regret 21

82 3 0
                                    

_Jangan pernah pergi jika tak ada niat untuk kembali_

Kanaya zemira

Hujan semakin lama semakin deras namun Naya masih tetap belum di temukan, Mahen terus memanggil-manggil Naya namun tetap tidak ada jawaban darinya. Semakin sulit Medan jalanan yang di lalui Mahen karna licin terkena air hujan yang semakin memburamkan pandangan mata Mahen

Namun tak ada kata menyerah, Mahen terus menyusuri hutan ia tak memperdulikan dirinya yang terlihat sudah menggigil kedinginan

"Kamu dimana nay?" ujar Mahen lirih

"Naya!!" teriak Mahen lagi namun dengan suara yang tak selantang tadi karna memang dirinya juga sudah cukup lelah mencari keberadaan Naya yang tak kunjung ditemukan dan sekarang hujan deras mengguyur tubuhnya

"Aku nggak akan nyerah nay buat cari kamu! Kamu harus kuat sekarang dan tungguin aku sampai aku menemukan mu!" monolog Mahen

***

Disisi lain ternyata para guru dan siswa lainnya juga sedang mencari Naya dan Mahen, namun tak ada tanda-tanda mereka menemukan mereka bahkan jejaknya saja tidak terlihat

"Anak-anak! hujan semakin lebat dan akan lebih susah untuk kita menemukan Naya dan Mahen jadi kita hentikan terlebih dahulu pencarian ini. Kita lanjutkan pencarian besok pagi saja!" kata pak Tito memberikan arahan

"Nggak bisa dong pak! Mereka berdua pasti lagi kedinginan didalam hutan, saya takut terjadi apa-apa dengan mereka!" balas Arin tak terima karna dia merasa khawatir terhadap Naya dan juga Mahen

"Iya bapak tau, bapak juga khawatir sama mereka tapi bapak juga tidak mau mengambil resiko yang besar karna sekarang juga hujan lebat bapak tidak mau nanti kalian juga sampai kenapa-napa!" bujuk pak Tito lagi

"Pak tapi mereka disana pasti lagi nungguin kita buat cari mereka!" sela Rendi

"Bapak tau!! Tapi disini bapak juga nggak bisa biarin kalian masuk kedalam hutan semakin jauh lagi, kondisi jalannya juga pasti sangat licin dan itu terlalu beresiko untuk kalian semua!" balas pak Tito lagi

Arin dan Rendi pun hanya bisa mengikuti perkataan pak Tito karna pak Tito juga benar, bukan hanya Arin dan Rendi sekarang yang disana tapi juga siswa lainnya yang membuat mereka berpikir ulang untuk melanjutkan jalannya

"Mahen aku kedinginan sekarang! Aku udah nggak kuat, seluruh badan aku lemas," ujar Naya lirih karna keadaannya yang semakin melemah karna sedari tadi kedinginan dan lagi terkena air hujan semakin membuat tubuhnya menggigil, bibirnya juga sudah berubah warna menjadi pucat pasi

"Naya!!" teriak Mahen yang sekarang sudah dapat terdengar di telinga Naya

"Mahen!" ucap Naya lirih"Mahen aku disini!" jawab Naya dengan meninggikan suaranya namun tidak terlalu keras Karna sudah melemas

Terdengar samar memang namun Mahen mampu menangkap suara Naya yang terdengar sudah lebih dekat

"Naya kamu dimana?" teriak Mahen lagi untuk memperjelas jawaban dari Naya

"Aku disini Mahen! Dibawah pohon besar!" jawab Naya lagi

Mahen pun berjalan maju ketika melihat pohon besar yang dimaksud Naya ternyata sudah di ada di depannya hanya saja terhalang oleh beberapa pohon dan juga pohon-pohon kecil yang menghalangi jalannya

Naya berdiri mencari Mahen dan Mahen pun maju untuk mencari keberadaan Naya, betapa bahagianya Naya ketika melihat Mahen yang sudah jelas berada didepannya dan Naya pun langsung berlari kearah Mahen, dan memeluk tubuh Mahen dengan sangat erat

"Mahen aku takut!" ujarnya sambil memeluk tubuh Mahen

"Nggak usah takut lagi sekarang! Aku udah disini, aku bakal jagain kamu!" balas Mahen sambil membalas pelukan Naya lebih erat dari Naya sendiri

Mahen bersyukur karna sudah bisa bertemu dengan Naya, cewek yang selama ini dia anggap aneh namun mampu membuat perasaannya berubah bahkan sifatnya sekarang sudah berbeda kepada Naya

