Hari ini tak seperti biasa Naya berangkat sekolah sendirian, dia sudah ke halte namun tidak ada Mahen disana. Sejak Mahen mengantarkan Naya pulang handphone Mahen pun tidak aktif
Sudah beberapa kali Naya menghubungi Mahen namun tetap tidak bisa, Naya bingung! Kemana sebenarnya Mahen? Kenapa dia tiba-tiba menghilang!
"Kal!" panggil Naya membuat Haikal menghentikan langkahnya
"Kenapa cakipar?"
"Cakipar?" ujar Naya dengan raut wajah yang bingung
"Iya calon kakak ipar!" jelas Haikal membuat Naya ber oh ria
"Owh ya gue mau nanya! Calon suami gue kemana sih? kok dari kemaren hp nya nggak aktif terus sekarang juga di sekolahan nggak ada!"
"Gue juga nggak tau! Kata bang Dimas sih bang Mahen pergi ke rumah temennya yang ada dimana gitu gue lupa, Katanya nginep disana. soalnya gue juga nggak tau dari kemaren belum pulang. Dan kata bang Dimas tapi dia udah izin ke bang dimas,"
"Aneh! Masa iya tiba-tiba gitu! Mana nggak sekolah lagi,"
"Iya gue juga bingung! Tapi hp nya juga susah di hubungin dari kemaren terus bang Dimas juga nggak ngasih alamat temennya bang Mahen! Tapi yang bikin gue tambah bingung perasaan temen bang Mahen cuma bang Rendi deh!"
"Kayaknya sih gitu! Apa mungkin ada yang diumpetin sama mereka?"
Haikal hanya mengedikkan bahunya, karna memang Haikal juga tidak tau dimana Mahen sekarang. Seharian ini Naya tidak melihat Mahen pun tidak tau kabar Mahen
"Mahen sebenarnya kemana sih," tanyanya lesu berharap ada yang menjawabnya namun Arin, Rendi dan deren yang sedang duduk di kantin Kanya saling pandang lalu mengedikkan bahu. Deren tau namun tidak ingin memberi tau
"Gue khawatir sama dia! Di telfon juga nggak bisa dari tadi," sambungnya lagi sambil terus berusaha menghubungi Mahen
"Lo udah tanya Haikal?" tanya Arin yang langsung mendapatkan anggukan dari Naya
"Terus apa katanya?"
"Dia nggak tau! Kata bang Dimas dia lagi main kerumah temen nya ya g ada dimana gitu Haikal lupa. Tapi setau gue kan temen dia cuma Rendi!"
"Ya mungkin temen jauh kali, beda daerah gitu!" sela deren mencoba mencari alasan agar Naya menjadi lebih tenang
"Tapi__"
"Udah makan aja! Mahen pasti nggak papa kok!"
"Tapi perasaan gue nggak enak deterjen!"
"Kalo nggak enak ya buang!"
"Awss sakit Naya!" ringis deren saat Naya memukul lenangnnya karna kesal dengan jawaban deren
Seharian ini Naya tampak murung, karna ia terus memikirkan Mahen. Setelah bel berbunyi ia pun langsung pulang dan ia terus terlihat gelisah saat melihat layar ponselnya yang tak kunjung mendapatkan jawaban dari Mahen ataupun balasan chat dari dirinya
***
Sedangkan deren ia menyempatkan dirinya untuk menemui Mahen di rumah sakit"Lo nggak mau ngasih tau Naya!" ujar deren sambil memainkan ponselnya
"Soal?"
"Lo yang lagi dirumah sakit! Dari tadi dia khawatir sama lo. Dia cemas nggak dapet kabar dari lo."
"Gue nggak mau dia tambah khawatir, kalo tau gue ada dirumah sakit! Dan tau tentang penyakit gue__" ujar Mahen keceplosan
"Penyakit?"
"Mending sekarang lo pulang! Jagain Naya, biar dia nggak mikirin gue terus!" ujar Mahen mengalihkan pembicaraan
"Gue sebenernya tau tentang penyakit lo!"
Mahen terlihat kaget, ia menatap deren dengan tatapan tak percaya! Bagaimana mungkin deren sampai tau
"Gue denger yang dokter bilang tentang penyakit lo, dan umur Lo yang nggak lama lagi!"
Mahen terkejut, ia tak percaya dengan ucapan deren. Tapi itu benar tentang umurnya yang tak lama lagi! Apa mungkin dia memberi tau Naya soal semuanya? Mahen mencengkeram kerah seragam deren
"Lo denger baik-baik, jangan sampai Lo ngasih tau semuanya ke Naya! Paham?"
