnya. Ia menoleh melihat mobil itu behenti. Jestian keluar dari mobilnya tersebut. Pria itu terlihat santai dengan kaos hitam dan jeans panjang berwarna senada dengan kaosnya. Ia juga memakai sepatu kets berwarna putih. Tidak seperti biasanya yang selalu memakai kemeja, jas, dan dasi membuatnya terlihat sangat formal dan kaku.

"Cherryl masih tidur?" Jestian segera menghampiri Rachquel lalu ia mengangkat tubuh Cherryl.

"Iya, Mas."

Mereka pun masuk. Jestian menidurkan Cherryl di kamar. "Tumben security dan bodyguard kamu nggak ada? Pelayan kamu juga nggak ada. Pada ke mana?"

"Bulan kemarin adalah bulan terakhir mereka bekerja di sini. Jadi, sekarang tidak ada siapa pun di rumah ini kecuali aku dan Cherryl. Waktu Mas Jestian dan Radif datang, mereka sudah tidak bekerja," jawab Rachquel.

"Oh." Jestian mengangguk mengerti tanpa berani menanyakan lebih lanjut lagi.

"Kuenya ketinggalan di mobil. Aku akan mengambilnya dulu, ya," kata Jestian.

Rachquel mengangguk.

Jestian mengambil dua kantong kertas berwarna nude dari mobil kemudian ia kembali masuk ke dalam rumah. Jestian melihat Rachquel di dapur. Wanita itu sedang menyalakan lilin di atas piring.

Jestian terpesona melihat cahaya lilin yang membuat wajah Rachquel terlihat bersinar dan semakin cantik. Apalagi lampu berwarna kekuningan di dapur yang redup sangat mendukung transisi.

Jantung Jestian berdegup kencang. Ia menyentuh dadanya sendiri.

Rachquel menoleh pada Jestian. "Mas?"

"Oh? Iya." Jestian segera menghampiri Rachquel. Ia mengeluarkan kue dari kantong kertas yang dibawanya.

"Wah, kuenya besar sekali," kata Rachquel sambil melihat kue yang dibawa Jestian dan kue miliknya yang kecil.

"Ditumpuk saja bagaimana? Warnanya coklat dan putih masih nyambung, kan?" kata Jestian.

"Okay, ide bagus."

Jestian membantu Rachquel menumpuk kuenya.

"Wah, sempurna," kata Rachquel. Wanita itu lanjut memasang lilin angka 6 di atas kue, sementara Jestian memasangkan lilin satuan yang kecil.

"Kata penjualnya, lilin ini lumayan awet, jadi nggak gampang cari gitu kalau dinyalakan," ucap Rachquel.

"Bisa begitu, ya?" tanya Jestian terheran-heran.

Rachquel tertawa. "Aku juga bingung. Karena penasaran, ya aku beli aja tiga. Tadi aku coba dinyalain satu di atas piring, kayaknya memang bagus, lama cairnya."

Jestian juga tertawa.

"Apa Mas tidak terganggu datang ke mari?" tanya Rachquel.

"Aku tidak merasa terganggu, justru aku senang," jujur Jestian.

"Mamanya Mas Jestian nggak nanyain?"

Jestian menggeleng. "Aku tidak tinggal serumah sama Mama. Ngomong-ngomong, bukannya aku yang malah mengganggu kamu, ya?"

Rachquel segera menggeleng. "Nggak, kok, Mas."

"Apa Cherryl nanyain papanya?" tanya Jestian. "Maksudku, karena besok hari ulang tahunnya, apakah Cherryl menginginkan kehadiran papanya?"

Rachquel menggeleng pelan. "Sejak kecil Cherryl tidak dekat dengan padanya. Ferdian terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Di sekolah, dia mengurus anak orang lain, tapi di rumah dia tidak peduli pada anak kandungnya sendiri. Dua tahun terakhir, Ferdian berubah dan suka marah-marah kalau pulang kerja. Dan bodohnya aku baru menyadari, kalau dia selingkuh. Tidak tanggung-tanggung, dia berselingkuh dengan sepupuku."

Jestian mengusap punggung Rachquel. "Pasti berat bagi kamu setelah mengetahuinya. Apalagi kamu diselingkuhi selama dua tahun. Tapi, sekarang kamu sudah merasa lebih baik, bukan?"

