Sudah satu Minggu sejak Mahen memutuskan Naya, Rendi juga sampai saat ini tidak masuk sekolah. Entah kemana mereka pergi, itulah pertanyaan yang selalu muncul dalam pikiran nayaSeperti biasa Naya berangkat sekolah, dan seperti biasa juga ia masih tampak murung karna ia belum bisa melupakan Mahen dalam fikiran nya
"Ren! Lo nggak ada niatan buat pulang, lo kan juga harus sekolah."
"Kalo gue pulang, siapa yang jagain lo disini!"
"Gue nggak papa sendiri ren! Lo harus sekolah."
"Gue udah izin kok ke pak Tito dan dia juga udah izinin."
"Tapi lo harus sekolah ren!"
"Iya-iya bawel, besok deh gue sekolah."
"Tapi lo harus inget, jangan bilang apa-apa ke Naya ok!"
"Baik Baginda raja."
"Bagus pelayan ku," jawab Mahen seperti raja dalam film-film
Rendi memang tidak berangkat sekolah hanya untuk menemani Mahen, karna memang Dimas juga sibuk sebagai dokter. Dan keluarganya juga tidak tau tentang sakit yang di derita Mahen, jadi tidak ada yang menemani Mahen dirumah sakit
"Nay, udah ke jangan murung terus kaya gitu move on dong!"
"Nggak semudah itu Rin, ngelupain orang yang kita cinta."
"Gue tau, tapi lo harus berusaha. Gue nggak mau kalo sampe lo jadi kaya gini, murung nggak jelas."
"Nggak tau kenapa, rasanya tuh kaya aneh aja Rin! Gue ngrasa khawatir sama Mahen, gue pengin liat dia gue pengin_" ucapan Naya yang terhenti karna tangisan, ia menangis mengingat kembali kenangan indah sat ia bersama Mahen. Kenangan yang tak bisa ia lakukan lagi sekarang
Arin memeluk Naya, ia menenangkan Naya. Untung saja mereka ada di rooftop jadi tidak ada siswa lain selain mereka berdua, namun mereka dikagetkan dengan kedatangan deren yang entah muncul dari mana tiba-tiba saja sudah ada di samping mereka
"Nangis Mulu, ntar air matanya abis lagi."
"Dereennnn lo bisa nggak sih, nggak usah ngagetin orang Mulu, kalo kita jantungan gimana?" kesal Arin sambil terus memegangi dadanya karna kaget
"Siapa suruh lo kaget, lagian nanti kalo jantungan juga gampang tinggal bawa kerumah sakit, beres kan!"
"Amit-amit deh gue jantungan, tuh mulut lemes banget ya, lama-lama gue sumpel juga tuh mulut."
"Lo brisik tau nggak! Gue kesini tuh cuma mau ketemu sama Naya, jadi lo nggak usah berisik ok!" katanya sambil mendorong Arin agar ia bisa duduk di samping Naya
"Lo ngapain kesini sih Der, gue lagi nggak pengin berantem. Mood gue lagi nggak bagus, mending lo pergi deh dari sini."
"Tapi gue nggak mau, gimana dong?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [MARK LEE] End
Teen FictionGavariel Mahendra cowok kulkas yang memiliki penyesalan dalam hidupnya dan dia memiliki penyakit kangker otak stadium akhir dan dia juga di benci oleh keluarganya, lengkap sudah penderitaan dalam hidupnya dia sangat dingin sampai tak pernah ada wani...