"Kenapa?"
"Gue nggak mau dia khawatir sama keadaan gue!" ucapnya melemah dan melepaskan cengkraman nya dari kerah seragam deren
"Gue nggak mau Naya sedih! Jadi kalo lo cinta sama dia, Lo harus sembuh! Gue harap lo nggak nyerah sama semuanya."
Mahen hanya tertawa hambar dan menatap kosong keluar jendela"gue pengin bikin Naya bahagia! Tapi kalo suatu saat nanti gue pergi, gue harap lo bisa gantiin gue buat jagain Naya!"
"Tapi Naya maunya sama lo! Dia bahagia kalo ada lo disamping dia!"
"Lo yakin ngomong gitu ke gue?"
"Maksud lo?"
"Gue tau, lo cinta sama Naya kan?"
"Nggak penting perasaan gue ke Naya! Gue cuma mau lo bertahan demi Naya, Jangan jadi lemah kaya gini."
Naya terlihat gelisah, ia terus mencoba menelfon Mahen namun tetap tak ada jawaban hingga akhirnya saat panggilan ke tiga telfonnya mendapatkan jawaban
"Halo,halo Mahen! calon suami! Kamu dimana sekarang, kamu lagi ngapain? Kemana aja sih kamu seharian nggak ada kabar? Kamu nggak papa kan? Kamu nggak kenapa-napa kan? Mahen! Kenapa kamu diem aja? Jawab aku dong!" Pertanyaan terus Naya layangkan tanpa henti
"Iya halooooo,,,,,, gimana aku mau jawab coba! Kamu aja nanya terus sampe nggak ada waktu buat aku jawab pertanyaan kamu!"
Naya menggaruk tengkuknya yang tak gatal" hehe maaf, abisnya aku khawatir sama kamu dari tadi nggak ada kabar, tiba-tiba ngilang! Kan aku takut kamu kenapa-napa?"
"Aku nggak papa kok, kamu tenang aja?"
"Terus kamu sekarang lagi dimana sih, kata Haikal kamu di rumah temen kamu ya? Temen siapa sih? Bukannya temen kamu itu cuma Rendi ya setau aku!"
"Yeeee enak aja, gini-gini juga aku punya temen selain Rendi tau. Dia eee namanya Kevin ya Kevin dia tinggal di Bandung jadi aku main sebentar ke Bandung buat nginep dirumah dia sambil ada urusan juga disini!"
"Tapi nggak lama kan?"
"Nggak tau kayaknya sih nggak! Aku juga udah izin ke guru kok kamu tenang aja, kamu yang rajin sekolah nya meskipun aku nggak berangkat ok!"
"Kayaknya sih nggak bisa!"
"Kenapa nggak bisa?"
"Soalnya sumber semangat aku lagi jauh di Bandung sekarang!"
"Hebat ya sekarang udah pinter ngegombal!"
"Biarin wleee!!!!!!"
Sedikit perasaan lega kini menyelimuti hati Naya, karna sudah mendapatkan kabar dari Mahen. Bahkan kini ia masih setia dengan sambungan telepon yang membuat nya terlihat sesekali tersenyum sendiri
Naya hanya bolak-balik kamarnya sambil terus menelfon, bahkan hari semakin malam pun tak membuat Naya dan Mahen menghentikan aktifitas menelfonnya hingga akhirnya Naya tertidur namun handphone yang masih menempel di telinga nya
Dan sama halnya dengan Mahen yang juga tertidur, Dimas masuk kedalam ruang inap Mahen lalu mematikan sambungan telepon yang belum sempat mereka matikan
"Dasar anak jaman sekarang, karjaannya cuma ngebucin!" ujar Dimas lalu menaruh handphone Mahen di nakas
Hayyyy recaaaa(readers Caca) Caca kembali lagi, hehe maaf baru bisa up, kalian gimana kabarnya,Caca doain bahagia ya sehat juga
Semoga kalian suka sama cerita Caca ya. Jangan lupa voment juga terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [MARK LEE] End
Teen FictionGavariel Mahendra cowok kulkas yang memiliki penyesalan dalam hidupnya dan dia memiliki penyakit kangker otak stadium akhir dan dia juga di benci oleh keluarganya, lengkap sudah penderitaan dalam hidupnya dia sangat dingin sampai tak pernah ada wani...