Rachquel mengangguk. "Yang terpenting bagiku sekarang hanya Cherryl. Hanya dia satu-satunya orang yang paling berharga yang aku punya."

Hening.

"Yang didekorasi apa lagi?" tanya Jestian mengalihkan pembicaraan saat melihat Rachquel mulai sedih.

"Oh? Iya, ya."

"Kita akan memberikan kejutan jam 12 malam?" tanya Jestian.

Rachquel tampak berpikir. "Aku tidak tega membangunkan Cherryl."

"Kalau begitu, tunggu sampai dia bangun saja."

Keesokan harinya. Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Cherryl bangun. Ia melihat pintu kamarnya yang terbuka. Ada balon berwarna merah muda.

Cherryl tampak senang setelah mengingat kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia segera beranjak dari tempat tidur lalu keluar dari kamarnya. Ia melihat hiasan di pagar tangga.

"Mama?" Cherryl menuruni tangga.

Ada hiasan di pintu dapur. Cherryl pun masuk ke dapur. Ia disambut suara terompet yang ditiup Jestian dan Rachquel. Ada kue dan banyak makanan di meja.

"Mama! Om Jestian!" Rachquel memeluk mereka berdua.

Jestian dan Rachquel membalas pelukan Cherryl. Tanpa disengaja, tangan mereka bersentuhan membuat keduanya saling pandang dalam pelukan Cherryl.

"Mama dan Om Jestian yang menyiapkan semua ini?" tanya Cherryl sambil melepaskan pelukannya.

Perhatian Jestian dan Rachquel langsung teralihkan pada Cherryl. Keduanya mengangguk.

"Aaaahhh, terima kasih. Cherryl sayang Mama sama Om." Lagi-lagi Cherryl memeluk mereka berdua.

Cherryl meniup lilinnya. Jestian dan Rachquel mengatupkan tangan dan menautkan jemari masing-masing lalu berdo'a. Cherryl melakukan apa yang dilakukan oleh kedua orang dewasa itu.

Tuhan, berikan kesehatan dan kebahagiaan untuk putriku. Jangan pisahkan kami. Aku benar-benar akan menderita tanpanya, kata Rachquel dalam hati.

Aku mengharapkan hal-hal baik yang datang untuk Cherryl. Malaikat kecil ini pantas mendapatkan kebahagiaan. Jika ayahnya tidak bisa menjadi sosok ayah yang baik untuk Cherryl, biarkan aku menjadi sosok ayah untuknya walau tidak bisa menggantikan posisi ayah kandungnya, setidaknya aku bisa berusaha menjadi ayah yang baik dan juga suami yang baik, do'a Jestian.

Cherryl berdo'a dalam hati, Tuhan, aku ingin do'a Mama dan do'a Om Jestian dikabulkan.

Setelah berdo'a, Cherryl memotong kuenya dan memberikan potongan pertama pada Rachquel lalu yang kedua untuk Jestian.

"Terima kasih, Sayang." Rachquel mengusap rambut Cherryl.

Setelah Jestian pergi, Cherryl pergi ke kamarnya. Ia membuka kado dari pria itu, ternyata boneka beruang besar berwarna merah muda. Boneka beruang tersebut memeluk love bertuliskan, "Cherryl, bahagia dan sehat selalu."

Cherryl tersenyum senang. Ia beralih ke kado dari ibunya. Ternyata sebuah album foto. Ia membukanya. Ada banyak foto Cherryl ketika masih kecil. Kira-kira berumur 2 tahunan.

"Mama cantik sekali," gumam Cherryl saat melihat foto di mana dirinya digendong oleh Rachquel.

"Cherryl?" Rachquel mengetuk pintu kamar Cherryl.

Gadis kecil itu membuka pintu. "Mama lihat."

"Wah, boneka beruang ini lucu sekali," kata Rachquel.

"Bonekanya lebih besar dari Cherryl," ujar Cherryl.

Rachquel tertawa kecil. Ia mencubit pipi Cherryl. "Sudah siang, ayo ke toko bunga."

"Ayo!" Cherryl tampak antusias.

☔☔☔

18.41 | 01 Oktober 2021
By Ucu Irna Marhamah
Follow ig aku, ya @ucu_irna_marhamah
@novellova
WA : 0822 6144 4655

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang