_rasa khawatir ada karna adanya rasa perduli dan cinta dari si pemilik hati_
Kanaya zemira
Jam sudah menunjukkan pukul 20.00 akhirnya merekapun memutuskan untuk pulang, Mahen dan Haikal pun akhirnya sampai kerumah setelah mengantarkan Naya pulang
Tatapan tajam langsung Mahen dapatkan saat memasuki rumah, Mahen menghiraukan tatapan itu dan hendak melangkahkan kakinya untuk menaiki tangga menuju kamarnya bersama Haikal
"jam segini sekolah baru pulang, kalo mau jadi berandal nggak usah ajak-ajak Haikal!" ketus Tian membuat Mahen menghentikan langkahnya
"Sorry bang, gue cuma main ke pantai dan gue juga nggak sengaja ketemu Haikal disana!" ujar Mahen menjelaskan
"Bener kata bang Mahen! Gue nggak sengaja ketemu dia disana," ucap Haikal membela Mahen
"Udah kal nggak usah belain dia! mending sekarang lo ganti baju, terus makan!"
Mahen terlalu malas untuk menjelaskan terlalu panjang kepada mereka, karna percuma apapun yang Mahen katakan itu takkan bisa mengubah pikiran mereka terhadap Mahen. Dan apapun yang Mahen lakukan akan salah dimata mereka
Mahen pun melanjutkan langkahnya, namun lagi-lagi ia harus menghentikan langkahnya ketika melihat sang mama berjalan dengan wajah yang terlihat sedang menahan amarah dan menuju kearahnya
Plak
Helena menampar wajah sang anak dengan sangat keras
"Anak kurang ajar! Kalo kamu mau jadi anak nakal jangan ajak-ajak adik kamu." Helena kembali menampar Mahen"setidaknya cukup kamu saja yang jadi anak berandalan! Jangan sampai Haikal menjadi seperti kamu!" ketus Helena sembari menunjuk wajah Mahen
Mahen hanya diam, ia tak menjawab atau sekedar membela diri. Meskipun pipi yang sudah memerah dan sudut bibir yang mengeluarkan darah akibat ulah mamanya namun tetap saja Mahen tidak pernah membenci sang mama, karna ia merasa bahwa memang dirinya lah yang bersalah yang mengakibatkan mamanya dan abangnya membenci dirinya
Mahen hanya memandang wajah Helena sendu, sungguh Mahen sangat ingin di sayang seperti mamanya menyayangi abang-abangnya dan adiknya namun keinginan hanyalah keinginan yang mungkin sulit untuk didapatkan
"Mah ini bukan salah bang Mahen! Aku tadi cuma mau jalan-jalan ke pantai, aku cuma pengin mengenang masa-masa dulu mah! Saat kita kumpul bareng dan jalan-jalan bareng kesana."
"Aku juga pengin kaya dulu mah, dan soal bang Mahen aku nggak sengaja ketemu dia disana! Aku mohon mama berhenti nyalahin bang Mahen!"
"Haikal diam! Mama nggak suka kamu belain dia terus, nanti yang ada dia tambah ngelunjak."
"Haikal nggak belain bang Mahen! Haikal cuma ngomong yang sebenarnya mah," kata Mahen terus membela Mahen
"Udahlah kal! Diem aja jangan bantah mama, mending sekarang lo ganti baju terus makan!" kata Tio menyela pembicaraan mereka
Haikal hendak berbicara lagi namun Mahen menyuruhnya agar diam, dia tidak mau jika nanti Haikal yang akan mendapatkan masalah jika terus membelanya
Haikal menuruti perkataan Mahen, dia pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya sedangkan Mahen ia masih terus menerima amarah dari mamanya dan sesekali tamparan yang mamanya layangkan sedangkan yang lain hanya melihat tanpa ada niatan untuk sekedar membela Mahen
***
"Hai calon suami!" sapa Naya yang tiba-tiba berada dibelakang Mahen yang sedang berdiri di halte untuk menunggu bus
Mahen pun menoleh dan betapa kagetnya Naya ketika melihat luka ada di wajah Mahen
"Calon suami! Ini kenapa muka kamu kaya gini?" tanya Naya khawatir sambil memegang wajah Mahen dan mendekatkan wajahnya untuk melihat luka Mahen dari dekat
Mahen pun menjauhkan wajahnya karna ia sadar jika orang-orang disana sedang melihat kearahnya, mungkin mereka memikirkan hal yang tidak-tidak
"Aku nggak papa," jawab Mahen dengan nada lembut
"Nggak papa gimana! Orang wajah kamu banyak lebam kaya gini kok!" balas Naya lagi
"Aku nggak papa Naya!"
"Nggak mungkin! Plis bilang ke aku kamu kenapa?"
"AKU BILANG NGGAK PAPA YA NGGAK PAPA NAYA!" bentak Mahen membuat Naya menatap Mahen tak percaya, dengan tatapan sendu Naya berusaha untuk tidak menjatuhkan air matanya meskipun sebenarnya Naya ingin sekali menangis untuk saat ini
Naya pun terdiam dan masuk ke dalam bus mendahului Mahen ketika bus nya sudah sampai di halte, Naya masih terus diam dan terus melihat kearah jendela untuk melihat pemandangan tanpa sedikitpun melihat kearah Mahen
Mahen merasa bersalah, ia sebenarnya tidak bermaksud membentak Naya dan tadi pun ia tidak sengaja karna terdesak dengan pertanyaan Naya. Karna ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya tentang ia yang di pukuli mamanya di depan orang banyak. Karna tadi suasana halte yang memang sedang ramai
"Nay!" panggil Mahen namun tak mendapatkan respon dari Naya
"Maafin aku! Aku tadi nggak bermaksud buat ngebentak kamu!" ucap Mahen sambil memegang tangan Naya dan berusaha meminta maaf namun Naya masih tak merespon
"Kalo kamu marah sama aku nggak papa! Tapi jangan diemin aku kaya gini, lebih baik kamu ngomel-ngomel nggak jelas atau pukul aku juga nggak papa! Atau mungkin jitak kepala aku juga aku rela nay! Tapi plis jangan diemin aku kaya gini!" sambung Mahen terus membujuk Naya dan akhirnya Naya pun menatap manik Mahen
"Kamu tau aku khawatir sama kamu! Kamu tau aku nggak bisa liat kamu terluka walaupun itu hanya luka goresan kecil, dan apa kamu tau seberapa khawatir nya aku kalo liat kamu sakit!"
"Aku cemas liat kamu terluka Mahen! Cuma itu yang aku rasain sekarang, tapi kamu seolah nggak papa dengan keadaan kamu yang kaya gini! Apa kamu nggak mikirin perasaan aku gimana, setakut apa aku untu kehilangan kamu!" tangis Naya pecah saat ini dan Mahen pun akhirnya memeluk Naya dan mencium puncak kepala Naya
Ia merasa bersalah karna dirinya sekarang orang yang ia cintai menangis, dan ia juga merasa bahagia karna ia memiliki seseorang yang sangat menyayangi dan mencintai dirinya
Luka akibat pukulan dari abangnya saja Naya masih teringat jelas dimana letaknya, dan sekarang ada banyak luka baru lagi yang Naya tidak tau itu ulah dari siapa
"Maafin aku yah! Aku janji nggak bakal bikin kamu khawatir lagi dan plis jangan nangis lagi ok!" kata Mahen sambil mengusap pelan pipi Naya dan membersihkan air matanya dan kembali memeluk Naya
Jangan lupa voment, tekan bintang di pojok kiri😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [MARK LEE] End
Teen FictionGavariel Mahendra cowok kulkas yang memiliki penyesalan dalam hidupnya dan dia memiliki penyakit kangker otak stadium akhir dan dia juga di benci oleh keluarganya, lengkap sudah penderitaan dalam hidupnya dia sangat dingin sampai tak pernah ada wani...