regret 32

84 5 0
                                    

Sekarang hari sudah malam dan merekapun memutuskan untuk acara barbeque, mereka membakar sosis, jagung, dan juga ayam. Rendi masih sibuk membolak-balik sosis sedangkan Mahen membantu mengolesi bumbu pada ayam yang akan dibakar

Naya dan Arin pun menyiapkan perlengkapan, dan juga cemilan yang akan menemani mereka nantinya. Dan Haikal ia hanya duduk sambil terus memainkan ponselnya Sedangkan Dimas ia masih didalam villa menatap mereka dari balkon kamarnya

Ia terus menatap Mahen dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, ia membiarkan mereka untuk menikmati masa liburanya, ia tak ingin mengganggu kesenangan mereka, jadi Dimas memilih untuk tidak turun ikut bersama mereka

Haikal yang sedari tadi hanya memainkan ponselnya pun akhirnya diperintahkan Mahen untuk memanggil bang Dimas, tanpa menolak haikal pun langsung berjalan kearah kamar Dimas lebih tepatnya kamar Dimas dan Mahen. Entah ada angin apa tiba-tiba Dimas meminta untuk sekamar dengan Mahen

"Bang! Nggak kebawah ikut barbeque an bareng kita!"

"Nggak! Kalian aja!"

"Beneran?"

"Iya!"

Akhirnya Haikal pun kembali ke tempat barbeque sendirian, tanpa dimas dan membuat Mahen dan yang lainnya bingung

"Mana bang Dimas?" tanya Mahen

"Dia nggak mau ikut katanya!" ujar Haikal sambil mencomot satu jagung yang sedang di bakar dan ia langsung memakannya

"Tunggu dingin dulu kal! Nanti mulut lo Jontor yang ada!" ujar Mahen mengingatkan

"Nggak bakal!" ucapnya sambil menahan panas dalam mulutnya

Tanpa menjawab lagi Mahen pun kembali membakar jagung dan yang lainnya untuk menggantikan Rendi, yang sekarang sedang duduk santai. karna katanya cape dari tadi berdiri

"Sini aku bantuin!" ucap Naya sambil mengambil sosis yang terlihat sudah matang

"Nggak usah biar aku aja!" kata Mahen melarang Naya

"Nggak mau! Pokoknya aku mau bantuin kamu!" bantah Naya

"Dasar keras kepala!" ujar Mahen sambil mengacak-acak rambut Naya

"Biarin wleee!" ucap Naya sambil menjulurkan lidahnya

Mahen hanya tersenyum melihat tingkah Naya yang lucu menurutnya, Mahen pun kembali membalik-balikkan jagungnya dan dibantu oleh Naya. Namun sorot matanya tak sengaja bertemu dengan manik mata Dimas yang sedari tadi sedang melihat kearahnya

Ada perasaan bingung dalam diri Mahen, ada banyak tanya dalam dirinya sebab perlakuan dimas hari ini. Bagaimana tidak! Hari ini Dimas tiba-tiba ada disana dengan alasan yang tidak jelas dan ia juga tadi tidak jadi memukul Mahen tidak seperti biasanya yang tanpa sebab saja ia bisa saja tiba-tiba memukul Mahen tanpa belas kasihan dan lagi hari ini bahkan Dimas tidak pernah berkata kasar pada Mahen, ia hanya menatap sekilas lalu pergi ketika bertemu dengan Mahen

Dimas membuang pandangannya dengan menatap lurus kedepan melihat pemandangan lalu masuk kedalam kamar untuk menghindari tatapan heran Mahen, akhirnya setelah selesai membakar merekapun memutuskan untuk makan bersama dan mengobrol kan hal random yang sesekali di selingi tawa oleh Haikal yang mungkin memiliki selera humor rendah

"Eh kalian liat deh!" ujar Arin sambil menunjuk kearah langit yang terdapat banyak bintang dan juga bulan disana

"Cantik ya!" ujar Naya sambil menatap langit yang seakan mengajaknya tersenyum

"Cantikan kamu nay!" ceplos Mahen sambil melihat kearah Naya dan berhasil membuat Naya tersenyum malu

"Pliss jangan bucin disini! soalnya nanti gue ngiri. Lagian bang Dimas kemana sih buat nemenin gue ngebucin!" sambar arin yang melihat iri kearah Naya dan Mahen

"Halah bang dimas mana mau Sama cewek jadi-jadian kaya lo Rin!" ujar Rendi sambil menyuapkan jagung pada mulutnya dan terlihat komat-kamit karna ternyata jagungnya masih terasa panas di mulut nya

"Rasain tuh, mulut lo lemes sih. Jadi karma itu is real!" ucap Arin sambil tertawa puas