Naya sudah tak sanggup untuk sekedar membuka matanya, pelukan yang tadinya kuat sekarang melemah. Kakinya sudah tidak mampu untuk menopang tubuhnya jika saja Mahen tidak menahannya Mungin Naya sudah jatuh ketanah, ya Naya pingsan dia sudah tidak sanggup lagi menahan dinginnya malam

Syukurnya hujan sudah mereda, Mahen berjalan menyusuri hutan sambil menggendong Naya ala bridal style. Dia berjalan lebih cepat meskipun tubuhnya juga menggigil kedinginan namun ia tetap melanjutkan jalannya, langkahnya terhenti ketika melihat gubug kecil yang terlihat tidak berpenghuni

Karna hari sudah malam jalanan yang juga licin, dan Mahen juga tidak tau jalan keluar dari sana karna ternyata Naya berada jauh dari jalanan yang dilewati untuk mencari jejak. Akhirnya Mahen pun berjalan kearah gubug dan untungnya saja didalam gubug ada seperti tempat duduk memanjang layaknya tempat tidur namun tanpa kasur dan akhirnya Mahen pun menurunkan Naya disana

dan untungnya lagi Mahen sempat membawa korek yang tadi digunakan untuk menyalakan api di camping untuk memasak, akhirnya Mahen pun mencari daun-daun kering dan juga dedaunan untuk menyalakan api tersebut dan tak perlu waktu lama karna sekarang api sudah membesar

"Nay bangun nay! Kamu jangan bikin aku khawatir kaya gini," gumam Mahen sambil mengosok-gosok telapak tangan Naya agar menghangat

Terasa sulit namun Naya berusaha untuk membuka matanya, dia merasa pusing dan juga kedinginan

"Dingin!" gumam Naya lirih

Mahen pun langsung mengangkat tubuh Naya lalu mendudukkan nya di depan api sambil memeluknya

"Makasih udah cariin aku!" ucap Naya lirih sambil mendusel di dada bidang Mahen, rasanya sangat nyaman

"Makasih udah temuin aku! Makasih karna udah jagain aku! Dan makasih untuk semuanya," lanjutnya sambil mendongak untuk menatap wajah Mahen

Mahen pun menunduk agar dapat menatap manik mata Naya"makasih karna udah bertahan, makasih karna udah kuat dan maafin aku karna udah gagal jagain kamu!" ucapnya tulus

Naya merasa bahagia, Mahen yang dulu selalu menghindari nya sekarang mulai membuka hatinya! Mungkin karna Naya sendiri tidak tau sebenarnya rasa apa yang Mahen rasakan sekarang karna dia juga tidak pernah menyatakan perasaannya namun tetap saja sikapnya yang berubah menghangat membuat Naya merasa bahagia

Naya pun kembali memeluk tubuh Mahen dan Naya merasa sangat bersyukur, sekarang mereka menatap api yang semakin mengecil lalu Mahen memberikan dedaunan lagi agar tidak Sampai mati

"Semesta baik ya! Karna udah mempertemukan aku sama kamu!" ungkap Naya sambil menyenderkan kepalanya pada pundak Mahen dan atensinya tetap melihat kearah api

"Aku bersyukur bisa kenal sama kamu! Aku bahagia karna udah bisa sedekat ini sama kamu!" lanjut Naya seakan mengungkapkan semua isi hatinya

"Dari dulu aku nggak pernah percaya sama yang namanya cinta, tapi entah kenapa aku ngerasa beda saat pertama kali liat kamu. Aku ngerasa jantung aku berpacu lebih cepat dari biasanya, aku pengin liat kamu terus, aku ngerasa kangen padahal kita baru ketemu, dan aku takut kehilangan kamu."

"Cinta itu bukan hanya perihal pertemuan nay, karna kamu harus ingat jika dalam pertemuan pasti akan ada perpisahan. Dunia ini nggak abadi nay. Kadang, ada saatnya kita lelah dengan kehidupan dan kalo suatu saat nanti aku pergi! kamu harus ingat satu hal kalo kepergianku bukan semata-mata untuk menjauh dari kamu, kamu harus inget kalo aku akan tetap ada disini," ujar Mahen menunjuk hati Naya yang membuat atensi Naya kini beralih ke Mahen

"Plis kamu jangan ngomong kaya gitu!"

Mahen pun tersenyum"aku cuma lagi berandai nay, kamu tenang aja. Karna aku nggak bakal pergi kalo kamu nggak izinin aku pergi!"

Gimana ceritanya? Kalo suka share ke temen-temen, bapak, ibu, kakek, nenek dan juga media sosial kalian biar banyak yang mampir kesini dan baca ceritanya. Jangan lupa tekan ⭐ di pojok kiri ya karna satu bintang kalian sangat bermakna terimakasih

Regret [MARK LEE] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang