Part 50

158 7 0
                                    

Kebencian mulai tumbuh di hati Everlyn. Namun, saat Rudy menunjukkan kasih sayangnya sebagai seorang ayah, Everlyn menjadi luluh. Ia mencari tahu sendiri kebenarannya dengan cara lain. Ternyata apa yang diceritakan oleh kakek dan bibi dari pihak ayahnya memang benar, Rudy adalah seorang pembunuh yang telah tega membunuh ayah dan ibunya.

Everlyn diliputi kebingungan. Apakah ia harus membenci Rudy atau memaafkannya. Di sisi lain, Rudy merawatnya dengan baik, bahkan jika dilihat-lihat, tampaknya Rudy lebih menyayangi Everlyn ketimbang Rachquel.

Sejauh ini, Everlyn menelan rahasia pahit itu sendirian.

Hingga di suatu hari saat Rudy jatuh sakit dan dirawat di Danuarga Hospital.

Rudy menggenggam tangan Everlyn. Ia menceritakan segalanya. Apa yang telah ia lakukan pada ayah dan ibunya Everlyn dan membuat keponakannya itu menjadi yatim piatu.

Everlyn menangis saat mendengar pengakuan Rudy.

"Kesalahan Om tidak bisa dimaafkan, tapi Om harus mengatakan ini sebelum Om mati," kata Rudy.

Everlyn tidak bisa mengatakan apa pun. Ia tetap menangis. Tangisan yang paling menyakitkan yang selama ini ia tahan kini tumpah semua.

Sementara Rachquel menyetop taksi dan segera pergi ke Danuarga Hospital. Sesampainya di rumah sakit terbesar di Indonesia itu, Rachquel masuk ke salah satu ruang rawat.

Ia melihat ayahnya terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Ada gadis yang duduk di kursi membelakangi pintu.

"Papa," gumam Rachquel yang terlihat panik.

Gadis itu menoleh. Rachquel terkejut melihat gadis itu yang ternyata adalah Everlyn. Gadis itu terlihat sembab seperti baru menangis.

Rachquel tidak terlalu peduli. Ia lebih mengkhawatirkan ayahnya. "Papa."

"Rachquel." Rudy menggenggam tangan Rachquel.

Setelah berbicara dengan dokter, ternyata penyakit jantung Rudy kambuh. Rachquel merasa khawatir, apa lagi saat ini ayahnya pasti memiliki banyak tekanan dan beban pikirannya bertambah.

Rachquel keluar dari kamar rawat ayahnya. Ia menghela napas berat sambil menyibakkan rambutnya ke belakang. Emosinya meluap-luap, tapi ia tidak bisa mengeluarkannya. Semua masalah yang ia alami membuat kepalanya semakin pusing.

Saat melangkah untuk pergi, tiba-tiba Everlyn keluar dari kamar rawat. Ia memanggil Rachquel, "Kakak."

Rachquel menghentikan langkahnya kemudian ia menoleh.

Everlyn tersenyum sendu. "Aku akan merawat Om Rudy seperti Om Rudy merawatku selama ini, Kak Rachquel tidak perlu khawatir."

Rachquel melanjutkan langkahnya tanpa memberikan jawaban.

Setiap hari Rachquel datang ke rumah sakit Danuarga untuk menjenguk ayahnya. Everlyn juga ada di sana, tapi Rachquel mengabadikannya.

"Ada Everlyn di sini, kamu tidak perlu khawatir," ucap Rudy.

Rachquel keluar dari ruangannya. Ia melihat Everlyn sedang duduk di kursi depan ruang rawat.

☔ End Flashback ☔

Setelah Rachquel menghilang di balik pintu. Tangisan Everlyn pecah. Ia menangis dalam diam.

Sementara itu, Ferdian dan Jestian menunggu di bawah tangga. Mereka sama-sama melemparkan tatapan tajam.

"Kenapa melihatku seperti itu?!" gerutu Jestian.

"Memangnya kenapa?! Keberatan?" tanya Ferdian.

Jestian mengalihkan pandangannya sambil berkacak pinggang lalu ia kembali menatap Ferdian. "Kalau kamu ingin menemui putrimu, kamu bebas datang saja ke rumahku."

PLUVIOPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang