regret 40

119 4 0
                                    

Dimas mempercepat laju mobilnya, namun sambil menjelaskan kondisi Mahen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dimas mempercepat laju mobilnya, namun sambil menjelaskan kondisi Mahen. Karna mereka terus mendesak ingin tau keadaan Mahen

"Jadi Mahen di diagnosa kena kanker otak stadium akhir."

Mereka semua syok mendengar ucapan Dimas

"Kenapa bang Dimas nggak bilang dari dulu!?" ucap Haikal dengan frustasi

"Bang Dimas juga baru tau kal, Mahen nutupin ini semua dari kita."

"Sial, gue nggak bisa jadi adek yang baik buat bang Mahen, gue nggak becus jadi adek buat bang Mahen, dia sakit aja gue nggak nggak tau argghh," Haikal menangis histeris, dia yang selama ini dekat dengan Mahen tapi bagaimana bisa dia tidak tau jika Mahen sakit bahkan parah kanker otak stadium akhir itu bukan sakit yang bisa sembuh hanya minum obat saja apalagi sudah sampai stadium akhir

Mereka nampak tak percaya, Helena hanya bisa diam. Entah apa yang sedang ia pikirkan, dia nampak sedih namun raut wajahnya sangat sulit untuk di tebak. Dia hanya melamun sepanjang perjalanan

Mereka sampai di rumah sakit, Dimas berlari menuju ruangan Mahen diikuti Haikal dan yang lainnya. Dan benar saja dokter baru keluar dari ruang rawat Mahen

"Gimana keadaan adek saya dok." tanya Dimas dengan khawatir

"Keadaan Mahen semakin memburuk, kemoterapi yang kita jalani selama ini tidak membuat perubahan pada Mahen."

"Maksud dokter apa? Bang Mahen pasti sembuh, dia nggak bakal nyerah buat ngelawan penyakitnya." kesal Haikal sambil meremas kerah jas milik sang dokter

"Kal tenang dulu, jangan pake emosi kaya gini." Tian menarik Haikal dan menenangkan Haikal agar tak tersulut emosi

"Bang Dimas, gue pergi dulu ya! Ada sesuatu yang harus gue lakuin sekarang." Rendi bergegas pergi setelah berpamitan dengan Dimas

Entah kemana Rendi akan pergi, namun ia nampak melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Rendi menghentikan motornya dan ternyata tujuannya sekarang adalah sekolah tempat mereka bersekolah

Rendi berlari menuju ke kelas, bahkan sesekali ia menabrak siswa yang berada di depannya karna ia tidak fokus pada jalanan. Yang ia fokuskan sekarang adalah bertemu dengan Naya

"Naya!" panggil Rendi yang langsung masuk ke dalam kelas

"Rendi!" Naya nampak kaget melihat rendi yang tiba-tiba muncul dengan nafas tersengal-sengal

"Lo harus ikut gue nay!" ucap Rendi sambil menarik tangan naya

Naya yang tak tau hanya bisa pasrah, namun saat sampai di parkiran Naya menghentikan langkahnya dan bertanya maksud dari Rendi mencari dirinya

"Ren! Berhenti!"

"Kita harus cepetan nay!"

"Sebenarnya ini ada apa? Kenapa lo narik-narik tangan gue gini."

Regret [MARK LEE] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang