_aku nggak akan pernah ngingkarin janji kalau memang Tuhan ngizinin aku buat nepatin_
Gavariel Mahendra
Hari ini seperti biasa Naya dan Mahen berangkat sekolah bersama, terlihat dua temannya yaitu Rendi dan Arin sudah menunggunya di depan gerbang. Arin melambai kearah Naya yang langsung mendapatkan balasan dari NayaNaya bergandengan dengan Arin untuk menuju ke kelas, dan Rendi pun mendekat kearah Mahen agar mereka jalan beriringan
"Eh hen gue bingung deh sama cewek."
"Kenapa?"
"Ya Lo liat aja, mereka gandengan kaya gitu normal kan!"
"Terus!"
"Lah kalo cowok, semisal gue gandeng lo! apa itu bisa di sebut normal? Nggak kan!"
Mahen hanya mengedikkan bahunya, karna memang ia tak tau harus menjawab apa dari pertanyaan konyol sang sahabat. Sungguh yang ada dipikiran Rendi hanya random dan terkadang seperti ini ia menanyakan hal yang menurut Mahen susah atau bahkan tidak ada jawabannya dalam kamus manapun
Semisal Rendi pernah nanya ke Mahen perihal bumi, katanya bumi itu bulatkan tapi kenapa kita nggak jatuh ya? kita bisa berdiri tegak gitu padahal kan kalo kita berdiri di atas bola aja susah,
dan lagi dia juga pernah nanyain hal konyol lainnya semisal, hen kenapa singkatan cowok sama cewek sama ya cwk, lah terus kita mana bisa bedain mana yang cowok atau cewek ya kan?
Sungguh Mahen hanya bisa berpasrah dan berserah diri, karna sungguh luar biasa ia bisa mendapatkan sahabat yang random seperti Rendi namun Rendi adalah sahabat yang selalu mengerti keadaan Mahen dan Mahen sangat bersyukur tentang itu, karna Tuhan telah memberikan sahabat yang baik untuknya meskipun banyak nyebelin dengan tingkah usilnya
Dan sekarang mereka berempat sudah seperti grup yang tak terpisahkan, kemana-mana selalu bersama dan siswa yang lain juga terlihat iri dengan kekompakan mereka dari yang dulu Mahen hanya berdua sekarang menjadi kemana-mana berempat
"Hen gimana kabar kak Dimas?" tanya Arin tiba-tiba
"Baik!" balasnya singkat
"Syukur deh, owh ya bilangin ke dia ada salam dari gue!"
"Bilang aja sendiri, nggak usah ngrepotin!"
"Idih judes amat calon adik ipar, giliran sama Naya aja lemah lembut kaya keong!"
Mahen malas menanggapi ucapan Arin, yang menurutnya sangat nglantur. Bagaimana bisa ia mengatakan jika Mahen adalah calon adik ipar! Sungguh meskipun Mahen tau Arin anak yang baik namun tidak dengan sifatnya yang seperti sahabatnya Rendi yaitu random
Hidup dengan dipenuhi oleh orang-orang yang random, seneng? Bahagia? Mungkin karna Mahen bisa tersenyum dengan tingkah aneh mereka
"Rin makanya ngaca! Emangnya lo suka sama siapa sih?"
"Kakaknya Mahen lah, yakali sama lo. Ogah!"
"Nggak usah gr, kaya gini juga selera gue tinggi. Gue juga nggak mau sama lo kali, maksud gue kan kakaknya Mahen cowok semua ogeb!"
"Kak Dimas! Emangnya kenapa, cemburu lo?"
"Idiwh pait-pait, gue cemburu sama lo itu sama aja turun harga diri gue! Lagian gue nggak yakin bang Dimas bakal suka sama lo!"
"Wah dasar bocah prik nih, bukannya doain yang baik-baik malah ngomong yang nggak bener!"
"Gue kan kasian gitu sama bang Dimas, kalo nanti lo sama dia bisa-bisa dia nanti kena depresi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [MARK LEE] End
Teen FictionGavariel Mahendra cowok kulkas yang memiliki penyesalan dalam hidupnya dan dia memiliki penyakit kangker otak stadium akhir dan dia juga di benci oleh keluarganya, lengkap sudah penderitaan dalam hidupnya dia sangat dingin sampai tak pernah ada wani...