"Eh ada bintang jatuh!" sela naya sambil menunjuk kearah langit dan terlihat bintang jatuh diatas sana

Merekapun serentak memejamkan matanya untuk meminta permohonan

"Tuhan aku mau keluarga ku kaya dulu bahagia meskipun itu tanpa aku dan Tuhan beri aku waktu untuk membuat naya bahagia, dan berilah kebahagiaan untuk Naya selagi aku nggak ada disampingnya." Batin  Mahen

"Tuhan aku mohon agar engkau memberikan kebahagiaan untuk Mahen." Batin Naya

"Gue mau bang Dimas peka!" Batin Arin

"Gue mau mobil baru!" Batin Rendi

"Gue mau keluarga gue kaya dulu! Bahagia!" Batin Haikal

Setelah selesai dengan doanya, merekapun memutuskan untuk membereskan barang-barang yang mereka gunakan tadi dan juga cemilan yang masih untuk mereka simpan karna hari semakin malam, jadi mereka memutuskan untuk tidur

Merekapun pergi ke kamar masing-masing, Naya dan Arin, Rendi dan Haikal sedangkan Mahen bersama Dimas

Mahen pun memasuki kamarnya dan terlihat Dimas yang sudah merebahkan dirinya diatas kasur, namun matanya masih fokus pada laptopnya. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Mahen akhirnya berjalan kearah balkon

Ia menikmati semilir angin yang terasa sangat dingin namun menyejukkan, jam sudah menunjukkan pukul 22.30 namun matanya seakan tidak bisa diajak untuk menyelami alam mimpi, dan ia masih memandang pemandangan dari balkon kamarnya tanpa berniat untuk masuk dan tidur terlebih dahulu apalagi ada bang Dimas di kamarnya membuatnya menjadi segan karna mereka memang tak begitu dekat

"Kenapa lo nggak pernah cerita tentang keadaan lo!" ujar laki-laki yang tiba-tiba sekarang ada dibelakangnya, membuat Mahen membalikkan badannya untuk melihat ke sumber suara

"Bang Dimas! apa maksudnya?"

"Gue tau semuanya!"

"Maksudnya?" tanya Mahen lagi karna masih bingung dengan ucapan abangnya tersebut

"LO KENA KANKER OTAK STADIUM AKHIR MAHEN! KENAPA LO NGGAK CERITA?" bentak Dimas karna kesal dengan Mahen yang terlihat biasa saja dengan kondisi yang sangat buruk sekarang, kanker otak stadium akhir itu sangat berbahaya bahkan tidak dapat bertahan lama namun Mahen menyembunyikan rahasia sebesar ini pada keluarganya

"Lo tau dari mana?" tanyanya dengan datar dengan tatapan yang lurus ke langit sambil melihat kelap-kelip bintang diatas sana

"Lo lupa kalo gue dokter!"

"Terus apa perduli lo?" ujar Mahen sambil menatap datar kearah Dimas

"Gue Abang lo! Gue dan yang lainnya perlu tau kondisi lo!"

"Ck Abang! Sejak kapan lo anggep gue adik lo? Sejak kapan lo perduli sama keadaan gue? Dan sejak kapan kalian semua nganggep gue ada?"

"MAHEN!"

"Apa bang! Bener kan semua ucapan gue! Kalo kalian semua selama ini nganggep gue nggak ada! dan sekarang doa kalian terkabul kalo gue bakal ketemu papa secepatnya!"

"Lo nggak boleh ngomong kaya gitu!"

"Terus gue harus gimana? Gue harus bilang tentang gue yang penyakitan dengan harapan mama jadi sayang sama gue gitu? Nggak mungkin bang karna mama juga pengin gue segera pergi dari dunia ini dan segera nyusulin papa!"

"Lo nggak boleh nyerah! Lo pasti sembuh!"

"Tenang aja bang! Gue tau kalian bakal kecewa karna gue pengin pertahanin hidup gue! Karna gue tau kalo harapan kalian adalah gue pergi! Tapi disini gue pengin bertahan cuma buat Naya! Gue nggak pengin liat dia sedih karna gue pergi dari dia!"

"Dan gue mohon satu hal sama lo! Jangan pernah kasih tau siapapun tentang kondisi gue! Atau gue nggak akan pernah bisa maafin lo bang!" ujar Mahen memperingatkan lalu ia berjalan meninggalkan Dimas yang masih berdiri dengan mata dengan air mata yang keluar dengan sendirinya dan dia mengacak rambutnya frustasi

"Gue gagal sebagai Abang buat Lo hen!" Batin Dimas seakan ada rasa sesak di dadanya

Jangan lupa voment😊

Regret [MARK LEE] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang